Chereads / Bright Light / Chapter 17 - Antara Amanda dan Haykal

Chapter 17 - Antara Amanda dan Haykal

"Ada apa dengan wajahmu? Kenapa ada yang memar seperti itu?" tanya Amanda heran.

"Aku baik-baik saja, kok. Sudahlah, pelajaran kita sebentar lagi akan dimulai. Kelas terakhir, adalah pelajaran dari suamimu," bisik Nia.

"Biasanya saja kali!" ucap Amanda.

Istirahat hanya akan diadakan sekali saja hari itu. Sebab, hari itu banyak guru yang akan menghadiri rapat. Pas sekali di jam berikutnya pelajaran dari Haykal. Terlihat Aida yang sangat antusias menyambut Haykal.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,"

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,"

"Ustadz Haykal, hari ini setor hafalan, 'kan? Kebetulan sekali saya sudah menghafal semuanya, Ustadz," Aida sangat menyukai Haykal, tentu saja dia sangat antusias.

"MasyaAllah, iya nanti urut absen, ya. Kecuali Amanda, karena dia belum mulai hafalan. Jadi mohon dimaklumi, ya …."

Raut wajah Aida terlihat kesal karena Haykal selalu menyebut nama Amanda. Aida terus saja memasang wajah masam kepada Amanda. Baginya, Amanda hanyalah anak baru yang belum mengerti apapun juga.

Kelas berakhir dengan cepat, Haykal memberi kode kepada Amanda untuk menunggunya di mobil. Amanda mengajak Nia dan Endin untuk pulang bersama. Akan tetapi tetap saja, Endin menolak karena ia masih mengira jika Amanda merebut Haykal dari sahabatnya, Nia.

"Kamu kenapa selalu menyulut seperti itu ketika bicara denganku, Endin? Kenapa?" tanya Amanda.

"Harusnya kamu …." ucapan Endin terhenti saat Nia menggenggam lengannya.

"Kenapa? Memang benar, 'kan? Saudari kembar kamu ini telah merebut Ustadz Haykal darimu? Apakah aku salah?" sulut Endin.

"Nia, sebaiknya kamu jelaskan apa yang terjadi diantara aku, kamu dan Ustadz Haykal. Aku tidak ingin ada orang lain membuat kesalahpahaman di keluarga kita! Permisi!" Amanda merasa tersinggung dengan tuduhan Endin kepadanya.

Lagi-lagi, Nia hanya bisa diam dan membuat suasana makin keruh. Endin menuduh Amanda yang bukan-bukan. Endin mengira jika selama Amanda tinggal bersama Nia, Nia sepertinya semakin tertekan. Nyatanya, memang Nia belum bisa berpikir dewasa setelah Ayahnya meninggal.

Kekesalan Amanda memang tidak tanpa alasan, ia jauh-jauh dari Amsterdam hanya untuk memberikan waktu menghabiskan hidup bersama dengan keluarganya. Tapi malah Nia lebih mempercayai apa yang dikatakan Endin.

"Aku tau dia sahabatnya. Huft, aku tau Nia tidak ada kedekatan denganku. Tapi, aku ini adalah saudarinya, mengapa dia tidak memihak kepadaku?" kesal Amanda masuk ke mobil suaminya.

BLAM!!

Suara pintu mobil dibanting.

"Setidaknya, aku sudah rela kehilangan masa kebebasanku menggantikan dirinya menikah. Kenapa dia tidak bisa melihat ketulusanku ini, hah?"

"Dia ini terlalu lemah dan mudah percaya dengan orang lain. Sehingga selalu bisa dimanfaatkan dengan mudah,"

"Aku akan pastikan bisa merubah sikap Nia yang seperti itu. Harus bisa!" 

Aida melihat Amanda masuk ke mobil Haykal. Untuk saat ini, Aida belum mencurigai apapun tentang kedekatan Haykal dengan Amanda. Dalam benaknya, Amanda hanya cari perhatian saja dengan Haykal.

"Kenapa itu saudarinya Nia masuk ke mobil Ustadz Haykal ya? Apa jangan-jangan, dia mau belajar agama lebih dalam lagi? Terus mengalahkan aku gitu? Aku yakin dia juga naksir dengan Ustadz Haykal," gumamnya.

"Ini tidak boleh terjadi, aku harus memberitahu hal penting ini kepada Tania!"

Apa yang dilihat Aida tidak sesuai dengan yang dikatakan kepada Tania. Dia menambahkan banyak bumbu masalah pada ceritanya itu. Untuk memancing emosi Tania, Aida membawa nama Nia yang sedang mendekati Devan, sang Kakak kelas yang ditaksir oleh Tania.

"Apa? Kembarannya mengejar Ustadz Haykal? Lalu, Nia juga mendekati Kak Devanku?" sulut Tania mulai terpancing emosi. "Memang, ya. Ini dua saudari kembar harus kita beli pelajaran!" imbuhnya.

"Tania, jika kita memberi pelajaran kepada Amanda, aku rasa jika kita yang akan mengalami kekalahan. Sering kali, kau dipermalukan olehnya, bukan? Jadi, mengapa kita tidak memberi pelajaran kepada Nia saja? Dia begitu lemah dan mudah untuk kita kasih pelajaran," usul Aida.

"Kamu benar juga, hari ini … Nia dan sahabatnya itu akan pulang terlambat. Kita bisa memberi pelajaran kepada mereka. Hari ini dan siang ini juga!" ketus Tania dengan senyuman sinis di bibirnya.

Haykal masuk ke mobil, ia terkejut melihat istri sirinya tengah tertidur dengan alis yang menyerit. Amanda memang selalu membawa tidur segala emosinya, hingga ia akan melupakan emosi dan permasalahan yang ia miliki di saat membuka mata.

"Sejak kapan dia masuk?" gumam Haykal, menaruh tasnya di jok kedua dengan pelan.

"Dia tidur dengan menyeritkan alisnya. Apakah dia sedang tidak baik? Sebaiknya aku tidak membangunkannya," 

Sengaja Haykal tidak membangunkan istri kecilnya itu. Dia juga mengemudikan mobilnya dengan perlahan. Sesekali melirik kearah Amanda dan mencoba memberanikan diri untuk menyentuh kepalanya.

Disaat Haykal hendak menyentuh kepala sang istri, Amanda malah terburu kebangun. Sontak, membuat Haykal mengurungkan sentuhannya.

"Kita sudah di jalan?" tanya Amanda dengan menengok ke kanan dan ke kiri. "Ustadz, ini bukan jalan pulang, 'kan? Sebenarnya kita mau kemana kita?" lanjutnya heran.

"Kamu sudah bangun? Maaf jika aku mengganggu tidur siangmu," ucap Haykal dengan lembut.

"Ahh sudahlah. Aku tidak masalah dengan itu. Haih, hari ini hari pertama aku masuk sekolah dan semua orang sudah membuatku kesal!" sulut Amanda.

"Ada apa? Katakan saja kepadaku …." Haykal memang begitu sabar kepada Amanda.

Amanda menceritakan tentang masalah Endin yang terus menyalahkan dirinya. Kemudian, meluapkan emosinya ketika kepala sekolah membandingkan dirinya dengan Nia pagi itu.

"Aku mau kau berjanji satu hal kepadaku, Ustadz," ujar Amanda menggenggam tangan Haykal.

"I-iya, ka-katakan saja, Manda," Haykal merasa gugup ketika Amanda menyentuh tangannya.

"Setelah lulus sekolah, aku ingin pernikahan kita di resmikan. Aku tidak mau tau, semua orang harus tau jika kau adalah suamiku!" emosi Amanda membuat Haykal harus menghentikan mobilnya secara mendadak.

Ciitt ....

Suara decitan ban mobil bergesek dengan aspal membuat suasana menjadi ricuh. 

Hal itu tentu saja membuat Amanda terkejut sampai dirinya hampir saja terbentur. Namun, dengan sigap Haykal langsung menahan kening Amanda agar tidak terjadi benturan antara kepala dan dashboard. Kemudian, mereka saling menatap satu sama lain. Jantung Haykal berdebar ketika melihat istrinya dari dekat.

"Ma-maafkan aku, aku mengerem mendadak. Aku terkejut saat kamu ...," ucap Haykal menyesal.

"Kamu bisa membahayakan orang lain, Ustadz. Beruntung saja dibelakang tidak ada kendaraan lain. Bagaimana jika ada motor atau pejalan kaki yang nabrak mobil kita? Kasihan kan mereka?" Amanda sendiri juga masih terkejut dengan insiden tersebut.

"Tapi mengapa Ustadz berhenti mendadak ya? Ada apa?" lanjut Amanda.

"Aku terkejut saat kamu mengatakan ... kalau kamu inginkan meresmikan hubungan kita ini secara negara," jawab Haykal gugup.

Amanda pun heran dengan pernyataan suaminya. 

"Lalu, apa masalahnya? Apakah … Ustadz tidak mau menikah secara resmi denganku? Apakah pernikahan kita hanya sebatas menuruti pesan terakhir Ayah saja? Aku rasa itu sangat menyakitkan untukku." celetuk Amanda, kemudian ia menyumpal telinganya menggunakan headphone.

Haykal masih belum mengerti dengan sikap Amanda yang begitu terbuka, ikhlas dan tulus menjalani kehidupan. Amanda mau menikah dengannya untuk menggantikan saudari kembarnya, lalu ia juga harus merahasiakan pernikahannya. Dimana, setiap perempuan pasti tidak ingin pernikahannya disembunyikan dari masyarakat.

"Lihatlah brosur ini, aku ingin memasukkan dan mendaftarkan kamu di situ," ujar Haykal memberikan brosur pesantren kilat.

"Pesantren kilat? Acara apa ini?" tanya Amanda melepas headphonehnya.

"Pesantren kilat ini sangat penting untukmu. Selama tiga hari, kamu akan belajar tentang agama Islam. Kamu sekolah di Madrasah sekarang, jadi kamu tidak mau kan ketinggalan pelajaran agama?" jelas Haykal.

"Apa manfaatnya?" tanya Amanda dengan polos.

"Banyak, tapi salah satunya … kamu bisa mendapatkan ilmu agama yang lebih mendalam, mendapat teman baru, menanamkan kemandirian, fasih dalam membaca atau menghafal Al-Qur'an, dan kamu juga akan mendapat sertifikat di acara itu," lanjut penjelasan Haykal.

"Kapan acaranya? Aku juga kan baru masuk sekolah," tanya Amanda.

"Kamu masuk di semester kedua. Sebentar lagi ujian kelas 12. Kemudian, kelas 10-11 akan libur. Nah, di hari libur itu, aku mau kirim kamu ke pesantren kilat ini, kira-kira dua mingguan lagi lah!" harap Haykal Amanda mau mendaftar pesantren kilat itu.

Apakah Amanda mau?

Lalu, apa yang akan di lakukan oleh Tania dan Aida kepada Nia?