"Aku sedang mencari teman untuk ikut denganku ke pesta undangan keluarga," ucap lelaki itu.
"Lalu, apa hubungannya denganku? Aku saja tidak mengenalmu, apalagi keluargamu?" Feni merespon.
"Aku ingin mengajakmu ikut serta. Walaupun kau tidak mengenalku dan keluargaku. Tapi sepertinya, aku tidak asing dengan sosokmu," ucapnya lagi.
Deg
Feni terdiam. Apa yang dikatakan lelaki itu sama dengan pikirannya. Lelaki yang mirip dengan supervisor arogannya itu di dunia mimpi mengatakan hal yang sama. Feni juga menganggap lelaki itu adalah Egy KW. Yup, KW karena sangat mirip dan seperti tiruan sosok atasannya.
"Kenapa kamu mengatakan hal itu? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Feni bingung.
"Entahlah. Aku hanya tahu sepertinya kamu tidak asing bagiku. Aku harap kau menerima ajakanku," ungkap lelaki tersebut sambil menebar senyum.
Feni mengusap wajahnya karena kebingungan. Saat ini dia berada di dunia mimpi atau nyata. Apa yang tersaji seperti benar-benar terjadi.
Namun, tiba-tiba suara alarm kembali memekakkan telinga. Dirinya terkesiap dan segera meraih jam digital diatas meja nakasnya.
Huft, itu semua hanya mimpi..
'Berisik sekali. Tapi aku memang sengaja memasangnya keras-keras. Aku harus bergegas mandi dan pergi ke kantor. Tugasku kemarin belum selesai. Aku tidak mau berurusan lagi dengan supervisor gila itu,' gumam Feni kesal.
Sebelum menginjakkan kamar mandi, Feni sempat melirik kearah jam yang menunjukkan pukul 04.30 pagi. Masih ada waktu untuk bersiap diri dan sarapan sebelum hari menjadi terang dan lalu lintas akan padat.
Kalau sampai Egy datang lebih awal dari Feni, dan memeriksa email tugas kemarin belum ada, bisa-bisa hari ini dirinya akan habis dimaki oleh supervisornya itu.
"Ah sudahlah dandan di kantor saja nanti. Cukup lip balm saja dulu," ucap Feni di depan cermin.
Selesai Feni berpakaian rapi dengan kemeja dan celana kulotnya hari ini, dirinya langsung menyambar shoulder bag menuju lantai bawah.
Tap tap tap
Sang ibu sudah ada diruang makan menyiapkan nasi goreng telur beserta teman-temannya. Melihat Feni yang tunggang langgang menuruni anak tangga, ibunya hanya mengernyitkan dahi.
"Hei heii.. Feni, jangan tergesa-gesa seperti itu kalau turun tangga, nanti jatuh. Lagi pula hari juga masih pagi begini."
"Justru itu Mah. Aku harus berangkat sebelum terang. Mana sarapanku, hihihi.."
"Nihh.. emang masuk jam berapa sih?" tanya ibu sambil menggelengkan kepala.
"Jam delapan. Tapi aku harus datang lebih awal. Kerjaanku masih pending Mah. Aku dapat supervisor yang galak, bisa bermasalah nanti kalau tugasku ketahuan belum disetor."
"Ya ampun, ada-ada saja kamu pakai pending segala. Emangnya PR bisa dilanjut dirumah."
Feni langsung menyeringai sambil menyuapkan makanannya. Seharusnya dia bisa menikmati dengan santai masakan sang ibu, terlebih nasi goreng dengan aneka topping adalah makanan favoritnya. Tapi hari ini dia harus mengejar waktu.
Setelah menghabiskan sarapan hanya dengan lima belas menit saja, Feni langsung bergegas berpamitan dengan ibu dan ayahnya yang baru saja bersiap-siap.
Langit sudah sedikit membiru. Sebentar lagi matahari akan mulai mengintip dari ufuk timur. Seperti biasa, Feni memutuskan untuk memesan kendaraan roda dua secara online untuk memangkas waktunya.
Secepat kilat Feni segera menaiki kuda besi tersebut. Tidak lupa helm ia kenakan, karena setelah ini dirinya akan meminta sang supir menancapkan gas.
Tanpa menyanggah dan sesuai permintaan Feni, sang supir pun langsung melancarkan motornya menembus lalu lintas kota. Tidak peduli bagaimana nanti penampilan Feni akan berubah berantakan setelah tiba di kantor. Dipikirannya, yang terpenting adalah cepat sampai tujuan.
"Stop stop Bang.."
Cekiit
"Nih ongkosnya. Ini helmnya.. Makasih ya Bang," ucap Feni cepat.
"Oke Neng, sama-sama," jawab sang supir sambil menggelengkan kepala.
Feni berlari menaiki anak tangga pelataran gedung yang tidak terlalu banyak itu untuk memasuki lobby kantornya. Terdapat dua security yang memeriksa tas dan kartu identitas karyawan di pintu masuk.
NITT
Setelah itu Feni berjalan menuju lift untuk segera naik dimana ruangannya berada. Ternyata, bukan hanya dirinya yang telah tiba di kantor satu jam sebelum jam kantor dimulai. Ada beberapa karyawan juga yang terlihat hilir mudik. Mungkin mempunyai kepentingan yang sama seperti dirinya.
Ting
Pintu lift terbuka, Feni bergegas masuk. Kakinya terus bergerak. Tidak sabar ingin segera sampai ruangan dan menyelesaikan tugasnya.
Setelah pintu terbuka, dengan langkah kaki seribu Feni meluncur dengan cepat. Menempati kursinya dan menyalakan komputer.
Lembaran demi lembaran yang ia simpan dilacinya, kini dikeluarkan kembali. Feni mencoba berkonsentrasi mengerjakan tugasnya kembali.
Detik, menit terus bergulir. Satu persatu karyawan di ruangan yang sama dengan Feni mulai mengisi tempatnya masing-masing. Masih ada waktu setengah jam lagi baginya sebelum jam kantor dimulai. Apalagi Egy juga masih belum terlihat batang hidungnya.
"Fen.. udah stand by aja di depan komputer?" tanya Ola yang baru tiba.
"Iya nih La. Tugas kemarin belum selesai aku kirim. Mana berani sampai malam aku sendirian di ruangan ini coba. Dia malah ngacir duluan," ungkap Feni dengan mata yang masih melekat pada layar komputernya.
"Serius! Dia pulang duluan. Hahahaha.. Parah juga tuh bos killer," ucap Ola sambil bersedekap.
Tiba- tiba terdengar suara Edy dari sudut ruangan pintu masuk. Kedua sahabat itupun langsung menoleh dan saling lihat-lihatan.
"Ola please, kamu samperin tuh orang. Bikin obrolan apa kek. Tanya tugas email kamu yang kemarin kek?"
"Agh gak mau, takut. Nanti aku yang kena lagi," ucap Ola sambil mengernyitkan dahi.
"Ayoo La, please! Habis nih aku kena semprot lagi."
"Eh eh tenang Fen. Itu dia lagi ngobrol sama supervisor sebelah. Itu lebih masuk akal, dibanding aku yang maju, anak baru pula."
"Bagus deh.. Sedikit lagi.. huft."
Feni meneruskan pekerjaannya. Ini semua gara-gara dia salah kirim email, jadi dapat tugas tambahan. Bola mata Feni hanya bergulir diantara kertas dan layar komputer. Dia tidak mau menoleh atau melirik kearah lain yang bisa menghambat laju penyelesaian tugasnya.
"Fen, dia sudah selesai ngobrol. Cepetttt.. menuju ruangan Fen."
Ola terlihat heboh menepuk bahu Feni. Sementara Feni hanya bisa menyipitkan kedua matanya di monitor dan menekan tombol 'kirim' ke alamat email supervisornya itu, bertepatan dengan Egy yang baru duduk dikursinya.. Brukk.
"Huft.."
Helaan napas terdengar kecil dari Feni. Sambil mengusap wajahnya Feni langsung menyenderkan bahunya pada kursi kerja.
Sejurus kemudian telepon di meja kerja Feni berdering. Perasaannya merasa aneh. Pasalnya jam kerja masih lima belas menit lagi baru dimulai. Siapa juga yang akan menghubunginya disaat ini?
"Hallo selamat pagi dengan Feni, ada yang bisa dibantu?"
"Jadi kamu baru saja kirim email tugasmu?" tanya Egy setelah memeriksa email. Tentu saja dia mengetahuinya, karena disana tertera waktu pengirimannya.
Deg
"Umm mas Egy sudah terima kan ya? maaf saya baru sempat menyelesaikan pagi ini. Mumpung masih ada waktu dan jam kerja juga belum dimulai. Jadi, hitungannya belum masuk hari yang baru."
"Hmm.. oke kamu selamat dari hukuman," terang Egy.
Dibalik telepon Feni tampak tersenyum penuh kebahagiaan. Mendengar kata yang keluar dari mulut supervisornya, seperti mendapat bonus, reward atau semacamnya.
"Bukan berarti tugasmu selesai Feni. Saya ada kerjaan baru untukmu," ucap Egy dengan ringan.
**