Chereads / Cintai Aku Dengan Keras / Chapter 24 - Chapter 24 : Langsung Pada Intinya

Chapter 24 - Chapter 24 : Langsung Pada Intinya

๐ŸŒบ๐ŸŒบโค๏ธ๐ŸŒบ๐ŸŒบ

Setelah kejadian di tenda pada hari itu, Ankhamun mengiriminya surat dan bunga hampir setiap hari. Dia juga entah mendapatkan nomor telepon rumahnya dari mana, tapi Dyvette belum berani menjawab panggilannya. Selalu Vivian yang dia andalkan untuk berbohong saat pria itu menelpon.

Ankhamun lebih banyak menjengkelkannya kalai dibanding dengan romantis, tapi anehnya meskipun merasa sebal, Dyvette dengan gembira terus membaca surat-surat dari Ankhamun, padahal isinya selalu singkat, padat dan jelas.

Apakah seorang pangeran tidak tahu tatakrama? Menulis surat saja tidak benar, dia benar-benar pernah sekolah, bukan?

Memangnya kamu mau dikirimnya dekrit kerajaan biar isi suratnya resmi begitu Yve? (-_-)

Surat-surat sabda baginda Ankhamun isinya seperti ini :

1. Senin 27 November

Hai sayang (^3^)

Lingkari pesan di bawah ini dan kirim kembali!

~Apakah kamu merindukanku?

A. Ya

B. Ya

C. Tentu saja IYA

_____________

Dan Dyvette menulis jawabannya sendiri : D. Tidak sama sekali lalu melingkarinya.

2. Rabu, 29 November

Bagaimana dengan hari ini?

Apakah kamu sudah merindukanku?

A. Ya

B. Ya

C. Aku tidak bisa tidur karena selalu terbayang wajahmu..

________________

Dan Dyvette menulis kembali jawabannya : 'Aku benar-benar telah meremehkan tingkat ke tidak tahu maluanmu, yang Mulia. (TvT)

Tidak ada kata salam atau sambutan Dyvette menulis kata-kata itu dalam selembar kertas bergaya kuno. Karena Ankhamun juga begitu jadi diamah mengikuti saja :)

3. Jum'at, 1 Desember

Apakah hari ini kamu masih belum merindukanku juga?

Padahal aku sangat merindukanmu.

Dyvette, kamu sangat tidak berperasaan. Hati pria rendahan ini terluka..

__________________

Dyvette membalas setelah terbatuk-batuk: Rakyat sipil biasa ini sungguh merasa sangat tersentuh, pangeran AGUNG seperti anda selalu menyempatkan waktu untuk mengirim surat di tengah kesibukan yang padat. Semoga anda selalu sehat, yang Mulia. (^v^)

4. Senin, 4 Desember

Kamu benar-benar tidak pernah mempertimbangkan untuk merindukanku?

_____________

Dyvette menempelkan telapak tangan di keningnya, dia harus membalas apa?

Setelah cukup lama berpikir dia akhirnya menulis : Memangnya kalau misalnya, misalnya aku sedikiiiiiiiit merindukanmu, anda mau apa yang Mulia?

5. Rabu, 6 Desember

Ayo bertemu! Nanti kujemput (^v^)

_________

Dyvette membalas : Maaf aku sangat sibuk.

**

Begitulah beberapa isi surat dari Ankhamun, dan itu terus berlanjut sampai tanggal 1 Januari. Yang sebenarnya isinya tidak jauh berbeda, Ankhamun selalu menanyakan apakah Dyvette merindukannya ๐Ÿ˜Œ

Kurir pos yang mengantarkan surat mereka dengan paket kilat sampai terlihat sedikit bosan.

Kali ini di dalam isi surat itu terdapat sebuah kalung yang berukir nama Dyvette.

Isinya begini :

Selamat Tahun Baru Dy, semoga di tahun ini hubungan kita semakin berkembang ya (Amin)

Aku berdo'a agar kamu selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan, aku juga berdo'a supaya kamu bertambah kaya (Amin)

Bukankah aku sangat pengertian? (^v^)

___________

Dyvette menghirup buket bunga besar dari Ankhamun, sekarang ruangan kerjanya sudah seperti toko bunga.

Dyvette tidak membuang satupun bunga darinya, meskipun bunga itu ada yang sudah kering dan layu. Dyvette tetap menyimpannya

Sekretaris Fazan masuk dan memintanya untuk menandatangai suatu berkas, setelah selesai Dyvette kembali melamun, sendirian.

Sudah tidak ada harapan lagi, dia mulai menyerah mencari Lucas. Biarlah, nanti kalau memang takdirnya mereka pasti bertemu lagi.

Dia hanya bisa berdo'a semoga pria itu selalu sehat dan tidak kekurangan apapun. Dyvette sekarang hanya ingin fokus pada dirinya sendiri, dan juga fokus pada pembangunan yayasan.

Darius masuk setelah mengetuk pintu, Dyvette masih mengamati surat dari Ankhamun, dia belum menemukan jawaban yang tepat untuk membalasnya.

Darius membawa amplop besar, itu adalah laporan rincian keuangan dari proyek mereka, setiap sebulan sekali pasti akan diperiksa oleh Dyvette.

"Presdir, kau sekarang sudah seperti kurir pengantar paket, sepertinya aku harus menaikkan sedikit gajimu."

Darius masih sangat tenang. "Yah, ini agak penting jadi aku ingin berhati-hati."

"Hei! Tentu saja sangat penting, apanya yang 'agak'?"

"Sudah tahu penting lalu kenapa mengejekku?"

"Ya Tuhan, kau semakin seperti papan triplek saja, disenggol sedikit retak."

"Triplek tidak serapuh itu ya bu." balasnya membela diri.

"Iya iya, aku hanya becanda. Sana pergi, merusak pemandangan saja." kesal Dyvette. Tapi Darius masih berdiri di sana, meneliti setiap sudut ruangan.

Dyvette dalam hati : 'Pasti dia akan bicara pedas.'

Darius : "Kantormu jadi horror ya sekarang, sejak kapan nona tandus kita menyukai bunga. Kalau anda butuh seorang psikiater kabari saja aku, nyonya. Aku punya kenalan psikiater terkenal." dia mengatakan itu dengan ramah.

"Aku selalu menyukai bunga! Dan siapa juga yang tandus? Aku sangat subur dan penuh gairah!"

Darius tidak menjawab lagi, setelah mencapai pintu, dia berucap pelan sebelum pergi. "Selamat siang nyonya subur."

"Arrrgghhh...."

Seperti itu pun sikap Darius sehari-hari, Yve tidak bisa benar-benar marah padanya. Biarlah, bukannya bagus ya kalau tidak terlalu canggung, jadi tidak membosankan?

Dyvette akhir-akhir ini jadi lebih sering memikirkan Ankhamun, dia merasa sangat bajingan dan berdosa karena mau didekati oleh orang yang sudah beristri.

Tapi Ankhamun berkali-kali sudah mengatakan kalau dia tidak pernah mencintai Estheria. Dyvette jadi bingung, kurang apa wanita itu? Cantik, berbakat, anak panglima. Kenapa Ankhamun masih terus mengejarnya. Apakah karena penasaran?

"Kalau nanti aku sudah menjadi miliknya, apakah sikapnya akan berubah?" Dyvette bertanya pada udara

Setelah berpikir lama, tidak, tidak lama. Sebenarnya ini cukup sebentar, atau malah terlalu tergesa-gesa. Dyvette tidak peduli.

Sepertinya nanti dia juga akan hidup mengikuti jejak ibunya, tapi masa bodoh, tanpa orang lain pun dia masih bisa menghidupi dirinya sendiri.

Tangan Dyvette bergetar saat menulis kata demi kata di atas sebuah kertas berwarna coklat muda, jantungnya berdegup kencang. Sensasi sengatan listrik itu tiba-tiba kembali datang, padahal dia tidak melakukan apa-apa. Tapi bayangan-bayangan tidak senonoh itu terus melintas di kepalanya.

Apakah dia ketularan mesum dari Ankhamun? Kenapasih, hubungan mereka seperti itu? tidak jelas pula. Pacaran juga tidak. Dyvette merasa kepalanya mau meledak.

Dia menulis..

"PANGERAN ANKHAMUN YANG TERHORMAT.

AYO BERSETUBUH"