"A-apa?!" Mata Amira membulat sempurna, bibir perempuan itu dibuat setengah terbuka dengan nafas yang kian berderu begitu kencang.
Pandangan perempuan itu kemudian beralih ke arah Kirana, tatapan tajam penuh selidik lantas ialah yang kan dengan kedua kaki yang perlahan berjalan semakin mendekati Kirana.
Kirana yang awalnya menatap tajam angka lantas dibuat menatap sendu ke arah Mommy-nya. Telapak tangannya yang mulai mengeluarkan keringat dingin itu lantas terkepal erat.
Dalam hati Kirana terus bergumam dengan penuh harap semoga saja apa yang baru saja dikatakan oleh angka tidak membuat Amira berniat untuk memindahkannya ke sekolah lain.
Mungkin dari sudut pandang Angga hal itu adalah hal yang wajar dan bahkan membawa pengaruh baik kepada Kirana ke depannya. Namun, untuk Kirana sendiri hal itu bagaikan sebuah petaka besar untuknya.