Chereads / THE LOST PRINCE OF LARKIN / Chapter 24 - Pengakuan Leith

Chapter 24 - Pengakuan Leith

"Leith tidak mungkin_"

"Aku sudah mencurigainya sejak awal, Larkin." Xena berkata.

"Benarkah Leith?" Larkin masih terpaku tidak percaya bahwa temannya adalah penyusup yang selama ini dicari.

Leith masih menundukkan pandangannya. Kedua tangan terikat dan bersimpuh di hadapan Lac.

"Kenapa?" Larkin bertanya lagi.

"Sementara waktu, Leith akan aku tahan. Ada kemungkinan utusan Malvolia menyamar sebagai dirinya atau memang dia sendiri yang sudah berkhianat pada kaumnya."

"Jadi Leith belum tentu bersalah. Leith! Jelaskan padaku!"

Namun pemuda berambut gimbal itu tetap saja mengunci mulutnya.

***

Beberapa purnama ke belakang. Tepat di malam Larkin kehilangan ibu angkatnya. Di sebuah gua yang letaknya sebelah dalam wilayah Timur seorang pemuda gimbal mengendap-endap masuk. Daerah yang sebagian besar merupakan hutan belantara dan terdapat gua-gua tersebut dikenal sebagai Baosa ada juga yang menyebutnya Metsa. Tempat ini sebagain besar dahulunya digunakan kaum Gwarch sebagai rumah mereka.

"Ratu sudah menunggumu," ucap seorang prajurit bertopeng.

Pemuda itu tak lain adalah Leith. Matanya menyapu sekitar, dengan tubuh gemetar dia mengikuti langkah prajurit tadi. Dihadapannya, seorang wanita berparas sangat cantik duduk di atas singgasana. Leith takjub, karena melihat penampakan sebuah istana megah tersembunyi dibalik rimbunnya pepohonan.

"Kau sudah menerima pesan dari utusanku?"

Leith anggukan kepalanya. Dia tidak bisa berhenti melihat kedua mata indah milik Malvolia.

"Bagus. Kau datang ke sini berarti kau setuju untuk menjalankan misi dariku."

"Apa ... kedua orang tuaku akan kau bebaskan?"

Wanita yang tak lain Malvolia itu tertawa membuat langit-langit bergetar.

"Tentu saja, setelah kau berhasil mendapatkan kalung itu. Aku akan membebaskan mereka. Tapi, kau harus ingat jangan sampai penyamaranmu terbongkar. Pemilik kalung tersebut sudah berhasil ku temukan, cepat atau lambat dia akan datang ke Moana."

"Memangnya siapa pemiliknya?"

BRUGGH!!!

Sebuah hantaman dengan kecepatan kilat menyambar tubuh Leith hingga pemuda itu tersungkur beberapa langkah. Saat satu tendangan lagi akan mendarat, Malvolia mengangkat telapak tangan kanannya memberi tanda pada seorang prajurit yang menghajar Leith tadi.

"Jangan terlalu kasar padanya! Pemuda ini bisa membantu kita mendapatkan kalung itu tanpa susah payah."

"Ampun Ratu. Bocah gimbal ini tidak sopan pada Anda."

"Hahahaha! Kau memang prajurit terbaikku Colen. Antar pemuda ini ke ruangan tahanan. Pertemukan dia dengan kedua orang tuanya!"

"Siap laksanakan, Paduka Ratu."

Prajurit yang dipanggil Colen itu mendengus dan menyuruh Leith mengikutinya. Istana milik ratu Malvolia memiliki lorong panjang, mirip seperti sebuah labirin. Leith menatapnya terkesima, sekaligus heran bagaimana sebuah gua yang pintu masuknya saja hanya memuat dua tubuhnya itu terdapat ruangan khusus seperti yang dia lihat?

Di sebuah lorong, prajurit bernama Colen berhenti. Ada tiga penjaga berwajah menyeramkan di depannya.

"Perlihatkan sepasang Partha payah itu kepada bocah gimbal ini!" serunya.

Penjaga-penjaga itu membungkuk hormat. Dalam sekejap, Leith melihat kedua orang tuanya berada dalam penjara. Dia hanya bisa mengepalkan kedua lengannya.

"Biadab! Dasar wanita penyihir jahat! Dia apakan kedua orang tuaku sampai seperti itu?" maki Leith dalam hatinya.

Seorang wanita berambut panjang digelung dan pria bertubuh sintal duduk saling berdekatan. Mereka terlihat seperti orang linglung. Hanya mendongak dengan tatapan mata mengawang jauh. Bahkan tidak peduli akan kedatangan putranya sendiri.

"Waktu berkunjung sudah habis, Bocah! Sekarang kembali ke tempatmu! Dan kami akan terus mengawasi kamu, kedua orang tua payah itu akan Ratu bebaskan dalam kondisi semula jika kau berhasil membawakan kalung tersebut!" Prajurit bernama Colen membuka suara dengan tatapan mata tajam membuat Leith menggidik.

***

"Jadi, kedua orang tuamu ditahan oleh penyihir itu?"

Larkin tidak tahan untuk membuka suara. Leith mengangguk pelan.

"Haruskah kita percaya pada ucapannya?"

Mendengar Xena bertanya, Lac menghela nafas. Dia merapalkan sebuah mantra. Dalam penerawangannya, Lac masih melihat kedua orang tua Leith masih hidup meski dalam kondisi memprihatinkan.

"Jika kalian dalam posisiku, apakah punya pilihan lain?"

"Leith, aku mengerti alasanmu. Tapi, andai kata kau bisa membawa kalung itu pun belum tentu Malvolia akan menepati perkataannya," ucap Larkin.

"Benar yang dikatakan oleh Larkin. Mereka sangat licik. Tuan, sepertinya kita mulai kehabisan waktu. Penyihir jahat itu bisa saja mengirimkan mata-mata yang lain_"

"Tapi, Larkin belum siap berhadapan dengannya Xena. Perketat penjagaan di setiap sudut! Aku akan mengadakan perbincangan dengan Zarrar empat mata. Sampaikan kepadanya agar menemuiku segera."

"Bagaimana dengan pemuda ini?"

"Dia akan aku tahan sementara di ruangan khusus."

"Mereka akan curiga," lirih Xena.

"Tapi membiarkannya di luar juga berbahaya, aku harus berunding dengan Zarrar."

"Baiklah, saya akan ke pondoknya sekarang." Xena berkata dalam satu kedipan mata wanita itu sudah menghilang.

Larkin terkesiap, "Apa saya harus meninggalkan tempat ini juga?"

"Kembalilah ke pondokmu, Larkin. Tunggu sampai aku memerintahkan Xena, nanti aku kabari lagi."

"Baik," sahut Larkin merangkapkan telapak tangan kanannya di dada.

Sebelum dia membalikkan tubuh, Larkin sempat menoleh pada Leith dengan tatapan mata sedih. Baginya, kehadiran Leith menggantikan Birk. Dengan hati berdesir, pemuda itu akhirnya bergegas meninggalkan pondok milik Lac.

"Sial sekali! Andai kau ada disini Birk. Apa yang harus aku lakukan? Lac benar, untuk menghadapi wanita jahat itu aku belum mempunyai kekuatan apapun juga. Tidak mungkin hanya berbekal kalung ini, aku menyelinap sendirian ke tempat Malvolia. Sama saja dengan mengantarkan nyawa. Akh ..., apa aku tidak bisa memilih takdir yang sudah digariskan kepadaku? Memikirkan bahwa aku ini sebenarnya putra Raja Arryn saja masih membuatku terhenyak. Sial!" maki Larkin dalam hatinya.

***

"Tuan Baltas, jujur saja. Kita belum siap menyerang tempat Malvolia. Tidak untuk saat ini, mendengar soal Leith. Saya merasa terkejut, saya tahu dia dari kecil. Saat kutukan itu terjadi, kedua orang tuanya sedang berada di wilayah Timur. Bahkan semua orang mengira mereka sudah tewas. Jika saja bukan dari Anda, saya tidak akan percaya."

"Waktu kita tidak banyak Tuan Zarrar, setelah wilayah Orken yang porak-poranda. Bukan tidak mungkin mereka akan menyerang wilayah lain. Moana memang mempunyai Nakra, mahluk itu bisa menyerang siapa saja. Ada kemungkinan, karena hanya pesisir Moana yang masih terlihat penampakan matahari. Di wilayah lain, bahkan setiap harinya selalu berkabut. Entah malam atau siang, langit hanya ditutupi oleh gumpalan awan. Mungkin hal itu yang menyebabkan Nakra tidak sepenuhnya terpengaruh oleh kekuatan sihir dari Malvolia. Satu hal yang saya yakini, setiap kekuatan entah hitam atau putih pasti mempunyai kelemahan tersendiri. Begitu juga wanita jahat tersebut. Adalah hal yang masuk akal jika Malvolia seakan membekukan sinar matahari. Saya bisa menarik kesimpulan, kekuatannya melemah saat berhadapan dengan benda langit tersebut."

"Tuan Baltas benar. Itu juga yang selama ini saya pikirkan. Jika dibiarkan, maka sampai kapan rakyat Aileen berada dalam kekuasaan Raja Arryn yang sewenang-wenang? Konon katanya, Sang Raja memang memiliki keahlian dan kekuatan yang tinggi namun satu-satunya kelemahan beliau adalah sihir. Saya tidak heran, jika sampai saat ini Raja Arryn masih dikuasai oleh Malvolia. Andai saja, putra mahkota itu masih hidup. Setidaknya ada secercah harapan agar kita bisa melawan Malvolia," ucap Zarrar kedua tangannya merangkap di depan dada.

"Bagaimana dengan kemajuan Larkin?"

"Ah, pemuda itu sebenarnya memiliki kecerdasan yang tersembunyi. Saya bisa melihat itu dari sorot matanya. Mungkin satu atau dua purnama lagi, Larkin baru bisa mengikuti latihan dasar pertahanan diri."

"Apa tidak bisa dipercepat?" Lac bertanya. Dia bangkit dari posisi duduknya.

"Tuan Baltas, sejujurnya ... saya ingin menanyakan satu hal penting. Aura pemuda itu sangat kuat. Apakah Larkin benar-benar penduduk Orken?"

Baru saja, Lac ingin membuka suara. Tiba-tiba saja dua orang prajurit menghambur masuk ke dalam pondok.

"Maaf mengganggu perbincangan Anda Tuan Baltas, tapi Leith tidak ada di ruangannya."

Seketika baik Zarrar maupun Lac terkesiap.

"Bagaimana bisa?" Lac mendengus geram.