Chereads / Cintai Aku Dengan Keras / Chapter 12 - Chapter 12 : Ada yang Patah

Chapter 12 - Chapter 12 : Ada yang Patah

🌺🌺🌺

"Aargghhhhh."

Dyvette mengacak-ngacak rambutnya dengan dipenuhi rasa frustrasi.

"Aku tidak terlahir untuk ini, sungguh menguras otak."

Darius menatapnya dengan wajah penuh tanda tanya. Dia ingin bertanya tapi sayang sisi masa bodohnya lebih besar daripada rasa penasarannya. Mereka sedang berdua di ruang kerja Dyvette, membahas tentang sebuah tawaran kerja sama.

"Nyonya, bagaimana dengan proposal dari Xuan Shi? Negeri China sudah lama terkenal dengan reputasi dagangnya yang banyak menguntungkan, apa sebaiknya kita pertimbangkan lagi?"

Tidak mempedulikan tampang Dyvette yang mengenaskan, Darius tetap serius membahas pekerjaan.

"Terserah. Aku tahu selesai saja." jawabnya dengan nada tidak minat.

Bukan hal yang mudah untuk bisa konsisten, Dyvette yang selama ini hanya tahu enaknya saja sedikit kesulitan dalam menyesuaikan peran barunya.

Untungnya Darius paham dan mengerti dengan kelabilan Dyvette yang sedikit-sedikit mudah berganti suasana hati. Kemarin dia sangat semangat dan bekerja keras, hari ini dia malas dan mengeluh.

"Nyonya, ini peluang yang baik untuk perusahaan kita. Apa perlu kita kaji dengan lebih teliti lagi kontraknya?"

"Ya Tuhan.. Darius, stahp (stop). Terserah kau saja." Dyvette menempelkan pipinya pada meja, kedua tangannya lurus ke depan.

"Apakah pikiran anda sedang ada di tempat lain?" akhirnya dia bertanya juga.

"Aku jenuh, setiap hari membaca dan mempelajari kontrak, belum lagi membaca hal-hal lainnya."

"Nyonya, masa sudah menyerah? Kita bahkan belum lewat beberapa bulan melakukan ini."

"Darius, putrimu Moselle, bawa dia ya besok, aku ingin bertemu dengannya." Dyvette mengganti topik.

Dia malas membahas kemalasannya.

"Baiklah, aku akan membawanya besok."

"Yasudah, kau bisa pergi. Aku akan membaca kontraknya sekali lagi." Darius mengangguk dan langsung meninggalkan ruangan itu.

"Dasar tembok berjalan. Aku jadi kasihan dengan istrinya, punya suami kaku seperti itu." gerutu Dyvette setelah Darius pergi.

Pagi ini dia mendapat kiriman bunga lagi, buket berisi bunga matahari, mawar, gandum dan kapas. Fatih bilang kalau dia akan menjemputnya untuk makan malam nanti.

Setelah rapat pagi tadi, pikiran Dyvette mulai bercabang ke mana-mana. Dia lelah hanya dengan banyak berpikir dan itu membuatnya jadi malas melakukan apa-apa.

🌺🌺🌺

Restoran seafood , jam lima sore.

Dyvette memakan potongan daging lobster dengan gontai, dia sedang melamun. Di depannya, Lucas juga sedang memakan raja kepitingnya dengan tidak berselera.

Bagaimana dia bisa berselera saat melihat majikannya seperti ini?

Lucas : "Nona, semangat makannya."

Dyvette masih melamun, hening untuk beberapa saat sebelum Dyvette tiba-tiba bertanya.

"Lucas, kamu pernah pacaran?"

Lucas tersedak.

Dyvette buru-buru memberikan gelas minumnya yang belum ia sentuh.

"Minumlah, kenapa pula kamu tersedak, bernafas Lucas, bernafas." dia memberi intruksi

"Nona kenapa bertanya begitu." jawabnya setelah dia meneguk air satu gelas yang Dyvette berikan sampai habis tidak terisa.

"Hanya ingin tahu saja."

"Ehem... Aku belum pernah pacaran."

Untuk menghilangkan kecanggungan, Lucas kembali menyeruput air minumnya, kali ini gelas miliknya sendiri.

"Oh, kalau begitu, berarti ciuman juga belum pernah ya?"

Dia tersedak lagi (TvT) wajahnya memerah seperti tomat.

"Kalau mau minum baca do'a dulu, ada lho kasus orang mati karena tersedak, kamu jangan kurang ajar mau meninggal duluan!" Ucap Dyvette dengan nada agak kesal sekaligus prihatin melihat Lucas.

Ya Tuhan... Sabarkan aku.....

"Belum, nona."

"Yah, padahal aku mau belajar padamu.."

"Be-belajar apa?" (wajahnya semakin merah)

"Ciuman? Kamu bisa mendeskripsikannya padaku."

Dyvette menyadari reaksi Lucas yang terlihat... Entahlah, menggemaskan?

"Ehem... Aku memang belum pernah melakukannya, tapi kalau melihat orang berciuman sih sudah, akhir-akhir ini malah agak sering." jawabnya dengan susah payah, Lucas berusaha untuk bersikap setenang mungkin.

Ayolah, usianya sudah mau 29, dia sudah tidak muda lagi. Lucas merasa agak tertampar oleh kenyataan kalau dia tidak memiliki pengalaman apapun bersama wanita. Apakah dia begitu menyedihkan?

"Benarkah? Biasanya apa saja yang orang lakukan saat berciuman?" Dyvette antusias.

Lucas menatapnya dengan wajah terpana.

Majikanku masih sehat, kan? Kenapa tiba-tiba membicarakan hal ini...

"Ehemm... Mereka, memejamkan mata?"

"Lalu?"

"Berpelukan.."

"Terus?"

"Saling meraba."

"Meraba apa?"

Wajah Lucas kembali merona. Jantungnya tiba-tiba berpacu dengan cepat. Dia kembali membayangkan kejadian yang dia lihat beberapa waktu yang lalu.

"Si pria, memasukkan tangannya ke dalam..." Lucas tidak melanjutkan kata-katanya.

"Ke dalam apa, Lucas?" Dyvette terlihat seperti anak kecil yang bertanya karena panasaran.

Jantung Lucas semakin keras berdetak. "Nona, hal itu tidak pantas untuk dibicarakan seperti ini.."

Alis Dyvette bertaut. "Kalau begitu kapan-kapan kamu langsung praktek saja, aku mau lihat."

Percayalah, Dyvette benar-benar tidak tahu malu, malah Lucas yang wajahnya memerah. Sementara Dyvette sungguh... Santai

"Hahahahaha." Dyvette tiba-tiba tertawa keras. Sedangkan Lucas masih speechless.

"Reaksimu lucu sekali, aku hanya becanda kok. Hehehe."

"Nona, jangan menggodaku seperti itu." Lucas sungguh ingin mengubur wajahnya sekarang, dia benar-benar malu.

Dyvette menyeringai nakal, "Hemm... Aku belum menggodamu lho, Lucas. Kalau aku sudah, kamu sekarang tidak akan berada di sini dengan pakaian lengkap."

Lucas hening, entah apa yang sedang ada dalam pikirannya sekarang.

"Baiklah, baiklah. Aku hanya becanda." menyadari reaksi Lucas yang terlihat seperti perawan takut dinikahi, Dyvette terus menahan tawa

Mau tidak mau Lucas hanya bisa terkekeh menanggapinya

"Aku sudah kenyang.."

🌺🌺🌺

Mansion Mebraah, jam delapan malam.

Dyvette menatap pantulan dirinya di cermin, beberapa kali dia membenarkan riasannya yang dirasa kurang sempurna.

"Nona, gaun anda sudah tiba." Vivian berjalan membawa sebuah kotak besar berwarna emas bergliter, bling bling bling...

"Mana lihat."

Dyvette masih memakai jubah mandi, dia menunggu Vivian membuka isi kotak, itu dari butik langganannya.

Sebuah gaun malam berlengan pendek, lengkap dengan aksesorisnya tertata rapi. Vivian menunjukkan gaun itu padanya.

Dyvette tertegun begitu melihatnya, nyonya Permata memang benar-benar selalu tahu kesenangannya. Lalu dia memakai gaun itu dibantu oleh Vivian.

"Lumayan, tidak terlalu berlebihan." komentar Dyvette.

"Nona, pangeran Farish benar-benar akan menjemput malam ini?"

"Ya, dia bilang akan ke mansion dan mau mengajakku makan malam."

"Apa nona menyukainya?"

Dyvette terdiam berpikir.

"Entahlah, aku hanya berpikir kalau dia sangat sopan dan aku tidak merasa risih dengannya." Dyvette menyentuh bibirnya, entah kenapa bayangan-bayangan Ankhamun kembali muncul.

"Semoga kalian berjodoh ya, aku akan memberikan harta karunku padamu jika kalian benar-benar menikah suatu hari nanti."

Dyvette terkekeh.

"Kau punya harta karun? Aku tercengang."

"Bukan emas dan permata, tapi satu gaun sederhana hasil sulaman tanganku."

Senyum Dyvette memudar begitu mendengar kata sulaman. Percayalah, dengan begitu banyak jam terbang Vivian menyulam, hasilnya kebanyakan biasa saja dan cenderung aneh. Itu menurut Dyvette.

"Yah, aku sangat menghargai dedikasimu."

Vivian, sedikit mengeluh : "Nona, anda terlihat sedang mengejekku."

"Tidak, aku sedang memujimu kok."

"Tapi-

Tok tok tok....

"Nyonya, Pangeran Fatih Al-Farishi sudah tiba dan menunggu anda di bawah." ucap Dinar, kepala pelayan.

"Dia sungguh datang.. Aku harus bagaimana~" Dyvette menjadi panik.

Vivian memberi saran. "Kalau dia bertanya, ya jawab saja nona. Kalian harus banyak mengobrol untuk mengenal satu sama lain."

"Bagaimana kalau dia bertanya macam-macam."

"Jawab saja itu adalah privasi dan nona tidak bisa menjawabnya."

Dyvette mengamati dirinya di pantulan cermin sekali lagi. Dia tidak banyak berubah, bahkan pertumbuhannya seperti berhenti sejak usia 18 tahun. Dia tidak bertambah tua sedikitpun, sekarang Dyvette jadi terlihat lebih muda dari Ankhamun. Pria itu tumbuh lebih cepat darinya, dan Dyvette sangat terkesan dengan perubahan itu.

"Kenapa aku kepikiran sama pangeran kurang ajar itu terus sih.. Ahh sialan."

"Siapa nona?"

"Ankhamun Mena."

Dyvette bangkit dan berjalan, Vivian mengikuti.

"Ada apa dengan pangeran Ankhamun? Apakah telah terjadi sesuatu pada malam pesta waktu itu?"

Tepat sekali, Dyvette jadi semakin kesal karena dia masih saja teringat pada insiden itu.

Yve tidak menjawab, dia sedang mempertimbangkan apakah dia harus jujur atau tidak. Dia berjalan sambil membenarkan posisi gelang di tangannya, jadi dia tidak memperhatikan langkah dan sekitar.

"Nona. Apakah pangeran Ankhamun berbuat sesuatu padamu?" Vivian masih penasaran. Setelah melewati pintu, barulah Dyvette menjawab.

"Dia mencuri ciuman pertamaku."

Lucas yang sedang berjaga di luar kamar tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang patah di dadanya begitu mendengar apa yang Dyvette katakan. Entah mengapa, dia juga tidak mengerti.

Dyvette mendapati Lucas sedang berdiri di sana dengan wajah aneh dan Yve menjadi sangat canggung.

"Lu.. Lucas? Kupikir kamu sedang pergi keluar?"

Lucas menatapnya tanpa bersuara.