Chereads / Cintai Aku Dengan Keras / Chapter 7 - Chapter 7 : Matahari sebelum Duka

Chapter 7 - Chapter 7 : Matahari sebelum Duka

Satu minggu kemudian...

Dyvette sedang menikmati teh pagi bersama Laila di taman mawar,

"Bu, Alma memintaku untuk menari di pernikahan sepupunya, apa aku boleh melakukannya?"

Laila meletakkan cangkir tehnya dengan pelan lalu memandang wajah putrinya dengan teduh. Yve menunggu jawabannya dengan sabar

"Kamu sudah dewasa. Asal kamu bisa menempatkan dirimu pada posisi yang benar, ibu tidak akan melarangmu. Kamu berhak memilih jalan untuk hidupmu, apapun yang kamu sukai, ibu akan mendukungmu. Lagipula, kejadian itu sudah lama berlalu, ibu sadar ibu terlalu banyak mengekangmu selama ini. Tetap ingat pesan ibu, jangan pernah mencari masalah dengan anggota keluarga Kekaisaran, ibu hanya ingin kamu aman."

Mata Dyvette berbinar, dia mengangguk senang.

"Terimakasih, bu."

"Apa ada undangan resminya?"

"Ada, undangannya datang kemarin siang. Aku berencana akan membalasnya hari ini. Aku menunggu izin dari ibu dulu."

Laila terlihat lebih tenang. "Yang terpenting kamu memang diundang untuk melakukan pertunjukan, biasanya penari dan penyanyi senior yang akan dipakai untuk memeriahkan acara semegah itu. Kamu diundang berarti kualitasmu harus sepadan."

Dyvette setuju, dia juga sebenarnya sedikit kurang percaya diri tapi dia akan berusaha sebaik yang dia bisa untuk menampilkan yang terbaik. "Ibu tenang saja, pertunjukanku pasti akan menjadi legenda. Hehehe."

Laila tertawa kecil. "Ibu percaya, keberadaanmu dalam hidupku saja sudah merupakan sebuah legenda yang luar biasa. Semangat Yve!"

"Hahahaha.. Siap nyonya!"

Dyvette menerima permintaan Alma untuk menari di sana bukan karena ingin bertemu Ankhamun, dia hanya ingin menyenangkan sahabatnya saja. Lagipula, Alma juga tidak tahu kalau Ankhamun pernah melamarnya. Kalau dia tahu, wanita itu mungkin akan marah padanya, bagaimanapun juga Ankhamun adalah tunangan sepupunya.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kesanmu pada Lucas?"

Dyvette tersedak, dia batuk-batuk, Laila buru-buru menghampiri dan mengusap punggungnya. Dia panik :

"Hati-hati, tidak ada yang akan meminta minumanmu. Kalau kamu mati tersedak bagaimana?"

"Memangnya kenapa?" setelah batuknya reda, Dyvette bertanya.

"Hanya ingin tahu saja."

"Dia baik, aku tidak melihat ada masalah dengannya."

"Hanya baik saja?" tanyanya yang terlihat tidak puas.

Yve sedikit bingung, "Lalu?"

"Bukankah dia sangat tampan?" Mata Laila berbinar saat mengatakan itu, Dyvette mengernyit melihat perubahan suasana hati ibunya.

Apa jangan-jangan ibu mengidolakan Lucas? Ya dia memang tampan sih. Ya Tuhan, jangan bilang kalau lelaki itu akan menjadi ayah tiriku.... Aku merasa.....

"Kenapa melamun? Dia sangat tampan bukan? Dia juga seorang prajurit hebat sekarang, ibu selalu rutin mengunjunginya saat dia masih dalam masa latihannya dulu."

Menjijikkan, kenapa ibunya terlihat seperti orang yang sedang kasmaran.

"Lupakan, aku tidak akan pernah mengizinkan dia untuk menjadi ayah tiriku." jawab Dyvette tanpa ekspresi.

Laila memekik dalam hati, dia melemparkan manisan buah kesemek dengan kesal pada gadis itu.

"Aww... Untuk apa ini?"

"Aku ini sedang menggodamu, kenapa kamu malah berpikir kalau aku ingin menikahinya? Apa jangan-jangan kamu tidak menyukai laki-laki?" Laila baru kepikiran hal itu sekarang, Dyvette sangat membenci laki-laki, apakah putrinya benar-benar menyimpang? Ya Tuhan...

"Omong kosong, jangan sembarangan bicara. Aku masih berada di jalan yang lurus."

"Lalu kenapa kamu belum ingin menikah? Apa kamu tidak mengerti perasaan ibumu ini yang sudah sangat ingin menggendong cucu?" Laila terlihat frustrasi.

Dyvette melirik dengan hati-hati, apakah ibunya benar-benar ingin seorang cucu?

"Aku akan mengadopsi bayi kalau begitu, apakah ibu akan senang? Ibu mau bayi laki-laki atau perempuan?"

Laila kembali melempar manisan buah pada Dyvette, kali ini dia melempar lebih banyak. Dia benar-benar gemas sampai dirasa tekanan darahnya akan naik.

"Hei, hei, hei, ibu, hentikan."

"Kamu benar-benar anak tidak berperasaan, dosa apa aku hingga memiliki putri sepertimu, ya Tuhan."

Dyvette tertawa melihat kekesalan Laila

Laila, dengan dramatis : "Maafkan aku, para leluhur dan nenek moyang, keturunan kita akan punah gara-gara anak nakal ini."

Dyvette menghentikan tawanya.

"Sabarlah, ibu. Aku akan mencari calon suami di pernikahan putra mahkota nanti, tunggu saja." Dyvette mengedipkan mata

"Jangan macam-macam, Dyvette. Ibu sudah memperingatkanmu."

Dia nyengir, "Aku juga tidak akan mengejar anak raja, mereka akan punya istri lebih dari satu, aku tidak ingin diduakan, ibu tenang saja."

Laila tersenyum senang, inilah yang ingin dia lihat setiap hari, senyum dan tawa putrinya, menjaga kebahagiaan Dyvette adalah tujuan hidupnya, dia akan melakukan apapun untuk kebahagiaan putrinya selama dia masih hidup.... Ya, putrinya.

♥️

♥️♥️♥️♥️

Butik Permata, Salem Utara, pukul sembilan pagi.

"Lucas, aku akan lama, kamu boleh pergi ke mana saja selama aku belum selesai."

"Aku akan menunggu di seberang kalau begitu."

Dyvette menengok ke belakang Lucas, di sana adalah restoran ayam.

"Baiklah, aku masuk dulu." Lucas mengangguk satu kali. Dyvette berjalan menaiki tangga setelah Lucas berbalik.

"Selamat datang, Putri Salem. Rasanya sudah satu abad kamu tidak mengunjungiku." pemilik butik, Nyonya Permata, adalah top satu pengagum Dyvette. Dia sering memberikan diskon besar hanya untuk melihat Dyvette mengenakan busana-busana rancangannya.

"Nyonya, aku baru sebulan yang lalu datang ke butik anda." Dyvette tersenyum manis, itu adalah cara dia mendapatkan diskon, Nyonya Permata selalu luluh dengan kemanisannya

"Andai saja kamu mau menjadi menantuku."

Dyvette hanya terkekeh menanggapi ucapannya.

"Silakan, sayangku. Aku barusaja menambahkan beberapa model terbaru untuk musim ini, ada gaun penari juga. Aku yakin kamu akan sangat cantik mengenakan itu, diskon tiga puluh persen kalau kamu mencobanya di sini." Nyonya Permata mengedipkan mata genit

"Baiklah, tunjukkan padaku, Nyonya."

Dyvette fokus memilih-milih, memang benar, gaun penari itu sangat indah, dia jadi curiga kalau Nyonya Permata merancang itu sambil membayangkan dirinya, karna ukurannya juga benar-benar pas di tubuhnya, ini terlalu kebetulan jika memang tidak sengaja.

Kring.... (Suara pintu toko yang terbuka)

Empat orang wanita berpakaian mewah ala bangsawan masuk dan berjalan dengan anggun. Nyonya Permata pergi untuk menyambut mereka. Dyvette tidak terlalu memperhatikan, dia hanya fokus pada pakaian-pakaian indah di depannya.

"Ternyata kakak benar, toko ini memang menyediakan pakaian yang berkualitas dan bagus." salah satu wanita muda dari empat wanita itu bersuara.

Nyonya Permata yang tahu siapa mereka langsung memberi hormat dan melayani empat wanita itu dengan sangat baik.

"Sungguh kehormatan besar bagi hamba, yang Mulia sudi datang ke butik hamba yang sederhana ini."

"Jangan seperti itu, Nyonya. Butikmu sangat megah dan busana-busana rancanganmu juga semuanya indah." Zephyr tersenyum manis membalas nyonya Permata.

Nyonya permata seperti merasa devaju, rasanya dia pernah melihat senyuman itu, entah di mana, rasanya sudah sangat tidak asing, seperti sudah sering melihatnya, padahal ini baru pertama kali dia melihat Permaisuri Kadesh secara langsung dalam jarak dekat begini.

"Terimakasih atas pujiannya, Yang Mulia. Saya merasa sangat terhormat mendengarnya."

Setelah selesai berbasa-basi, keempat wanita itu berpencar keliling toko.

Dyvette melihat sebuah gaun yang begitu cocok dengan seleranya, dia akan menyentuhnya tapi tangannya malah bersentuhan dengan tangan seseorang yang kelihatannya juga tertarik pada gaun itu.

Yve tersenyum tipis, "Maaf, aku sudah melihatnya terlebih dulu."

"Aku melihatnya lebih dulu, jadi lepaskan." gadis itu juga tersenyum manis, namun Dyvette tidak nyaman dengan senyumannya itu, dia merasa kalau senyum itu seperti sebuah lemparan permusuhan padanya.

"Nona muda, lepaskan, aku menginginkan gaun ini."

"Ada banyak gaun yang lain, yang ini adalah milikku." kekeuh gadis itu.

"Kau sepertinya anak orang kaya, sifatmu yang semena-mena mengakui segala sesuatu adalah milikmu benar-benar menjijikkan." Dyvette berbicara santai, namun tatapannya datar menusuk pada gadis itu. Yve bersidekap tangan

"Beraninya kau bicara seperti itu padaku, aku tidak menyuruhmu untuk berlutut itu sudah sangat baik, tapi mulutmu benar-benar meminta untuk dirobek. Apa kau tidak tahu siapa aku?!"

Anak ini sepertinya memiliki tempramen yang buruk, Dyvette jadi lebih seksama mengamatinya. Sayang sekali gadis cantik ini sangat mudah mendidih.

Dia menjawab : "Kita baru pertama kali bertemu, mana kutahu kau siapa, jangan sok akrab."

Dalam pandangannya, sedang keluar asap dari kepala anak ini, Dyvette menahan rasa gelinya.

"Aku akan mengampuni nyawamu jika kau melepaskan gaun ini untukku." gadis itu masih berusaha sabar. Dyvette lumayan terkesan dengan pengendalian emosinya.

"Tidak akan, gaun ini sudah menjadi milikku."

"Oh, lihatlah, siapa yang semena-mena mengakui segala sesuatu sebagai miliknya. Benar-benar menjijikkan." sarkasnya

"Tentu saja kita berbeda, aku lebih dulu melihat gaun ini dibandingkan denganmu, kau bisa bertanya pada nyonya Permata, lebih dulu siapa aku atau kau yang datang ke sini hari ini." Dyvette paling tidak suka pada orang angkuh, dia akan sangat senang hati bermusuhan dengan tipe manusia seperti anak ini.

"Gaun ini adalah milikku! Lepaskan sebelum aku benar-benar marah!"

"Kau pikir aku peduli?"

Mereka sudah siap untuk bertarung, saling menusuk dengan tatapan, jiwa adrenalinnya menyeruak keluar

"Ada apa ini ribut-ribut?"

Seorang wanita datang dengan wajah cemasnya, sepertinya dia adalah ibu dari gadis itu.

Anak itu mengeluh dengan manja, "Ibu, dia merebut gaun milikku!"

Ternyata benar, dia ibunya..

Dyvette langsung membela diri, "Nyonya, saya tidak merebut apapun dari putri anda. Saya yang lebih dulu melihat gaun ini."

Zephyr tidak berkedip melihat Dyvette, separuh jiwanya terasa hilang menatap mata hijau itu, entah mengapa Zephyr juga tidak mengerti.

Tidak mungkin dia, di dunia ini ada banyak orang yang memiliki mata hijau, bukan hanya aku dan putriku.

Zephyr bertanya pada putrinya : "Ellea, benar begitu?"

"Dia bohong, aku yang lebih dulu melihat gaun ini."

Zephyr belum puas mendengar jawabannya, "Ellea..."

"Pokoknya aku mau gaun ini, aku akan memakainya di pernikahan kakak! Titik." balasnya, Dyvette menelan rasa mualnya dengan pahit.

Tunggu dulu, pernikahan kakaknya?

Zephyr menatapnya dengan wajah teduh, "Nona muda, Putriku belum dewasa. Dia sering membuat masalah, aku harap nona mau bijaksana untuk memaklumi dia. Dan, bisakah nona merelakan gaun ini untuk Ellea-ku, dia akan menangis sepanjang malam jika tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Ayahnya tidak akan suka jika melihat dia seperti itu."

Cih, dasar anak manja... Dyvette mengumpat dalam hati.

Tapi kasih sayang wanita ini mengingatkan dia pada ibunya, ibunya juga akan melakukan apa saja demi kesenangannya.

"Baiklah, tapi aku ingin ganti rugi. Hatiku sakit jika mengingat gaun ini akan menjadi milik orang lain."

Zephyr tersenyum lega. "Terimakasih, Nona, anda sungguh bijaksana. Apa yang nona inginkan, katakan saja."

"Seluruh pengeluaranku hari ini anda yang bayar."

Ellea merasa tidak terima, "Kau benar-benar tidak tahu diri! Ibu, jangan turuti permintaannya!"

"Baikah, itu tidak masalah. Ellea, tenanglah, ini bukan masalah besar."

Ellea masih merengut

"Putrimu sangat manis, Nyonya. Dia benar-benar menggemaskan." Sindirnya dengan senyuman tipis. Ellea semakin cemberut

"Apakah boleh aku tahu siapa namamu, Nona?"

Dyvette jadi waspada, untuk apa dia ingin tahu namanya, untuk mempermudah mencarinya di masa depan?

"Namaku Aliya."

"Sejak kapan kamu berganti nama, Nona Dyvette?"

Jantung Yve seperti menciut mendengar suara itu. Apa dunia begitu sempit? Dari luasnya Salem, mengapa dia harus bertemu lagi dengan lelaki itu, di tempat ini, dan pada saat seperti ini..

Dyvette menoleh dengan perasaan horror, Ankhamun sedang berjalan ke arahnya ditemani dua wanita lain, yang satu agak mirip dengannya, sepertinya ibunya, yang satunya lebih muda, mungkin adik atau kakaknya?

Kalau begitu, mereka adalah..... Empat wanita agung Kadesh? Permaisuri dan Putri Kadesh?

Matilah dia.

"Aliya adalah nama tengahku." Dyvette merasa sedikit tidak enak, jangan sampai dia dikira berbohong.

Ankhamun tersenyum tipis, "Oh, benarkah. Jadi, Dyvette Aliya Mebraah?"

Ankhamun bertambah tinggi dari beberapa tahun yang lalu, wajahnya juga semakin tampan dan dewasa. Sudah berapa lama mereka tidak bertemu?

Waktu seolah berhenti, pandangan mereka terkunci, atmosfer di sekelilingnya berubah dingin.. Dyvette terpaku, begitupun dengan Ankhamun.

Ahmanet memperhatikan dua orang yang sedang saling adu pandang itu, terlihat jelas pernah ada sesuatu di antara mereka.

Seperti jatuh ke dasar jurang hitam, kaki Zephyr hampir tidak bisa menopang berat tubuhnya lagi, namun dia berusaha keras untuk tetap bersikap tenang. "Dyvette?"

"Ya, namaku Dyvette."

"Berapa usiamu, nona Dyvette?"

Ahmanet menoleh pada Zephyr, kenapa Zephyr? Apa dia tertarik pada gadis ini?

"Dua puluh empat tahun, yang Mulia."

Dia benar-benar putriku, jadi selama ini dia tinggal di Salem? Ya Tuhan..

Ahmanet : "Ankhamun, kamu kenal dengan nona ini?"

"Siapa yang tidak kenal nona Dyvette, seluruh Salem juga kenal siapa dia. Reputasinya cukup tinggi, seorang perawan tua yang bermulut manis."

Uhuk.... Jantung Dyvette merasa tertusuk oleh ucapan terakhir lelaki itu

Ahmanet memperhatikan Dyvette dari atas sampai bawah, Dyvette jadi merasa tidak nyaman.

"Pangeran terlalu berlebihan, aku mungkin terkenal hanya karena ibuku saja, dia adalah salah satu orang paling kaya di Salem."

Sial, mulutku ini... Dyvette meringis setelah sadar apa yang barusaja dia ucapkan.

"Kau benar-benar bermulut manis." Ahmanet tersenyum penuh maksud. Sudah pasti wanita ini yang dulu menolak putranya, sudah pasti... Gara-gara wanita ini putranya murung tidak jelas dan terus menunda pernikahannya.

"Dyvette memberi hormat pada yang Mulia, maafkan hamba yang sudah tidak sopan pada Putri Ellea. Putri bisa memilih gaun mana saja yang putri inginkan, tidak perlu pedulikan saya."

Dyvette membungkuk memberi hormat, dia ingat kata-kata Laila. Ellea terseyum bangga, gadis itu jadi merasa di atas angin sekarang.

"Tidak apa, Nona. Putriku juga bersalah, dia menginginkan gaun anda. Yasudah, masalah ini sampai di sini saja, tidak perlu diperpanjang lagi." Zephyr tersenyum hangat, dia ingin sekali memeluk Dyvette, namun dia tidak bisa, indentitas Dyvette tidak boleh diketahui oleh siapapun, itu demi kebaikan Dyvette sendiri.

Rasanya sakit melihat Dyvette sudah tumbuh dewasa seperti ini, dan dia tidak ada di sampingnya.

"Tidak masalah, hanya sebuah gaun. Saya bisa mendapatkan yang lain. Yang Mulia, terimakasih karena sudah memaafkan kelancangan saya."

Lucas datang dengan terburu-buru. Nyonya Permata mengikuti dari belakang,

"Nona... Nona..." panggilnya dengan wajah panik.

"Ada apa, Lucas?"

Lucas tidak melihat sekeliling karena dia hanya fokus pada Dyvette, dia terlalu panik.

"Tolong kuatkan hati anda, Nona. Ayo kembali ke rumah sekarang."

"Ada apa? Aku belum selesai belanja."

"Nona,..." Lucas berlutut lalu menunduk, merasa tidak sanggup untuk mengatakan semua ini dari mulutnya sendiri.

"Nyonya, wafat.."

Semua yang ada di sana tercengang. Termasuk Zephyr yang membatu mendengar berita ini

"Kamu ini bicara apa? Jangan sembarangan! Pagi ini aku minum teh bersamanya dan ibu masih baik-baik saja! Lucas, katakan ada apa?!" Dyvette menolak percaya, namun dirinya sudah histeris ketakutan.

"Beliau wafat tidak lama setelah kita meninggalkan mansion, Baili menyusul kita setelah itu. Dia sedang menunggu di luar, ayo kita pulang sekarang."

"Tidak...." Dyvette lemas, Ankhamun meraihnya sebelum dia terjatuh, Dyvette menangis dalam pelukannya

"Ibu....." ia kehilangan kesadaran