"Siapa yang suruh Lo balik duluan?!" Varel sedang memarahi dengan tatapan mengintimidasi kepada adiknya, Keyvan yang saat ini seperti anak kucing yang akan di buang ke sungai dengan kardus bekas.
"Bang, tadi kata bang Rio, Abang lagi ada urusan sama kak Meta di kantin dan Key di suruh pulang." ucap Key dengan menunduk. Suaranya tiba-tiba menciut mendengar Abang satu-satunya marah.
"Kan gue sering bilang, Lo kalau kenapa-napa itu bakal nyusahin gue! Gue gak masalah mau Lo Ntr kecebur got, ketabrak becak sekalipun gue gak masalah! Tapi Lo harus tau sebelum usia Lo tujuh belas tahun, Lo itu masih tanggung jawab gue!" bentak Varel panjang lebar.
"Jadi Abang ga khawatir sama Key ya..?" batin Key menyendu. Pasalnya ia kira saatVarel memarahinya seperti ini itu pertanda jika kakaknya menghawatirkan dirinya, namun sepertinya hayalan Key itu terlalu tinggi. Varel tak akan mengkhawatirkan dia.
"Lo denger gue ngomong ga sih? Besok pulang sendiri lagi gue kurung Lo di dalem kamar!" ucap Varel yang kemudian berjalan memasuki kamarnya.
"Kurung... kurung... emang Key burung beo apa?!" celetuk Key dengan kesal.
Key melangkahkan kaki pincangnya, dengan hati-hati ke dalam elevator, ya kan mereka kaya ada elevator di dalam rumah ini untuk memudahkan Key naik turun tangga.
"PR Bu Salsa belum dikerjain lagi, terus harus nyalin buat Bang Varel, Bang Rio, Bang Satria." keluh Key sambil menjatuhkan tubuhnya di kasur dengan warna seprei putih.
"Tangan Key kan cuman dua..." celetuk Key yang kini mulai membuka baju seragamnya dan mulai mandi dengan air hangat, di luar hujan kan jadi dingin.
Saat sedang asik mandi dan berendam dengan aromaterapi beraroma susu vanila yang bercampur musk, suara kakaknya mengejutkan Key yang sedikit terpejam.
"Key!" teriakan Varel seketika mengisi seluruh sudut rumah itu.
"Duh! Abang mah gitu!" Key buru-buru memakai handuk dan pakaiannya lalu keluar menemui Varel yang sedang main PS bersama dengan Rio dan Satria yang ternyata sudah duduk manis dengan kacang kuaci dan minuman bersoda dimana-mana.
"Cepet beresin semuanya! Setengah jam lagi Tante mau kesini!" perintah Varel tanpa menoleh ke arah adiknya.
Apa Varel tak melihat? Bahkan masih ada tetes-tetes air yang membasahi pipi Key, Key kan baru mandi! Udah di suruh aja.
"Iya bang," Key itu tipekal adik penurut yang sangat amat penurut. Kadang kedua teman Varel merasa iba dengan cara Varel memperlakukan adiknya itu.
"Rel, Lo itu kebiasaan!" celetuk Satria dengan berbisik sembari melirik kearah Key yang kesusahan berjongkok memungut kacang kuaci.
"Apa? adik gue ini! lagian mba Ima udah balik kampung, anaknya sakit." ucap Varel yang sangat fokus dengan game nya.
"Biar gue aja, Lo kerjain yang lain." ucap Rio yang sedari tadi diam dan memperhatikan.
Rio berjongkok dan mengambil kantong yang Key gunakan untuk menaruh sampah kuaci yang sudah ia kumpulkan.
"Ga perlu bang Rio, Key aja-"
"Udah, mending Lo keringin aja rambut Lo!" ucapnya.
Key menoleh kearah kakaknya yang hanya diam.
"Yasudah, terima kasih Bang Rio, Key ke kamar dulu, nanti Key kesini lagi buat mbersihin sisanya." ucap Key yang diacuhkan oleh Varel dan kedua temannya.
Dari ujung mata tajamnya Varel melirik Key yang sudah memasuki elevator.
"Sok cari muka banget dia!" geram Varel di dalam hatinya.
"Lo itu harusnya seneng punya adik kaya Key," celetuk Rio.
"Lo ga tau apa-apa diem aja!"
"Key kan gemes banget! Penurut lagi!" tambah satria.
"Diem!"