"Sebelumnya perkenalkan nama saya, Haykal. Saya guru agama di sekolah Nia. Sekaligus tetangga juga, Nyonya. Um, rumah saya ada disebelah kanan rumah ini," ucap Haykal.
"Nyonya dan …." Haykal menoleh ke arah Amanda.
"Ah, Barack. Dia kakak saya, anda bisa memanggilnya dengan namanya, Barack," jawab Amanda menjelaskan siapa Barack tersebut.
Kembali Amanda menyebut dirinya 'saya' kepada Haykal. Memang Amanda belum bisa menempatkan diri hendak menyebut dirinya sebagai aku atau saya di depan suaminya.
"Mas Barack, kami menikah karena permintaan terakhir Pak Maliki. Awalnya, pernikahan ini memang untuk saya dan Nia. Tapi baik saya ataupun Nia tidak mau menikah, jadi …."
"Ya seharunya kalian kabari Mami dulu, dong! Mami kaget sekali saat mendengar dari orang lain jika anak Mami sudah menikah, dan itu dengan Ustadz, menikah secara siri pula," ucap Tamara masih syok.
Tamara memang merasa kecewa. Namun, semuanya sudah terlanjur. Tidak mungkin jika Tamara melarang pernikahan tersebut. Tapi tidak dengan Barack. Barack masih tidak terima jika Amanda menikah dengan pria lain. Dia semakin sinis tehadap Haykal.
Meskipun Amanda dan Haykal sudah resmi menjadi suami istri, tapi Tamara masih tidak menginginkan Amanda untuk tidur bersamanya selagi ia masih di kampung itu. Dan hanya Tamara-lah yang harus tidur bersama dengan putrinya.
Sampai hari ke lima, hari tujuh hari kepergian Pak Maliki, Tamara dan Barack masih ada di sana. Mereka akan pulang setelah tahlilan terakhir selesai. Begitu dengan Nia dan Amanda yang akan mulai sekolah esok hari.
*****
Malam sebelum Tamara pulang, ia mengobrol berdua dengan Haykal. Ia menceritakan ketidak se-tujuannya dengan pernikahan siri mereka. Namun, melihat kebaikan dan ketulusan Haykal, Tamara yakin jika Haykal mampu membuat Amanda bahagia.
"Mami, sangat senang jika lelaki itu adalah kamu, Haykal," ucap Tamara menyentuh bahu Haykal.
"Kamu bilang, kamu tidak mau menikahi Nia. Tapi kenapa kamu mau menikahi Amanda. Kenapa?" tanya Tamara.
"Jujur, Mami sangat kecewa karena Amanda mengambil mengambil keputusan sebesar ini tanpa memberitahu dan berdiskusi dulu dengan Mami. Jadi, sekarang Amanda adalah tanggung jawab kamu, apa yang bisa kamu jaminkan untuk masa depannya?" tukas Tamara.
Haykal terdiam. Haykal melihat ada kasih sayang yang sangat besar dan tulus dari Tamara untuk Amanda. Begitupun dengan dirinya yang bingung, kenapa tiba-tiba mau menikahi Amanda. Padahal sebelumnya, dirinya sangat menolak untuk menikah saat itu.
"Mungkin, ini masih dikatakan tidak mungkin untuk dipikir secara logika. Tapi melihat Amanda … membuat saya seakan-akan tersihir dan menuruti semua perkataannya,"
"Ketika dijodohkan dengan Nia, saya bisa menolaknya dengan tegas. Namun entah kenapa … dengan Amanda saya tidak bisa menegaskan penolak itu, Nyonya. Bahkan menyebut namanya saat akad saja, saya sangat lancar menyebut namanya melalui bibir saya," imbuhnya.
"Saya memiliki niat untuk menikah hanya sekali seumur hidup saya, InsyaAllah jika Allah mengizinkan. Saya akan menyayangi dan memberikan kasih sayang yang besar untuk Amanda,"
"Saya akan mencoba untuk mencintainya, dan menjadikannya sebagai separuh hidup saya. Jika Nyonya berkenan, saya akan meresmikan pernikahan kami secara sah KUA, tercatat di negara setelah Amanda lulus sekolah nanti." Rupanya Haykal juga bersungguh-sungguh menikahi Amanda.
Semua itu di dengar oleh Amanda dari balik pintu. Ia tidak menyangka jika Haykal akan berjanji kepada Maminya untuk selalu menjaganya. Amanda merasa jika semua orang memang menyayanginya.
"Nanti, jika Amanda liburan sekolah. Datanglah ke Amsterdam, ya. Mami akan mengenalkan dirimu kepada Nenek dan keluarga Amanda yang lainnya di sana," ucap Tamara dengan senyuman, dalam kekecewaannya.
"Insyallah, bukan saat liburan, nanti akan saja. Saya akan sempatkan membawa Amanda pulang ke sana," sahut Haykal.
Hubungan antara Haykal dan Tamara sudah membaik. Tamara juga meminta nomor ponsel milik Haykal supaya bisa memantau Amanda dari jauh sana.
Malam pertama Amanda dan Haykal satu atap. Bagaimanapun juga, Amanda memang harus tinggal bersama dengan Haykal karena mereka telah menikah. Perjanjian pernikahan juga akan mereka terapkan malam itu.
Amanda duduk di depan Haykal dan memberikannya kertas HVS, juga pulpen untuk mencatat peraturan yang akan mereka terapkan masing-masing.
"Untuk apa ini?" tanya Haykal.
"Semula ini memang rumah, Ustadz, 'kan? Jadi sebelumnya, ya pasti ada peraturan milik Ustadz sendiri," jawab Amanda.
"Karena sekarang rumah ini milik kita berdua, jadi kita harus tentukan peraturan baru untuk kita masing-masing. Apa yang tidak boleh dan boleh dilakukan di rumah ini, bagaimana?" usul Amanda dengan menggerakkan alisnya naik turun.
"Kamu tulis saja semua peraturan yang ingin kamu terapkan. Saya akan menuruti semua itu. Tapi, perlu kamu ketahui, saya tidak ada peraturan tertulis untuk kamu," sahut Haykal.
"Asha! Jangan menyesal kalau tidak membuat peraturan, oke? Aku akan tulis dulu." sorak Amanda girang.
Benar apa yang dia rasakan. Setiap kali melihat Amanda, Haykal merasakan adanya hal yang seperti terhipnotis dan hanya ingin menatap Amanda saja. Bagaikan ada angin sepoi-sepoi yang menerpa rambut Amanda, kemudian angin itu menyeka rambut istrinya itu dan memperlihatkan wajah imutnya.
"Dah, ini semua peraturan yang aku buat," ucap Amanda menyodorkan kertasnya.
Haykal mengambilnya dengan pelan. Membaca satu persatu syarat peraturan yang diajukan oleh istinya. Amanda orangnya sangat sederhana. Dia hanya minta Haykal untuk tidak mengusik hobinya dalam bermusik dan tidak memaksa dirinya untuk menjadi seperti Nia. Atau dalam arti, berubah langsung seperti wanita sholehah.
"Ini saja?" tanya Haykal.
"Yash, apa lagi? Memangnya aku harus bagaimana?" Amanda bertanya.
"Kamu tidak melarang aku boleh menyentuhmu, tidur bersama, atau mengatur tentang agama dalam hidupmu, begitu?" tanya Haykal heran.
"Memangnya aku tinggal di goa? Logikanya sajalah, hidup berumah tangga jika tanpa bersentuhan, ya bagaimana? Dosa dong aku, dahlah aku mau kerja dulu!" jelas Amanda mengambil tas waena merahnya.
"Tunggu, kerja? Kamu … kerja? Kerja apa?" tanya Haykal.
"Aku akan menceritakan kisah tentang diriku nanti setelah aku menyelesaikan pekerjaanku. Nanti juga tolong bantu aku membereskan semua pakaianku, oke? Permisi … jika tidak ada lagi yang dipertanyakan, mohon tinggalkan aku sendirian," ucap Amanda merentangkan tangannya.
"Aku akan membawakan kopermu masuk dulu," Haykal hanya bisa geleng-geleng kepala saja.
Tak perlu dipungkiri jika Amanda sudah mandiri sejak kecil. Ia menghasilkan banyak uang dari beberapa sumber. Sekarang dirinya juga menjadi penulis yang akan di kirimkan ke Amsterdam sana dengan bayaran yang lumayan mahal.
Amanda berprofesi sebagai penulis novel online dan author komik yang sudah banyak penggemarnya. Sudah sangat lama Amanda tidak melanjutkan ceritanya. Dia takut, jika nanti penggemar novel dan komiknya akan kabur karena Amanda tidak memberikan kabar kepada penggemarnya. Minimal, Amanda akan menyapa dulu penggemarnya dan akan mengembangkan lagi novel serta komik yang dia tekuni.