Chapter 9.
Berlanjut.
Setelah pertemuan di rumah sakit, sejak saat itu Nicu bisa dengan bebas mengawasi Lars tanpa takut akan ketahuan Baron Magnus.
Sebab, sejak pelarian dari Hutan Keabadian, Nicu terus mengikuti keluarga Baron Magnus secara sembunyi-sembunyi. Mulai detik ini, dia tidak harus menyamar dan menyembunyikan jati dirinya lagi.
Hari itu, Lars mengutarakan keinginannya untuk menjadi seorang penyanyi. Memang sejak usianya lima tahun, Lars sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia musik, dapat terlihat dari Lars yang sudah bisa memahami tangga-tangga nada.
Ketika Lars berkunjung ke salah satu rumah temannya, saat itu dia melihat piano di sana. Timbul rasa ketertarikan Lars pada benda yang dapat menciptakan alunan nada-nada indah tersebut.
Sepulang dari rumah temannya itu, Lars meminta Baron Magnus untuk membelikannya sebuah piano. Sempat mendapatkan penolakan dari Baron Magnus, tetapi dia tidak bisa menentang permintaan Lars.
Kasih sayangnya yang teramat besar, membuat Baron Magnus tidak memiliki keberanian untuk membuat Lars menangis.
Akhirnya Baron Magnus membelikan sebuah piano untuk Lars. Dia yang masih berusia lima tahun saat itu, langsung antusias ketika mendapat hadiah piano di tepat di ulang tahunnya yang kelima tahun.
Sejak saat itu Lars berlatih dengan giat, menciptakan alunan nada-nada indah disetiap permainan pianonya.
Hal tersebut mendapat dukungan penuh dari Nicu. Ketika Lars berusia sebelas tahun, saat itulah dia mengutarakan keinginannya untuk menjadi seorang penyanyi.
Sebelum mengambil keputusan, Baron Magnus terlebih dahulu membicarakan hal tersebut kepada Nicu karena menurutnya, dengan Lars menjadi seorang Penyanyi maka bisa saja, nyawanya menjadi terancam.
Bukan tanpa sebab, Baron Magnus mencemaskan hal tersebut, dikarenakan musuh yang mengincar nyawa Lars berada di mana-mana dan bisa kapan saja, menyakiti Lars.
"Tuan Baron, tenang saja. Akan aku pastikan Tuan Muda Lain aman. Lagi pula, cepat atau lambat Tuan Muda Lars pasti akan bertemu dengan mereka, karena sudah takdir dan kita tidak bisa mengelak dari itu semua," tutur Nicu, sambil tersenyum penuh makna.
Sedangkan Baron Magnus memuja kepalanya yang mulai terasa sakit. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, membuat Baron Magnus sering merasakan pusing, serta kehidupan di Alam Manusia sangat berbeda dengan Alam Keabadiaan.
Baron Magnus harus mengkonsumsi tanaman berkhasiat yang ada di Hutan Keabadiaan, guna memperpanjang umur umurnya di Alam Manusia.
"Aku tahu, cepat atau lambat Tuan Muda Lars akan bertemu Luciano dan pemimpin Bangsa Vampire, tetapi aku cemas Lars tidak akan bisa menghadapi mereka sekarang. Dengan dirinya menjadi artis, maka namanya akan cepat dikenal banyak orang, hal tersebut yang aku takutkan dan sangat mengganggu pikiranku."
Baron Magnus tidak tahu bagaimana cara menyusun kata-kata agar Nicu bisa memahaminya?
Tidak perlu waktu lama bagi Nicu untuk memikirkan itu semua. Dia dapat mengerti, bahkan sangat paham kalau Baron Magnus tidak ingin Lars terluka di usianya yang masih muda.
"Aku bisa memahaminya Tuan. Kau hanya ingin melindungi Lars, dari Luciano dan Bangsa Vampire, tetapi sampai kapan Tuan akan menyembunyikannya?"
Baron Magnus tertegun. Pria tua itu terdiam untuk waktu yang cukup lama, sampai akhirnya Nicu menyadarkan dirinya dari lamunan.
"Tuan tidak perlu mencemaskan hal tersebut. Mari kita jaga Tuan Muda Lars baik-baik. Aku yakin, Luciano maupun Bangsa Vampire tidak akan melukai Tuan Muda di waktu dekat ini. Percayalah padaku. Mereka tidak akan berani menampakkan diri untuk saat ini, tentu mereka harus mengumpulkan kekuatan yang besar andai ingin menyerang, Tuan Muda Lars di Alam Manusia. Tentu Tuan mengetahui hal ini bukan?"
Seketika itu juga mata Baron Magnus terbuka. Sejak Lars mengatakan keinginan, sejak itu juga Baron Magnus tidak bisa tenang. Tidurnya pun tidak pernah nyenyak. Makannya pun tidak berselera, itu semua karena memikirkan keselamatan Lars.
Namun, sekarang dia tahu kalau semua kecemasannya itu tidak ada gunanya, sebaliknya bisa jadi membuat Lars tersakiti.
Dia hanya ingin melindungi Lars sampai waktunya tepat, tetapi kasih sayang yang berlebihan membuat hatinya tertutup, sampai tidak bisa melihat bahwa, bagaimana juga, cepat atau lambat Lars pasti akan berhadapan dengan Claudio maupun Bangsa Vampire. Itu sudah menjadi takdirnya.
Sejak pertemuan rahasianya dengan Nicu barulah Baron Magnus memberi izin Lars untuk menjadi artis, sesuai dengan yang Lars sudah mimpikan.
Benar saja, ketika ada kesempatan dirinya untuk mengikuti audisi menyanyi Lars langsung dikenal banyak orang. Mereka mengagumi suara emas yang Lars milik.
Setiap alunan nada yang Lars nyanyikan membuat para pecinta musik jatuh hati. Selama empat bulan dia menjalani kompetisi menyanyi, akhirnya Lars keluar sebagai pemenang. Saat itu juga namanya langsung menjadi trending di berbagai media sosial.
Dia menjadi penyanyi pendatang baru termuda di Ignea, sekaligus artis paling berpengaruh pada saat itu.
Setelah kemenangannya, Lars menjalani kesibukannya sebagai artis papan atas. Banyak label musik yang ingin merekrut Lars. Namun, tidak semua diterimanya, dikarenakan Baron Magnus dan Fanny berpesan, agar Lars tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Itu semua dilakukan, guna menjaga kondisi Lars tetap prima.
Selama itu juga Nicu selalu berada di sisi Lars, mendampingi serta mengawasi Lars dari jarak jauh maupun dekat.
*****
Kediaman Vamalia. Gadis manis dengan rambut yang dikuncir satu, tengah berbaring di tempat tidur, sambil menggoyang-goyangkan kakinya ke atas.
Alisa, itulah namanya. Dia sedang membaca komik kesukaannya yang berkisah tentang, manusia Serigala dan Bangsa Vampire.
Alisa sangat menyukai kisah-kisah seperti itu, baginya kehidupan manusia Serigala dan Vampire sangat berbeda dengan dirinya.
"Ah, ternyata sudah selesai." Alisa mengumpat kesal ketika komik yang ia baca ternyata sudah selesai, alias tamat.
Alisan pun duduk dan menutup buku komiknya. "Sekarang apa yang akan aku lakukan?"
Alisan tinggal di rumah yang besar, dengan fasilitas yang mewah, termasuk kamarnya itu. Ruangan yang menjadi tempatnya tidur sangat luas ukurannya, serta banyak menyimpan barang-barang yang menjadi kesukaannya.
"Mengapa aku merasa haus setelah membaca?"
Dia menyipitkan matanya dan keningnya ikut membentuk kerutan, seketika itu juga Alisa turun dari tempat tidurnya. Kakinya segera memakai sandal yang tersedia di sana. Berjalan santai menuju meja.
Ketika sedang menuangkan air ke gelas, tiba-tiba ponsel Alisa berdering. Dia buru-buru mengambil ponselnya yang ada di atas kasur.
Alisa tersenyum bahagia, ketika melihat nama yang tertulis di layar ponsel. Tidak perlu pikir panjang, Alisa menekan tombol hijau dan berkata.
"Kakak. Akhirnya kakak menelponku juga. Aku sangat merindukan, Kakak. Kapan Kakak akan kembali ke Ignea?"
Alisa mencecar banyak pertanyaan pada seseorang yang dipanggilnya dengan sebutan 'Kakak'. Alisa tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, ketika bisa mendengar suara Kakaknya kembali. Sudah sejak lama, terakhir dia menghubungi Kakaknya itu.