Saat ini Key seolah sedang berada di antara dua kubu! Kubu singa Jantan dan kubu singa betina, sedangkan Key adalah anak kelinci gembul berbulu putih dengan pita merah muda yang matanya lebar berbinar-binar memancarkan tatapan super polos.
"Ehm... Kak Rissa, Bang Varel..." Key mencoba untuk memutuskan kontak mata yang penuh akan kilatan petir diantara Varel dan Rissa yang seolah sedang bertanding adu tatap-tatapan. Sayangnya bukan tatapan ala-ala film Korea yang romantis, tapi mereka bertatapan ala film thriller horror yang pahit.
Glup
Key menelan ludahnya sendiri, karena dua singa tadi justru kini menatapnya dengan tatapan yang mengatakan 'dianm atau kumakan kau!'
Ding!
Dong!
Lima menit!
Key lelah, sebenarnya tadi saat Rissa datang, Varel sempat mengusir Rissa, namun karena Rissa itu bebal dan keras kepala, akhirnya kini mereka bertiga berakhir dengan duduk bersama dengan suasana canggung.
Sungguh, Key tak masalah dengan Rissa dan Varel yang ingin berperang mata, tapi yang jadi masalah adalah, aroma yang menggoda dari Corn Dog Mozzarella yang masih mengepulkan asap di hadapannya!
Key ingin makan! Sudah itu saja, tapi dua orang singa ini membuat tubuh Key kaku!
"Key mending Lo pindah rumah aja! Ke rumah gue aja!" celetuk Rissa pada akhirnya.
"Heh! Dia adik gue-"
"Adik? Lo gak ada mirip-miripnya tuh sama Key!" potong Rissa.
Varel diam sejenak, dia berpindah posisi mendekati Rissa, mengunci pergerakan Rissa sehingga Rissa tak bisa bangkit atau bergeser dari duduknya.
"Lo..." ucap Varel.
Gulp
"Kok si iblis diktator ini kalo dari Deket ganteng banget sih?!" batin Rissa.
"Apaan sih? Ming-gir!" ucap Rissa yang justru gelagapan.
Varel masih dalam posisinya mengukung Rissa, tatapan mata tajam Varel itu tak ada duanya.
"Lo gak berhak ngucapin kata-kata Lo yang barusan." desis Varel.
"Key adik gue, dan Lo gak akan bisa ngambil dia dari gue." ucap Varel dengan lirih di dekat telinga Rissa.
"Ghhaggh, uhh kenyang." ucap Key yang sama sekali tak mempedulikan posisi Varek dan Rissa yang ala-ala film India.
"Kak Rissa, ini enak banget!" ucap Key dengan mulut yang belepotan.
"Gemesnya!" Rissa mendorong tubuh besar Varel dan kembali mendekati Key, lalu mengusap pipi tembam milik pemuda itu
"Cih! Key! Lo masuk sanah, kalau Lo bergaul sama nenek lam-"
"Nenek lampir?! Lo buto ijo!" potong Rissa dengan cepat.
Varel memijat keningnya, dia sangat tak suka dengan suasana kebisingan yang dibuat oleh Rissa dan Key.
"Key masuk!" Varel berdiri dengan bersedekah dada. Dia memandang ke arah adiknya dan gadis gila yang seolah menjadi Mak lampir di dekat adik manisnya.
"Tapi bang,"
"masuk!" suara Varek semakin meninggi.
"Iya, iya. Bang Varel jangan marah, ini Key masuk kok." Key berjalan dengan sedih menuju tangga, namun Varek kembali menghentikan langkahnya dengan suara serak-serak basah.
"Elevator!"
"Maaf, lupa." gumam Varel.
Kini hanya tersisa Rissa dan Varel. Varek memandang datar ke arah gadis tomboy tapi cantik itu.
"Gue gak mau tau Lo siapa. Tapi yang gue mau, Li pergi dari rumah gue, dan jangan racunin adik gue!"
"Racunin?! Lo kira gue apaan!?"
"Lo nenek lampir!" sertak Varel.
Tak terima, Rissa bangkit dan berhadapan degan Varel.
"Sejak kapan si lampir jadi nenek?! adanya tuh Mak lampir!" Rissa memandang tajam ke arah Varel.
"Whatever!" Setelahnya Varel menggeret tas ransel Rissa dan menariknya keluar.
"Go! Jangan gangguin adik gue lagi!"
Brak.
Pintu itu di tutup dengan sangat tak sopan ya. Rissa merasa semakin kesal dengan kakak dari Key, bagaimana bisa Key yang manis dan kakaknya sepahit temulawak?!
"Gue bakal jadiin Key pacar gue! "
"Gue bakal nikahin Key!!" batin Rissa berteriak.