Chereads / Cintai Aku Dengan Keras / Chapter 20 - Chapter 20 : I'm Not Your Little Brother Anymore

Chapter 20 - Chapter 20 : I'm Not Your Little Brother Anymore

๐ŸŒบ๐ŸŒบโค๏ธ๐ŸŒบ๐ŸŒบ

Satu minggu kemudian.

Malam itu Lucas jadi pergi dengan Dyvette, hanya berdua, sudah seperti berkencan saja. Sejak saat itu Lucas jadi lebih sering melamun, dia selalu terbayang waktu-waktu yang dia habiskan bersama Dyvette. Senyumnya, tawanya, wajah ketus kesal dan cemberutnya.

Semua tentang Dyvette~

(Di teras kamar Dyvette, Lucas sedang berdiri menikmati pemandangan taman. Dyvette punya dua kamar, satu di lantai bawah, satu di lantai tiga. Di lantai bawah lebih sering ditiduri sekarang karena dia akan malas naik ke atas kalau sudah terlalu lelah pulang kerja. Namun barang-barangnya lebih banyak di kamar yang di atas. Di kamar atas juga yang ada kolamnya)

"Lucas!"

Lucas mengerjap-ngerjapkan mata, dia lumayan kaget.

"Melamun terus! Ini ambil." Dyvette melemparkan sebuah kotak sedang warna biru muda yang masih disegel pita. Ada tulisan permata dengan logo berlian di sana. Lucas menangkapnya dengan sempurna.

"Apa ini, nona?"

"Buka saja."

Dengan hati-hati Lucas membuka kotak itu. Ternyata isinya satu set pakaian.

"Maaf, aku tidak membeli pakaian dalamnya karena tidak tahu ukuran dalammu. Kalau ukuran bajunya sih aku sudah hafal." Dyvette mengatakan itu dengan santai.

Lucas tersedak air liurnya sendiri.

"Kamu gak suka?" tanyanya setelah melihat reaksi Lucas yang semakin terlihat menghindari kontak mata dengannya.

"Suka. Suka sekali. Nona sangat pengertian. Terimakasih banyak nona." Lucas mengatakan itu tanpa melihatnya.

Yve memilih untuk tidak menggodanya saat ini, nanti takutnya Lucas semakin tidak nyaman pikirnya.

"Pakai itu nanti malam. Kita diundang ke pesta oleh Darius."

"Pesta apa?"

"Merayakan putrinya Moselle yang sudah bisa jalan."

Darius benar-benar memanjakan Moselle, sekedar sudah bisa jalan saja langsung mengadakan pesta. Apakabar nanti kalo dia sudah bisa minta uang jajan!

"Baiklah." hanya itu jawabannya.

Dyvette merasa kesal pada Lucas, akhir-akhir ini Lucas terlihat sedang menghindarinya.

Dengan nada jengkel dia bertanya : "Lucas, kamu sudah punya pacar?"

"Belum, kenapa nona?"

Yve semakin ketus, "Lihat aku sini, aku sedang bicara padamu lho bukan sama punggungmu."ย 

Lucas berbalik dengan perlahan. Dia menelan salivanya, terlihat sangat gugup.

"Aku punya salah sama kamu?"

Deg deg deg

"Tidak, nona tidak melakukan kesalahan apapun."

"Terus? Kenapa kamu menghindariku?" Dyvette langsung to the point saja, karna dia tidak suka bertele-tele.

"Nona...." Lucas tidak tahu harus menjawab apa, masa dia harus jujur sih, kan malu. Mana mungkin dia akan mengatakan kalau dia merasa canggung setelah bermimpi 'erotis' bersamanya, ya Tuhan!

"Jawab, aku tidak suka orang yang bertele-tele dan banyak drama." tegasnya.

Lucas memberanikan diri menatap mata Dyvette. Dengan debaran di dadanya, Lucas merasa heran dia masih hidup sampai sekarang, ia berpikir kalau jantungnya akan meledak karena debaran yang keras itu.

"Nona, bisakah aku bertanya sesuatu?"

"Silakan."

"Nona melihatku sebagai apa?"

Dyvette sedikit heran dengan pertanyaan itu, dia mencoba memikirkan jawaban apa yang akan bisa dimengerti Lucas.

Dia melanjutkan, "Aku tahu aku adalah pengawal pribadi nona, tapi aku merasa, nona tidak memperlakukan aku seperti seorang pengawal. Nona tentu sadar kalau aku ini seorang pria dewasa yang normal, bukan?"

Dyvette barusaja tersadar.

Sejak awal, dia memang tidak pernah menganggap Lucas sebagai pengawal pribadinya. Yang dia rasakan dalam hatinya Lucas adalah teman dekat dan adik yang manis. Meskipun Lucas lebih tua darinya, tapi sikap polos dan penurut Lucas membuatnya jadi merasa lebih tua dari pria itu.

Ditambah wajahnya yang masih babyface, siapa yang akan menyangka kalau usia Lucas sudah mau tiga puluh?

"Lucas, kamu adalah temanku, adik kecilku yang manis. Aku tahu kalau kamu lebih tua dariku, tapi dalam hatiku kamu itu seperti adikku yang manis. Kepolosan dan sikap penurutmu aku sangat menyukainya."

"Aku tidak sepolos itu. Aku sedikit mengerti hubungan antara wanita dan pria, tidak ada lelaki yang akan selalu polos dan hatinya baik-baik saja setelah bersama denganmu dalam waktu yang lama."

Dyvette melihat ada yang berbeda dalam mata Lucas. Dia mulai merinding, dia merinding karena dia sudah mengerti. "Lucas, apa.. Apa kamu tertarik padaku? Menyukaiku sebagai pria pada wanita?"

Dyvette merasa kepalanya seperti dijatuhi meteor lalu pecah berhamburan ke mana-mana. Kepingan-kepingan itu berbentuk kaca berisi memori-memorinya bersama Lucas. Bagaimana dia selalu menggodanya, berdekatan dengannya, menempel padanya, memeluknya, dia merasa nyaman karena dia tidak pernah menyangka kalau Lucas akan memiliki perasaan itu padanya.

"Memangnya nona mau aku menyukai nona dengan cara apa? Sebagai adik kepada kakaknya?"

Lucas maju selangkah. Dyvette mulai merasa waspada. Hatinya sudah berdebar keras, apa yang akan Lucas lakukan?

Lucas semakin mendekatinya, dia reflek langsung mundur, satu langkah Lucas mendekat, satu langkah pula Dyvette ke belakang. Sampai dia terpojok dan punggungnya menyentuh tembok. Dyvette mengengok ke sana dan ke sini, sepertinya dia tidak punya cara lain selain menamparnya nanti.

Lucas memerangkapnya dengan kedua tangan.

Pikiran Dyvette sudah sangat negatif, tapi ternyata Lucas tidak seperti apa yang ada di dalam otaknya.

Lucas hanya menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Suaranya berat namun syahdu di telinga Dyvette : "Maafkan aku, aku tahu aku sudah melangkahi batas. Tidak seharusnya aku memiliki perasaan seperti itu padamu. Aku hanya minta satu hal, jangan menganggapku seperti adik kecilmu yang manis lagi." terdapat jeda untuk beberapa detik sebelum dia mengatakan ini dengan nada yang lebih dalam dan serius, : "Aku juga bisa menghamilimu, sama seperti pria lain."

Dyvette membatu. Melihat reaksi Dyvette yang hanya diam, Lucas jadi tersadar. Dia mundur selangkah dan menundukkan kepalanya.

"Tolong hukum aku, aku sudah sangat kurang ajar dan aku ingin nona menghukumku agar aku kembali pada kenyataan."

Dyvette berdebar dengan sangat keras, nafasnya mulai memburu. Campur aduk perasaannya saat ini.

(PLAK)

Dyvette menamparnya.

Mata Lucas membulat kaget, dia hanya diam menerimanya. Dia sadar kalau dia salah. Bahkan kalau Dyvette akan membuangnya juga dia akan pasrah.

"Itu hukumanmu karna kamu sudah nakal. Aku akan menganggap kalau kamu tidak pernah mengatakan apapun. Tolong, aku tidak ingin hubungan kita menjadi canggung."

Lucas melangkah mundur. Dia terlihat sangat merasa bersalah. "Maafkan aku, nona. Aku akan pergi bersiap-siap."

Setelah mengatakan itu Lucas langsung pergi membawa kotak pemberiannya. Dyvette masih syok. Dia mengusap dadanya beberapa kali, berharap debaran di dadanya menghilang.

Oh Tuhan, tangannya bergetar.

Dia telah menampar Lucas!

Dyvette merasa sangat bersalah..

Ke mana Lucas yang selalu manis dan lugu? Lucas yang barusaja dia lihat adalah Lucas yang dewasa dan mengintimidasi.

Aura menyeramkan pada Lucas itu entah datang dari mana?

Dan sekarang Dyvette sudah sadar dan mengakui kalau Lucas adalah pria dewasa.

๐ŸŒบ๐ŸŒบโค๏ธ๐ŸŒบ๐ŸŒบ

Pesta yang digelar Darius adalah pesta sederhana di rumahnya, hanya mengundang kerabat dan rekan kerja saja. Beberapa karyawan kantor terlihat hadir.

Ruangan itu didekorasi oleh balon dan boneka-boneka karakter. Ada juga patung es besar berbentuk putri duyung.

Moselle sangat lucu dan imut, semua orang bersorak menyemangatinya saat dia sedang berjalan dengan tertatih menghampiri ibunya. Semakin Moselle dekat, semakin berjalan mundur pula ibunya.

Pesta ini bukan hanya pesta merayakan Moselle yang sudah bisa jalan, tapi sekaligus syukuran karena istri Darius sedang hamil lagi.

Ya, Moselle, bayi yang baru bisa berjalan itu sudah mau punya adik :)

Rumah Darius lumayan besar, tiga lantai. Ada dua tiang besar di depan pintu masuk, menambah kesan megah pada rumahnya. Tapi dalamnya tidak terlalu berlebihan, terbilang rumah yang hangat jika dibandingkan dengan arsitektur luarnya.

Dyvette datang, menggandeng tangan Lucas.

Betapa penampilan bisa merubah imej seseorang. Lucas terlihat seperti putra dari keluarga bangsawan malam ini.

Sangat serasi berjalan di samping Dyvette. Vivian saja sampai melongo waktu melihat Lucas tadi, katanya, sejak kapan anak bodoh ini jadi tampan begini.

Lucas hanya tersipu mendengarnya.

Dyvette mendatangkan penata gaya untuk mendandani Lucas. Meskipun ini bukan pesta besar-besaran, tetap saja Dyvette tidak mau datang sendiri tanpa gandengan. Mereka sudah berbaikan, walaupun sebenarnya akan sangat sulit melupakan kejadian tadi.

Mereka mengenakan pakaian couple.

Semua orang terpana begitu mereka melihat Dyvette dan Lucas bergandengan. Banyak juga yang patah hati karena Dyvette menggandeng seorang pria.

Terdengar bisik-bisik.

"Siapa yang digandeng nyonya?"

"Dia tampan sekali."

"Setampan apapun, aku tetap tidak rela melihatnya. Nyonya Dyvette, putrikuuu."

Lalu satu karyawan pria yang terlihat seperti seorang kutu buku dengan kacamata besar menganga lebar dan menjatuhkan gelas wine yang sedang dipegangnya.

Pranggggg..

Suara gelas itu nyaring terdengar karena suasana menjadi hening sejak Dyvette masuk.

"Hallo, selamat malam semua." Dyvette memecah keheningan.

Dia tersenyum ceria.

Ceria.

Semua orang menjawab 'selamat malam nyonya' dan kerabat-kerabat Darius membalas dengan senyum ramah. Mereka kembali pada kegiatan masing-masing, mengobrol dan semacamnya. Seorang pelayan datang untuk membersihkan pecahan gelas.

"Terimakasih sudah bersedia datang, nyonya." Darius dan istrinya menghampiri mereka berdua.

Dyvette tersenyum ramah, : "Sudah diundang, masa tidak datang."

"Siapa tuan ini, aku belum pernah bertemu dengannya?"

Semuanya kembali hening, mereka sepertinya penasaran juga.

"Ah, dia adalah Lucas."

Lucas dan Darius berjabat tangan,

Dyvette baru sadar kalau Lucas memakai gelang. Gelang rantai dari emas putih, di tengahnya ada bandul bentuk tengkorak dengan mahkota ruby.

Lucas pergi ke pengrajin perhiasan seminggu yang lalu untuk membuat gelang itu.

Gelang itu bentuknya seperti jam tangan, hanya saja bukan kotak jam melainkan bandul tengkorak yang sudah sedikit dimodifikasi.

Salah satu pria yang berada di sana terlihat menatap tangan Lucas sangat lama. Dia memperhatikan bandul tengkorak itu.

"Pasangan anda?" tanya istri Darius.

Dyvette tersenyum, sedikit gugup dia menjawab : "Masih pendekatan, belum sampai ke sana."

Annette, istri Darius : "Semoga kalian berjodoh ya."

Dyvette tertawa, Lucas hanya tersenyum menanggapinya. "Amin." balasnya pelan.

Mendengar balasan nonanya, dunia Lucas seolah berhenti berputar, semua hal menjadi buram, yang terlihat jelas di matanya hanya Dyvette yang sedang berbicara, namun suaranya tidak terdengar. Seperti adegan slow motion, anting berlian yang dipakai Dyvette terlihat berayun pelan sambil memancarkan kilauan indahnya.

Di dalam pikiran Lucas sekarang sudah ada bayangan mereka menikah dan memiliki anak.ย 

Dyvette tidak menyadari reaksi Lucas, dia bertanya pada Annette : "Moselle mana?"

"Itu, lagi main sama pamannya."

Dyvette mengikuti arah pandang Darius, lalu terlihat Moselle sedang tertawa-tawa sambil berjalan di atas kaki orang yang disebut pamannya itu.

Yve membawa hadiah untuk Moselle, yaitu kalung berbandul mahkota dari berlian. Dia tidak tahu mau kasih kado apa dan dia juga tidak mau pusing memikirkannya. Jadi apa yang dia punya saja di rumah (^v^)

Pesta berjalan lancar, semuanya menikmati pertunjukkan penyanyi anak-anak yang didatangkan Darius. Setelah Darius mengumumkan kalau istrinya tengah hamil anak kedua, semua orang bersorak. Banyak yang memberikan selamat.

Mereka makan bersama dan berbincang-bincang sedikit, ada yang membicarakan cuaca, gosip-gosip artis dan penyanyi, membicarakan kebun binatang yang sebentar lagi akan dibuka, dan banyak lagi hal lainnya.

Dyvette duduk di meja bersama Darius, Annette, dan Lucas. Moselle sudah tidur dan dibawa ke kamar oleh pengasuhnya beberapa saat yang lalu.

Dyvette : "Wow, Darius. Tidak kusangka di balik tampang dingin dan datarmu, kau sangat suka membuat anak ya. Moselle baru bisa jalan dan istrimu sudah hamil lagi. Ckckck."

Darius hampir tersedak untung saja sifat kalemnya menyelamatkan dia.

Sedangkan Annet ternganga di sebelahnya. Dia baru tahu kalau ternyata Dyvette tidak se'anggun yang dia bayangkan.

"Ahemm... Aku memang ingin punya anak yang banyak agar di masa tua nanti tidak kesepian." jawab Darius dengan tenang.

"Non.... Aww..." Lucas hampir saja berteriak.

Dyvette menginjak kakinya dengan keras. Tadi sebelum ke sini, mereka sudah membuat kesepakatan kalau Lucas tidak boleh memanggilnya nona.

Lucas memandang Dyvette yang terlihat sedang tersenyum sangat manis padanya.

"Yve, menurutku itu hal yang bagus. Memiliki anak yang usianya tidak terpaut jauh, jadi nanti mereka tumbuh bersama."

"Tidak sebaya juga mereka akan tetap tumbuh bersama." jawab Dyvette yang tidak mengerti.

"Jadi begini, maksud tuan Lucas adalah, mereka akan berteman dekat karena usianya tidak terlalu jauh. Contohnya aku, aku, kakak dan adikku tidak terlalu dekat karena usia kami yang terpaut jauh. Kami bersekolah di sekolah yang berbeda, setiap hari juga tidak bersama karna mereka bermain dengan teman-teman seusianya. Kesenjangan usia itu yang akan membuat canggung nantinya karna kita tidak akan nyaman kalau mau curhat atau semacamnya, begitu." Jelas Annette.

"Hem.. Begitu." Dyvette mengangguk paham. Ternyata ada pemikiran seperti itu juga, ya? Dyvette baru tahu. Selama ini dia kira kalau hal-hal seperti itu tidak terlalu penting.

Annette : "Kalian berdua sangat serasi, sudah kenal lama?" jiwa-jiwa gosip Annette mulai keluar.

Dyvette : "Kenalnya sih sudah lama, kami bertemu lima tahun yang lalu. Tapi dekatnya sudah hampir satu tahun terakhir ini."

"Dan kalian belum ke tahap 'itu' juga?" tanya Darius heran.

"Ke tahap apa maksudmu, pak Darius?" balas Dyvette penuh penekanan.

"Maksudku, pacaran atau semacamnya."

Lucas : "Ehem.. Yve tidak terlalu suka dengan hubungan melodrama seperti itu. Jadi kami hanya dekat sebatas teman saja."

"Yah, dia memang terlihat tidak memiliki bakat romantis, aku tidak bisa membayangkan wajahnya yang selalu masam itu menjadi manja dan penuh cinta." Darius blak-blakan karena Dyvette juga sama. Dia sudah tidak sungkan lagi.

"Kau tidak berkaca ya. Annette, aku jadi penasaran bagaimana lelaki papan ini bisa mendapatkan hatimu? Kau terlalu cantik dan lembut untuk menjadi istrinya."

Darius dengan wajah pokernya melemparkan aura permusuhan, sedangkan Annette malah tersenyum mendengar pertanyaan Dyvette.

"Dia dingin dan datar luarnya saja kok, nona. Padahal dia sangat manis aslinya, kalau tidak aku mana mungkin mau menikah dengannya."

Darius membenarkan posisi duduknya. Dyvette dan Darius saling menatap tajam.

Entah mengapa mereka menjadi seperti kakak beradik yang tidak mau saling mengalah begitu.

Malam itu mereka berempat mengobrol sampai malam. Tidak ada kecanggungan, mereka hanya menikmati suasana yang terasa sesuai dengan mood mereka saja.

Rupanya benar, Darius tidak sedatar papan seperti yang Dyvette bayangkan, dia cukup banyak bicara, mungkin karena dia sudah nyaman, atau mungkin juga karena dia sedang bersama Annette. Darius juga punya bakat nyinyir :(

Darius dan istrinya sangat ramah. Mereka tidak tersinggung dengan ucapan blak-blakannya. Berbincang seperti ini bersama Lucas dan mereka, Dyvette merasakan suatu kehangatan yang selama ini dia pikir dia tidak membutuhkannya.

Betapa bahagianya jika memiliki teman dan keluarga yang berhubungan baik seperti ini..

Dia tidak memiliki kerabat, jadi dia akan senang kalau memiliki teman/rekan yang bisa memahaminya.

Yah, apa yang dia harapkan? Dia tumbuh hanya berdua saja dengan ibunya, tidak pernah ada kerabat yang berkunjung, yang sering datang adalah rekan-rekan kerja ibunya saja.

Ibunya juga tidak pernah menceritakan tentang mereka (kerabatnya)

Hanya Alma, teman sejak masa kecilnya saja yang paling dekat dengannya. Dan sekarang mereka sudah jarang bertemu sejak Alma menikah..

Malam ini, Dyvette bahagia.