Gibran memejamkan mata dan membuang napasnya dengan kasar. "Karena aku mencintaimu."
"Kenapa bisa, kita kan baru saja bertemu bagaimana mungkin kamu mencintaiku?" Winda tidak percaya ungkapan cinta yang dikatakan Gibran barusan, pria tampan itu hanya terdiam meskipun sebenarnya hatinya bersedih.
"Apakah kamu tidak mengingatku, Viska?" Gibran tersenyum tipis menatap Winda.
Winda mengerutkan keningnya, lagi dan lagi dirinya dipanggil Viska. Mendengar nama itu Winda sangatlah muak. "Namaku Winda bukan Viska, sebenarnya Viska itu siapa?"
"Kamu sebenarnya istriku, Ratuku, namamu adalah Viska. Semenjak kejadian itu kamu benar-benar kehilangan ingatan."
"Kejadian apa? Aku tidak paham yang kamu maksud, tapi aku sudah menikah dengan Mas Arga, dan aku mencintainya." Winda pun menatap Gibran dengan berkaca-kaca.
"Pria macam apa yang menyia-nyiakan istri, hingga membuat istrinya mau bunuh diri. Apakah pria macam itu pantas untuk dicintai?" Gibran menatap Winda dengan tajam, hingga tidak terasa air matanya Winda menetes.
Winda hanya terdiam menatap gelas kosong yang ada di depannya saat ini. Melihat perempuan di sampingnya bersedih, Gibran pun membawa Winda ke dalam pelukannya. Dalam pelukan itu, Winda pun merindukan Arga. Gibran tahu kalau Winda begitu mencintai Arga dan Gibran mengerti bahwa cinta butuh proses.
"Maaf ... aku mencintai Mas Arga." Winda menjauhkan dirinya dari dekapannya Gibran.
"Aku mengerti dan tidak memaksamu, sebab cinta juga butuh proses." Gibran sangat dewasa tidak seperti Arga yang egois. Meskipun Gibran dikenal sosok yang misterius, tapi memiliki sifat yang bijaksana. Berbeda dengan Arga yang selalu menuntut akan kesempurnaan.
"Aku ingin tahu siapa Ratu Viska itu? Dan mengapa kamu mengira kalau aku hilang ingatan?"
"Baik, aku akan menceritakannya. Saat itu kamu dan aku sedang mengadakan pesta pernikahan, namun tiba-tiba ribuan serigala datang, dan Akara Raja serigala itu membawamu pergi."
***
"Serahkan Ratu Viska sekarang juga, jika tidak aku akan merusak Kerajaan Anvatazia. Para Vampir di sini akan kubantai habis-habisan, mereka semua akan mati di tanganku!"
Akara yang dikenal sebagai Raja Serigala. Musuh Kerajaan Vampir Anvatazia, dan jatuh cinta dengan Ratu Viska yang statusnya adalah istri Raja Gibran. Dari dulu, Akara mencintai Ratu Viska dan menginginkan supaya menjadi istrinya.
Akara selalu kalah jika melawan Gibran, sebab pasukan Akara hanya sedikit. Namun, kini Akara memiliki banyak pasukan yang siap mengalahkan Kerajaan Anvatazia. Mata Akara yang tajam itu seketika mengeluarkan cahaya keemasan, rambutnya yang berantakan itu juga membuatnya semakin menakutkan.
"Aku tidak akan memberikan istriku, pergi dari sini!" Gibran mengandeng tangannya Viska dengan erat.
Gibran mengeluarkan pedang yang tajam. Suasana dalam kerajaan saat ini benar-benar kacau, para vampir sudah dibantai habis-habisan oleh pasukan serigala. Anggota keluarga Gibran pun bertarung mati-matian melawan serigala ganas itu, Kerajaan Anvatazia kini penuh darah yang berceceran, terlihat senyum Akara sangat senang.
Akara sekejap berubah menjadi serigala yang mengerikan, berwarna abu-abu, memiliki cakar yang tajam dan gigi yang mematikan. Akara meraung sangat keras, Viska pun menatap Akara dengan tajam sambil menggenggam tangan suaminya dengan erat. Mata Gibran juga berubah menjadi gelap, dan mengeluarkan taring yang tajam. Gibran mengayunkan pedang itu ke atas, lalu mengeluarkan bola api dan mengarahkannya ke arah Akara.
Sayangnya Akara berhasil menghindar bola api, serigala buas itu langsung saja melompat dan mencabik-cabik tubuhnya Gibran. Viska melepaskan genggamannya dan mengambil pedang milik suaminya itu, tanpa berpikir lama Viska mengayunkan pedang itu ke atas dan menancapkannya tepat di perutnya Akara.
"Mati kamu!" Darah Akara pun berceceran dan mengenai wajahnya Viska, serigala itu seketika sekarat. Dengan keras Viska menendang serigala itu agar menyingkir dari tubuhnya Gibran. Terlihat Akara meraung kesakitan, Gibran pun segera memeluk istrinya dengan erat.
"Sayang, kamu aman sekarang." Viska memeluk tubuhnya Gibran dengan erat. Mereka tidak menyadari saat ini Akara sudah siap membawa pedang itu dan bersiap menusuk tubuhnya Gibran.
"Kamu harus mati, Gibran!"
Jleb
Viska pun berhasil menyelamatkan suaminya, pedang yang tajam dan mematikan itu mengenai punggungnya. Darah dari punggung Viska berceceran, dan tubuh Viska seketika melemah, pandangannya pun gelap. Lalu Viska pun pingsan.
Dengan cepat, Akara membawa tubuh Viska dan kabur dari kerajaan ini. Melihat istrinya dibawa kabur, Gibran berdecak kesal. "Sialan kamu, Akara."
Saat Gibran mengejar Akara, pasukan serigala menghadang jalannya Gibran. Sehingga Gibran harus melawan para serigala yang mematikan itu, Ibu Ratu Zayn yang dikenal memiliki kekuatan luar biasa itu datang dan terkejut melihat kekacauan dalam kerajaan. Zayn dengan ganas mengigit serigala itu sampai tewas, sekejap saja semua serigala mati.
Gibran beruntung memiliki ibu yang memiliki kekuatan super itu, kini Gibran pun dapat mengejar Akara. Hutan lebat dan gelap tidak membuat Gibran menyerah, terlihat dari kejauhan Akara mengendong tubuh Viska dengan berlari sangat cepat. Gibran pun sudah tidak lagi menjadi serigala.
Gibran berlari sangat kencang, di depan hanya ada gua yang tidak lain jalan menuju dunia manusia. Baik itu Vampir maupun serigala, yang keluar lewat gua itu akan kehilangan kekuatannya dan ingatannya. Akara pun berhenti dan menatap Gibran dengan tajam.
"Stop, aku peringatkan satu kali lagi, kembalikan istriku sekarang," bentak Gibran.
"Aku mencintaimu Viska, dia milikku." Akara dengan pelan melangkah mundur.
"Jangan kamu coba-coba untuk keluar lewat gua itu, aku pasti akan membunuhmu!" Gibran tidak ingin jika istrinya benar-benar pergi dengan Akara, apalagi keluar dari gua itu.
Akara kini tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Viska dengan lemah menatap Gibran, terlihat air mata Viska menetes, tubuhnya kini sangat sakit di bagian punggungnya. Melihat istrinya yang sekarat, Gibran seperti ingin mati.
Gibran berjalan selangkah, tapi Akara semakin berjalan mundur. Jika Akara dan Viska keluar dari gua itu, maka mereka akan kehilangan ingatan dan kekuatannya. Bagi kaum Vampir akan kehilangan seluruh ingatan dan kekuatannya, tapi kaum serigala hanya kehilangan kekuatannya. Keluar dari gua itu akan menjadi manusia dan terlahir kembali.
"Kembalikan istriku!" bentak Gibran dengan tatapan tajam dan rasanya ingin sekali membunuh Akara.
Keluarga Gibran pun datang dan terkejut melihat Akara yang mengendong Viska. "Apa Akara akan keluar dari gua itu?" tanya Zayn.
"Iya, aku akan keluar lewat gua ini. Dan di dunia manusia akan pasti akan hidup bahagia dengan Viska," ucap Akara dengan suara lantang.
"Kurang ajar, Akara jangan kamu bermain-main denganku. Kembalikan istriku!"
"Aku serius Raja Gibran. Sungguh aku sangat mencintai istrimu, selamat tinggal." Akara sangat tega memisahkan dua insan yang saling mencintai. Viska tidak bisa melakukan apa-apa, dia pun sudah pingsan saat ini.
Kini Akara keluar dari gua itu, Gibran pun hendak mengikutinya, namun Ibu Ratu Zayn mencengah anaknya untuk pergi. "Viska, jangan pergi," teriak Gibran.
"Kendalikan dirimu, Bran. Gua itu akan membuatmu lemah dan hilang ingatan. Kamu di sini punya tanggung jawab sebagai seorang Raja. Viska pasti kembali, percayalah dengan ibumu." Zayn memeluk Gibran dengan erat, tubuh Gibran pun terjatuh di tanah.
"Aku tidak bisa hidup tanpa adanya Viska, aku mencintainya, ibu." Raja yang dikenal paling kuat itu, kini terlihat lemah dan menangis, cintanya begitu besar kepada istrinya.
"Kamu harus kuat, Viska pasti akan kembali, kamu tidak perlu khawatir, Nak. Viska tidak akan menjadi manusia, sebab Viska memiliki darah suci, berbeda dengan Vampir lainnya." Zayn mencoba menenangkan hati anaknya yang hancur saat ini.
***
"Jadi, aku ini Vampir?" Winda menatap Gibran dengan penasaran.
Gibran pun hanya tersenyum tipis. "Iya."
"Tapi aku gak suka minum darah, aku suka minum jus jeruk dan sayur." Mendengar itu Gibran pun terkekeh, percuma saja Gibran menjelaskan panjang lebar, nantinya Winda pasti akan semakin bingung.
"Itu sebabnya kamu menjadi lemah saat suamimu Arga menyakitimu, Viska yang kukenal dulu adalah sosok yang kuat dan tangguh, tidak seperti ... siapa namamu?" Gibran menahan tawanya saat melihat raut wajahnya Winda terlihat kesal.
"Namaku Winda."
"Nama yang tidak estetik." Gibran mati-matian menahan tawanya, pria tampan itu harus menjaga imegenya.
"Kamu mengatakan kalau mencintaiku, tapi kenapa kamu sering mengejekku?" ucap Winda dengan kesal.