"Varel! Makin ganteng aja ponakan Tante!" Lena memeluk dan mengecup pipi Varel saat pertama kali Varel membukakan pintu untuknya.
"Hmn." Varel tak terlalu menanggapi apa yang tantenya ucapkan, dia kembali bersikap dingin, menjadi Varel si Beruang kutub.
"Eh? Tante? Ayo masuk Tan..." si Satria yang cuman tamu malah seenak jidatnya nyuruh-nyuruh orang masuk.
"Apaan sih Lo! berasa jadi pemilik rumah?" bisik Rio sambil menjewer telinga Satria dan membawanya masuk.
"Maaf Tan, kambing saya lepas..." ucap Rio lalu masuk, meninggalkan Varel dan Lena di teras.
"Masuk Tan." ucap Varel yang sudah melangkahkan kakinya terlebih dahulu.
Lena hanya menggeleng maklum, keponakannya itu memang ganteng-ganteng dingin.
"Wah, rapih... Mba Ima rajin berbesih ya.." ucap Lena yang sudah duduk dengan nyaman di samping Satria yang fokus dengan game PS.
"Eh Lo ga sopan banget elah! kaki Lo!" Rio memukul kaki Satria dan merampas stik PS itu lalu mematikan Tv.
"Ya elah yo! ini belom kelar!" sahut Satria.
"Jangan kaya anak TK!" celetuk Rio sambil menjewer telinga Satria.
Varel hanya diam, itu sudah sangat biasa, seperti melihat ayah yang sedang menjaga anak hiperaktifnya.
Lena tertawa, baginya sangat lucu melihat bagaimana Satria dan Rio saling bertengkar seperti ini.
Key yang ternyata sedari tadi ada di dekat elevator hanya terdiam dan menunduk, mengapa ia merasa menjadi orang asing di sini? Bahkan Lena bisa akrab dengan Rio dan Satria yang hanya sebatas teman Varel.
"Tante Lena kok bisa dekat dengan bang Sat dan bang Rio ya? Kalau Bang Varel ngangkat mereka jadi saudara, Key di taroh dimana nanti?" pikiran abstrak Key sungguh aneh!
"Key!" panggil Rio yang menatap Key di dekat elevator.
"Sinih!" panggil Satria dengan isyarat tangan.
"Tante Lena bawa Cheesecake banyak banget tau!" ucap Satria yang dengan beraninya mencomot satu potong kue itu.
"Ck! yang punya rumah belom makan Lo udah makan duluan! gak sopan banget!" keluh Rio,dia memilih untuk menghampiri Key yang terdiam di sana.
"Ayo," ucap Rio dengan suara datarnya sembari menarik tangan Key mendekat ke arah sofa ruang keluarga.
"Bang Rio, Key boleh makan Cheesecake nya?" tanya Key yang sudah duduk di samping Rio.
Semuanya tak lepas dari tatapan Varel. Entah mengapa melihat Key yang seakaan akrab dengan Rio membuat Varel sedikit tak suka. Bukankah yang kakak kandungnya Key di sini itu Varel?
"Boleh." balas Rio dengan singkat.
Senyuman manis sangat terlihat jelas di wajah Key, dia dengan segera mengambil potongan Cheesecake yang paling kecil dan menyuapkanny ke dalam mulutnya.
"Emmm! ini sangat enak!" gumam Key dengan mata berbinar.
"Lucu!" batin Satria, Rio, dan Varel.
Lena bukanya tak suka pada Key, tapi dia masih saja merasa emosi saat melihat anak bungsu kakaknya, bukan apa-apa tapi kenyataan pahit membuatnya sangat membenci Key.
"Rel, Tante pulang dulu ya, Adita nanti mencari." pamit Lena, memang tujuan awal Lena hanyalah untuk mengantarkan Cheesecake.
"Ya." balas Varel denga. dingin.
"Terima kasih Tante Lena! Cheesecake nya sangat enak!" Key yang moodnya langsung penuh, memeluk tubuh sang Tante.
"Lepas!" dengan kasar Lena mendorong tubuh Key, hingga membuat Key hampir saja terjatuh jika Varel tak menyanggah tubuh sang adik.