ππππ
Sore hari, di tengah samudera biru yang luas dan nampak tak berujung .
Melaju sebuah kapal besar nan megah, bendera hitam yang besar berkibar di atasnya. Bergambar kepala tengkorak yang bermahkotakan rubi, siapapun yang melihat dari kejauhan pasti akan langsung memutar arah.
Perompak "malaikat samudra" adalah perompak yang cukup terkenal di lautan, namun beberapa orang menganggapnya hanya mitos karena tidak ada yang pernah melihat kapal induknya secara langsung. Yang konon katanya seperti istana di atas laut. Well itu berlebihan, seorang pelaut pasti telah menambah-nambahkan cerita tentang kapal "malaikat samudra" supaya terdengar dramatis dan orang-orang semakin takut untuk melaut lebih jauh. Tapi memang nyatanya hanya beberapa orang saja yang pernah melihat kapal induk itu, sebelum mereka tewas tentunya.
Jika akan menjarah, para perompak "malaikat samudra" akan menggunakan kapal lain, barulah setelah mendapatkan hasil, mereka akan setor pada raja perompak yang tinggal di kapal induk.
Di bagian depan kapal induk itu terdapat tujuh meriam besar yang mengarah ke segala sisi, seolah dirancang untuk menghancurkan apa saja yang menghalangi jalan di depannya. Meriam itu berbentuk seperti naga oriental, jadi setiap kali mengeluarkan ledakan akan terlihat seperti naga yang mengamuk. Ada seorang kapten yang berdiri di area itu, dialah yang bertugas menyalakan mereka kalau sedang diperlukan.
Semua bentuk pertahanan ada di segala sisi, meriam, regu tembak, pelempar bom, assassin, dan orang-orang yang tingginya di atas rata-rata berdiri dengan tegap di sana.
Ada enam kapal yang lebih kecil di kedua sisi dan di belakang kapal besar itu, sepertinya mereka adalah kapal penjaga. Orang-orang berpakaian serupa terlihat sedang bersuka cita, bermain kartu dan meminum arak, tertawa dan menari diiringi musik tradisional.
Ketujuh kapal itu melaju dengan pasti mengikuti arah angin, dengan yang paling besar memimpin di depan.
Betapa megah, betapa perkasa, seolah mampu melawan badai sebesar apapun.
Di lantai bangunan atas kapal induk, duduk seorang pria muda, memegang kitab, menikmati senja seorang diri.
Rambutnya yang mulai lebat karena lama tidak di potong terlihat melayang lembut saat tertiup angin.
Pakaiannya berbeda dari yang lain, namun satu yang membuat identitas mereka serupa, dia memakai bros kepala tengkorak di dada kirinya. Tetapi di dada kanannya menempel bros mahkota rubi dengan rumbaian rantai-rantai kecil, yang menandakan jika kedudukannya lebih tinggi.
Menambah kesan mewah dan mulia. Dia terlihat sangat fokus membaca, di bawah langit senja yang menyiramkan cahaya keemasan, kulitnya yang cokelat dan lembut bersinar terang.
Sungguh scene yang indah, jika saja dia benar-benar menikmati suasana itu.
"Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!" ia membaca satu ayat dari kitab yang dipegangnya.
"Amin."
Pria muda itu menoleh, lalu tersenyum tipis.
"Apa kau masih mengingat kehidupanmu sebelum lupa ingatan, Noah?" tanya pria yang barusaja mengamininya.
Noah menggeleng satu kali. Dia menutup kitabnya sebelum kembali menatap Iaros.
"Sayang sekali. Banyak kenangan indah masa kecil yang kau lupakan. Dulu, kau dan aku sering main lempar-lemparan bola di sini."
Iaros memandangnya dengan penuh kasih sayang, entah itu kasih sayang yang murni atau hanya pura-pura. Noah masih berusaha untuk menerima kenyataan yang sangat jauh dari bayangannya selama ini.
Noah tidak menjawab, dia mencium kitabnya sebelum diletakkan pada meja. Kemudian Iaros mengambil duduk pada kursi di depannya.
'Noah memandang lautan di depan dengan dada yang semakin sesak saat dia bertanya : "Jadi kapal ini sudah berlayar sebelum aku lahir?"
Iaros mengangguk. "Jauh sebelum kau lahir."
"Berapa banyak kapal yang sudah hancurkan dan dijarah oleh pria itu?"
Iaros menghela nafas, mencoba tetap tenang, menjawab, "Pria itu adalah ayahmu, Noah. Tidak peduli jika kau tidak ingin mengakuinya karena dia adalah seorang perompak yang kau bilang tidak bermoral itu. Dia tetap ayahmu!"
'Noah' mendengus. Tidak semudah itu bisa menerimanya. Sampai saat ini Iaros masih terus membujuknya untuk mengambil posisi itu. Raja dari tiga raja perompak, mana mungkin dia yang sudah hidup dengan 'rendah hati' tiba-tiba berubah menjadi orang yang memiliki gelar tinggi 'Biadab' dalam sekejap.
Tentu saja dia tidak mau! Meskipun harta dan kedudukan itu sangat menggiurkan, tetap saja itu didapatkan dengan cara menyakiti orang lain!
Tidak terhitung berapa banyak peti yang berisi emas dan permata, atau betapa megahnya kapal ini, itu tidak membuatnya tertarik.
"Apakah dia benar-benar menyayangiku?" Noah terlihat sedih.
Iaros tersenyum kecut, "Kau masih meragukan kasih sayangnya?"
"Hampir dua puluh tahun dia terus mencarimu, semua negara dan pulau dia datangi. Berapa banyak nyawa orang-orangnya yang telah dia korbankan untuk bertarung demi mencarimu, jika bukan karena pangeran bernama Ankhamun, aku tidak akan menjadi semarah ini!" urat kepala Iaros membesar saat mengatakan itu, tangannya juga mengepal keras.
"Bagimana aku bisa hilang jika dia benar-benar menjagaku dengan baik?"
"Ceritanya panjang, aku persingkat saja. Saat itu pertempuran dengan armada laut Hazereth benar-benar kacau. Mengetahui kalau kau adalah putra satu-satunya Loui, mereka mengambilmu sebagai sandra, kau ditahan selama satu minggu sebelum akhirnya mereka mengatakan kalau kau sudah dilemparkan ke laut. Loui benar-benar marah, dia membabi buta dan berduel dengan pemimpin mereka, untungnya Loui menang. Ayahmu langsung membantai mereka setelah puteranya dinyatakan meninggal. Semua kesepakatan bisnis hancur dan sia-sia."
Noah terlihat semakin penasaran, "Lalu apa yang terjadi setelah itu?"
Dengan wajah penuh dendam Iaros menjawab "Seluruh pasukan armada laut itu tenggelam bersama kapal induk mereka."
Lucas menampilkan wajah dingin, seperti orang yang tidak memiliki perasaan. Berbeda sekali dengan dia yang selalu hangat dan manis selama ini. Ke mana kehangatan itu hilang dalam waktu beberapa bulan saja?
Benar, anak perompak itu adalah Lucas.
Iaros sudah menceritakan bagaimana ayahnya meninggal, Eveth juga ikut bersaksi. Bagaimana brutalnya prajurit Ankhamun membantai mereka, dan betapa dengan wajah bangganya Ankhamun mengangkat kepala Raja Loui yang sudah putus.
Itu jelas sebuah kesalahpahaman, sebelum kapal yang dibawa Loui mendarat di Zamrud, mereka tidak pernah berada di wilayah itu sebelumnya.
Perompak yang membuat masalah di sana bukanlah bawahan Loui, tapi mungkin perompak lain yang sedang mencari mati. Tetapi imbasnya malah pada mereka, baru saja mereka mendarat pasukan Ankhamun langsung melempar meriam dan menyerang dengan brutal.
Kapal yang mereka bawa bahkan hanya kapal kecil yang berisi tidak lebih dari 100 orang. Karena penyerangan mendadak dari Ankhamun tentu saja mereka yang kurang persiapan akan kebingungan dan memilih untuk melawan saja daripada mati tanpa bertarung sama sekali.
Eveth masih gemetaran saat mengingat kejadian itu, padahal itu sudah lama terjadi. Dia adalah salah satu orang yang merasa gentar saat melihat Ankhamun di medan pertempuran. Auranya membuat orang lemas, atau mungkin karena Eveth yang terlalu lemah, kita tidak tahu. Tapi dia berhasil selamat dari sana, seharusnya dia tidak selemah itu bukan..
"Lalu kenapa masih mencariku? Bukankah paman sudah hidup nyaman menjadi Raja sekarang?"
"Aku tidak pernah ingin menjadi raja. Lagipula, posisi ini adalah milikmu sejak awal. Kau harus mengambilnya."
"Aku juga tidak mau, aku masih belum bisa menerimanya. Ini terlalu berat untuk ditanggung."
Iaros melihat keraguan di mata Lucas. Dia berpikir sejenak, memang benar terlalu banyak hal yang harus Noah telan dalam waktu singkat, dia mengerti.
"Noah, darah itu mengalir dalam tubuhmu. Darah seorang perompak, kau harus bangga dengan warisan nenek moyang kita, karena darah itu yang membuat kita kuat sampai saat ini. Lihat sekelilingmu, Noah. Lihat kapal-kapal itu, semuanya ada dalam kekuasaanmu, semuanya adalah milikmu. Semua harta dan kejayaan ini, kau pantas dan harus bangga menjadi putra dari Loui. Putera dari perompak!"
"Aku bahkan tidak mengingat wajahnya.."
Lucas jadi merenung, di tubuhnya banyak sekali bekas luka, di kepalanya juga ada bekas luka jahitan. Memang luka itu juga didapatkan selama dia menjadi budak, tapi ada juga beberapa luka yang sudah ada padanya sebelum itu. Termasuk luka pada kepalanya. Untungnya luka-luka itu hanya ada di tubuhnya, bukan di wajahnya.
Apakah dia disiksa dengan sangat keras selama menjadi tahanan di armada laut Hazereth? Dia dibiarkan kesakitan tapi tidak diperbolehkan untuk mati. Sampai pada tahap dia lupa ingatan, lupa dengan kehidupannya.
Dan semua warisan ini, sebenarnya warisan ayahnya jauh lebih banyak dari ini, Loui juga memiliki satu pulau pribadi yang dia kelola menjadi lahan bisnis hiburan. Tentu saja dia akan kaya raya setelah mengambil tahta itu.
Tahta perompak, Noah semakin bimbang.
"Noah. Kau adalah anak yang kuat dan pemberani, sejak kecil jiwa pemimpin sudah terlihat dalam dirimu. Kau sangat bangga dan menyayangi ayah dan ibumu, sayang sekali kau melupakan semuanya dan menjadi lemah. Karena para bangsat dari Hazereth itu, aku masih mengutuk mereka meskipun sekarang mereka sudah berada di dasar laut!" Iaros terlihat begitu marah setiap kali membicarakan kejadian itu.
Noah terlihat menyesal, "Andai saja aku bisa mengingatnya,.."
"Itu tidak penting lagi, sekarang yang harus kita lakukan adalah membalas dendam, bunuh keparat itu! Aku tidak akan mati dengan tenang sebelum melihat kepala Ankhamun di pajang di kamarku!" ucapnya dengan berapi-api. "Aku bahkan tidak sempat memberikan penghormatan terakhir untuk kakak."
Ankhamun, Kadesh, menyerang? Bagaimana dengan Dyvette? Dia juga tinggal di sana. Meskipun jika tiga Raja perompak bersatu melawan Ankhamun, apakah itu sepadan? Menyerang tanah kelahiran wanita yang dicintainya.
"Tidak perlu terburu-buru kan? Biarkan aku memikirkannya dulu.."
"Tentu saja, kita harus mempersiapkan segalanya dengan matang." jawab Iaros dengan yakin. Lucas terlihat semakin bimbang.
"Jadi, Noah, apakah kamu mau menerima gelar ini?"
(........)
ππππ
Flashback sedikit....
Saat Lucas membuka mata, dia sudah ada di sebuah kamar. Seluruh perabotannya terbuat dari kayu yang disemir mengkilap, semuanya terlihat mahal. Kamar itu cukup luas, ranjang yang besar dengan kanopi di atasnya, kasur yang empuk, dan tirai putih yang terikat di setiap tiang ranjang.
Ada lemari besar, lemari kaca, tempat pedang, ada lima pedang yang menggantung di sana dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Hiasan-hiasan dari permata, lukisan-lukisan vulgar zaman kuno, lalu ada sofa dan meja besar di sisi jendela.
Lucas bangkit dari tidurnya dan berjalan dengan sedikit gontai, kepalanya masih terasa berat, tubuhnya juga terasa sangat lemas. Dia membuka jendela dan yang terlihat adalah lautan biru yang membentang.
Seketika dia langsung mundur dengan terkejut, pikirannya bertabrakan ke sana ke sini. Seingatnya dia sedang menyebrang jalan lalu seseorang menusukkan sesuatu ke lehernya.
Kenapa sekarang dia sudah ada di tengah laut? Tidak terlihat ada pulau sepertinya dia sudah jauh dari Salem?
"Ahoiii.... Tuan muda sudah bangun!"
Terdengar teriakan seseorang di luar, Lucas kembali mendekati jendela, menyembulkan kepalanya lalu melihat ke segala arah.
Ternyata banyak orang di bawah, mereka berlutut begitu melihatnya. Lucas semakin terkejut saja, dia meneliti lagi dengan seksama, semuanya memakai pakaian yang serupa. Hitam dengan sedikit sentuhan warna perak yang disulam apik. Di setiap sisi celananya ada saku besar, sepatu bot hitam, sabuk besar di pinggang, lalu topi hitam yang sama pula. Mereka tentara? Tapi sepertinya bukan.
Kemudian tidak lama terdengar pintu kamarnya dibuka. Seorang wanita paruh baya dan seorang lelaki tinggi yang terlihat jauh lebih muda dari wanita itu menatapnya dengan tertegun.
Lucas menatap mereka bergantian.
Aku di mana..
Aku siapa..
Aku lagi ngapain di sini...
Pertanyaan-pertanyaan ini berulang-ulang muncul di kepalanya.
Wanita itu terisak dan menghampirinya, lalu memeluknya dengan erat. "Noah.... Noah akhirnya.... Ibu sangat merindukanmu.."
Otak Lucas langsung berhenti beraktifitas.
Dia membatu, menerima pelukan erat dari orang yang mengaku sebagai ibunya ini.
Pria itu menyaksikan pertemuan ini dengan terharu, dia menyeka ujung matanya yang berair dengan jari tengah. Terlalu memalukan kalau sampai menangis seperti wanita, itu pikirnya.
Setelah beberapa saat, Lucas kembali mendapatkan kesadarannya.
"Noah, ibu tidak menyangka ibu akan bisa memelukmu lagiΨ jangan tinggalkan ibu lagi ya..."
Noah, dengan wajah bingung : "Ibu?"
"Iya, ini ibumu. Lihatlah, kau mendapatkan wajah tampan ini dariku, tidakkah begitu?" wanita itu tersenyum dalam tangisnya.
Kalau dilihat-lihat, memang Lucas sangat mirip dengan ibunya. Itulah yang menguatkan keyakinan Iaros begitu dia melihat Lucas di Salem.
Lucas memperhatikan ibunya dengan intens, lalu berpindah melihat ke Iaros. "Kalau begitu, dia ayah?"
Iaros merasa tersinggung. "Bocah laknat, apakah aku terlihat setua itu?" sungutnya tidak terima.
Hilang sudah rasa harunya.
"Maaf.. Aku pikir..."
"Bukan sayang, dia adalah pamanmu.." wanita itu membenarkan.
"Kalian benar-benar keluargaku?" Lucas masih belum percaya sepenuhnya.
Kristal : "Tentu saja! Kita tidak boleh berpisah lagi mulai sekarang.."
Lucas tidak tahu harus bicara apa, dia terlalu syok.
"Ayo, kamu pasti lapar kan? Ibu sudah masak makanan kesukaanmu waktu kecil. Iaros sialan, kau memberikan obat apa pada Noah? Anakku baru bangun setelah tiga hari!"
Iaros membela diri : "Salahkan saja Eveth, dia yang menyiapkan penculikan itu, bukan aku kak.."
Jadi dia tidak sadar selama tiga hari? Pantas saja tubuhnya sangat lemas
"Eveth juga pasti melakukan itu karena perintahmu kan?!"
"Ya aku hanya menyuruhnya menculik Noah, bukan membuatnya tidak sadar selama tiga hari.."
"Ada saja alasanmu!"
Ibunya itu terus mengomeli Iaros sampai ke meja makan, malah sampai merembet jauh pada masalah wanita.
Iaros dimarahi karena belum menikah, Lucas menatap mereka berdua dengan tertegun. Seperti itukah rasanya jika memiliki saudara? Bertengkar terus namun saling melindungi dan mengasihi?
Lucas merasakan kehangatan yang asing, dia tidak bisa menyimpulkan apakah dia bahagia atau tidak, saat ini dia sudah sangat jauh dari tempatnya tumbuh dewasa. Lucas mengedarkan pandangan ke setiap sudut, kapal ini benar-benar megah dan unik, tidak seperti sedang berada di dalam kapal sama sekali.
Dia juga masih agak kesal karena dia dibawa ke sini dengan cara diculik, apakah mereka tidak bisa membicarakannya secara baik-baik dan mengajaknya pulang dengan wajar?Β
Setelah makan, Lucas dibawa untuk berkeliling oleh Iaros, barulah saat itu dia tahu jika mereka adalah perompak.
Lucas mengira kalau keluarganya hanya orang biasa yang sedang berlayar menuju kampung halaman, tapi begitu dia dihadapkan dengan orang-orang berpakaian mirip tentara yang memberikan hormat padanya, dia menjadi lemas lagi.
Apalagi setelah Iaros mengatakan. "Noah, inilah jati dirimu, kau adalah putra perompak dan tuan muda di kapal Malaikat Samudra ini. Karna ayahmu, Kapten Loui adalah Raja dari tiga raja perompak."
Imajinasinya tentang perompak runtuh seketika, ini semua---tidak seperti apa yang ada dalam bayangannya selama ini, dan lebih mengejutkannya lagi, ternyata dia adalah salah satu dari mereka..