Chereads / THE LOST PRINCE OF LARKIN / Chapter 27 - Meloloskan Diri

Chapter 27 - Meloloskan Diri

Birk masih menatap tajam ke arah Leith yang terpaku. Sambil matanya mengawasi sekitar, dia tidak ingin kedua Ogard yang menjaga mereka mendengar percakapan yang akan dia katakan pada pemuda kurus itu.

"Aku bertanya, apakah benar ratu penyihir jahat itu menyuruhmu merebut kalung milik Larkin?"

"Sebelum aku jawab, aku juga ingin tahu apa kepentinganmu? Dimana kau bertemu dengan Larkin?"

"Cih! Aku bertanya kau malah bertanya balik. Jika kau mengetahui keberadaan sahabatku katakanlah? Kami terpisah saat di daerah Orken, mahluk bernama Efitra menyeretku dan tiba-tiba saja aku sudah berada di tempat terkutuk ini." Birk akhirnya mengalah karena merasa pemuda gimbal yang dia ajak bicara terus saja berputar-putar balik bertanya kepadanya.

"Jadi kau juga rombongan dari Tuan Baltas? Jangan khawatir Larkin berada di wilayah Moana. Aku penduduk asli kaum Mvura. Kedua orang tuaku ditahan oleh Malvolia, dan aku tidak punya pilihan selain mengikuti perintahnya," ucap Leith pada akhirnya.

"Jadi, kau benar-benar terpaksa?"

"Tentu saja, untuk apa aku berbohong? Jika kau berada di posisiku apa kau akan melakukan hal yang sama?"

Ditanya begitu rupa, Birk terdiam. Dia teringat pada keluarganya.

"Baik, aku percaya. Sekarang apa kita bisa pikirkan cara agar bisa keluar dari tempat sialan ini? Aku sudah lelah berpura-pura sekarat, tapi dua mahluk payah itu malah membiarkanku. Ku pikir jika mereka mengira aku sudah mati, maka tubuhku akan dilempar keluar dan aku bisa kabur dari sini."

"Hahaha! Itu pemikiran yang konyol. Ohya, kau menyebut kalung yang dikenakan oleh Larkin. Apa kau mengetahui sesuatu tentang benda itu? Aku heran, kenapa Ratu Malvolia begitu menginginkannya. Jika dia punya kekuatan yang sakti bahkan bisa membuat semesta Aileen kacau balau, lantas kenapa tidak mengambilnya sendiri?"

Birk menghela nafasnya, dia kembali duduk. Dilihatnya Leith dengan seksama. "Aku masih tidak bisa percaya padanya, adalah hal bodoh jika aku menceritakan soal kalung itu. Baiklah, aku akan pura-pura saja tidak mengetahuinya," batin Birk.

"Siapa namamu?"

"Leith, bukankah aku sudah bilang tadi?"

"Leith, baiklah. Bagaimana jika kita akhiri saja perdebatan ini, aku Birk."

Leith menyunggingkan senyuman kecut masih segan berteman dengan Birk. "Kau sendiri yang lebih dulu mengajakku berdebat."

"Sudahlah, aku bilang kan kita akhiri saja. Lebih baik kita bekerja sama agar bisa keluar dari tempat ini. Aku ingin segera menemui Larkin," ucap Birk mengalah.

"Kau belum menjawab pertanyaanku soal kalung itu," dengus Leith lantas ikut bergerak dalam posisi duduk. Keduanya hanya terpisah oleh semacam jeruji yang terbuat dari kayu. Tapi anehnya, meskipun Birk mencoba mematahkan benda tersebut yang terjadi tangannya seperti terbakar hebat.

"Aku tidak terlalu mengetahui soal kalung Larkin, hanya saja dia pernah bercerita jika benda itu memang sangat berharga. Aku bertemu Larkin secara tidak sengaja saat terpisah dengan keluargaku. Mereka menuju ke Selatan."

"Aneh sekali, bagaimana kau bisa tersesat ke wilayah Orken? Setahuku daerah Selatan sangat dingin, karena diselimuti oleh es. Aku pernah mendengar dari para tetua bahwa pemimpin wilayah Selatan ingin mendirikan kerajaan baru," decit Leith sambil meringis saat menekan bagian tubuhnya yang tadi di dorong oleh Dugald.

"Kerajaan baru?"

"Ya, aku tidak terlalu mengerti. Kekacauan terjadi dimana-mana. Sementara daerah Moana sekarang pun menjadi tempat penampungan kaum Partha dari segala penjuru. Lebih lagi para penduduk Orken yang katanya sudah dibumi hanguskan. Tuan Baltas, Xena dan juga sebagian para penduduk kini tinggal di kampungku." Leith bercerita kembali.

Kini giliran Birk yang memutar pandangannya, karena takut para Ogard yang menjaga tiba-tiba memasuki ruangan tersebut.

"Apa kau punya ide agar kita bisa keluar dari sini?" tanya Leith.

Birk menggelengkan kepalanya pelan, matanya menyiratkan putus asa. "Jika ada kesempatan, aku akan usahakan kau yang keluar lebih dulu. Sepertinya aku harus lebih lama di tempat ini karena kedua orang tuaku masih ditahan oleh mereka. Jika kau berhasil, tolong segeralah menuju ke wilayah Moana. Nanti akan aku tunjukkan agar kau bisa melewati Nakra."

"Apa itu Nakra?" Birk mengerutkan keningnya.

"Mahluk penjaga seperti Efitra. Semua wilayah di semesta Aileen ini mempunyai penjaga. Namun, tidak seperti Efitra, Nakra belum sepenuhnya terpengaruh oleh kutukan. Dia tidak bisa membedakan mana kawan dan lawan. Berjanjilah, jika kau berhasil keluar dari tempat ini kau akan kembali membawa bantuan untuk membebaskanku dan kedua orang tuaku!"

"Bagaimana caranya?"

Leith berpikir sejenak. Lalu kemudian sebuah ide menyeruak di kepalanya.

***

Birk berlari sekuat tenaga, meskipun tepalak kakinya sudah perih karena terkena ranting dan duri dari semak-semak. Pemuda itu tidak menoleh ke belakang dan terus mengikuti langkah kakinya seperti yang diarahkan oleh Leith kepadanya.

"Pemuda gimbal itu tidak waras, tapi hebat juga idenya. Dia berhasil membuat kedua mahluk jelek tersebut percaya pada ucapannya. Apa semua Ogard itu gampang ditipu mentah-mentah? Hahaha," seringai Birk dalam hatinya sambil terus berlari dengan nafas terengah.

Sementara di dalam penjara gua bawah tanah, Ogard yang menjaga terlihat geram karena tidak menemukan Birk.

"Dugald! Apa kerajaanmu hanya mencari mangsa saja? Lihatlah tahanan kita yang bertubuh kurus itu tidak ada di tempatnya!"

Mahluk yang dipanggil Dugald menyeringai, "Kau harusnya bersyukur aku sudah menyingkirkan tubuhnya. Pemuda gimbal itu bilang bahwa Partha kurus tersebut mengidap penyakit aneh, pantas saja badannya hanya tinggal tulang saja."

"Dasar bodoh! Mana ada penyakit seperti itu? Lekas cari dia!!! Dan kau! Jika saja Ratu tidak menyuruhku mengampuni nyawamu, aku akan melahapmu sekarang juga!" Ogard yang memiliki keahlian membuka portal tersebut menggeram pada Leith.

"Aku tidak berbohong, di tempatku penyakit itu langka. Jika dibiarkan akan menular, dan membuat tubuh menjadi lumpuh hingga tersisa tulang belulang saja. Aku tidak mau mati dalam keadaan menyedihkan macam itu. Harusnya kau berterima kasih karena aku sudah mau membuang mayatnya," seloroh Leith santai.

"Awas kau! Aku akan laporkan pada Ratu! Dugald! Jaga dia! Biar aku yang mencari patrha kurus jelek itu!" dengus mahluk tersebut lalu dalam kedipan mata dia raib seperti ditelan pintu ajaib.

Dugald mengerutkan dahinya, tangannya yang kasar dan berbulu itu menggaruk kepalanya dengan bingung.

"Hei! Kau tidak membodohiku kan? Apa memang ada penyakit seperti itu?"

Leith menyeringai namun tetap memasang wajah tenang. "Tentu saja! Penyakit itu sangat berbahaya, setiap orang yang mengidapnya sudah pasti mati dalam keadaan menyedihkan. Tubuhnya kaku, tidak nafsu makan, ya seperti yang kau lihat pada tahanan kalian."

Dugald masih terlihat bingung, namun kemudian dia duduk sambil mengawasi Leith.

"Dasar mahluk payah! Mau saja aku bodohi. Hihihi." Leith berkata dalam hatinya. "Ku harap Birk selamat sampai dia bisa bertemu dengan Larkin, setidaknya itu bisa mengurangi perasaan bersalahku. Tapi, jika aku lihat-lihat sepertinya selain gampang dibodohi, mahluk yang bernama Dugald tersebut bisa aku hasut agar mau kabur dari sini."

Leith mendekatkan tubuhnya pada jeruji, "Hei! Apa kau juga menginginkan kebebasan? Bagaimana kalau kita kerja sama? Ku rasa kau sebenarnya berhati baik."

Dugald tercekat, sementara Leith mundur beberapa langkah karena takut mahluk yang dia ajak bicara akan menghajarnya lagi.