Dua mahluk berwajah menyeramkan mendorong tubuh Leith ke ruangan sempit yang terletak di sebelah dalam gua. Pemuda berambut gimbal itu tersungkur hingga jatuh terduduk di lantai gua. Birk yang sedang memejamkan matanya seketika tersentak namun dia menunggu dengan memasang telinga untuk mendengarkan apa yang terjadi.
"Lagi-lagi Ratu menahan Partha yang kurus. Huh!"
"Hahaha! Apakah kau benar-benar merindukan daging Partha, Dugald?"
"Tentu saja, Bodoh! Aku ini Ogard sejati, bukankah sudsh hukum alam semesta Aileen menjadikan Partha ada dibawah rantai makanan? Hahahaha!"
Mahluk bernama Dugald tertawa terbahak sehingga terlihat barisan giginya yang runcing, membuat Leith menggidik. Percakapan tentang menu makan daging Partha itu semakin menjauh dari telinga Birk. Saat derap langkah kaki kedua mahluk tadi pergi, barulah Birk membuka matanya. Perlahan dia menggerakan tubuh sengaja berbalik ke arah berlawanan sebelumnya.
"Sial! Entah sudah berapa lama aku harus berpura-pura sekarat, sehingga merubah posisi tubuhku saja kepayahan. Kalau begini terus bisa-bisa aku sekarat sungguhan. Bagaimana agar aku bisa keluar secepatnya dari gua terkutuk ini? Bahkan aku tidak tahu Larkin ada dimana sekarang," gumam Birk sambil mencoba meringsut duduk.
Leith yang mendengar ocehan dari mulut Birk terperanjat saat nama Larkin disebut. "Kau ..., apa tadi kau menyebut nama Larkin?"
Birk tidak kalah terkejutnya saat satu suara bertanya tentang sahabatnya. Matanya langsung menoleh ke arah sumber suara dan memperhatikan seorang pemuda berambut gimbal di samping ruangan tahanannya itu.
"Kau siapa? Apa kau kenal Larkin?" Birk bertanya penuh selidik sambil merasakan seluruh persendiannya kaku karena selalu dalam posisi meringguk.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu! Kau sangat mencurigakan, ku pikir kau itu sudah sekarat."
"Aku terpaksa melakukannya agar kedua mahluk jelek tadi mengira aku sudah mati."
Leith tampak manggut-manggut, namun dia masih penasaran kenapa orang yang dia temui menyebut-nyebut nama Larkin.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, tadi kau menyebutkan nama sahabatku. Apa kau memang mengenalnya?"
Birk mengerutkan kening berlipat, "Sialan sekali Larkin! Bukannya berusaha mencari dan mengeluarkan aku dari tempat ini malah asik dengan sabahabat baru. Apa dia pikir aku ini sudah mati atau bagaimana? Lihat saja kalau aku bertemu dengannya! Bagus lah, sahabat barunya yang tidak jelas ini juga berakhir di tempat yang sama. Huh! Seenaknya saja melupakan sahabat baik sendiri. Larkin sialan!"
"Hei, aku bertanya padamu! Selain berpura-pura sedang sekarat apa kau juga tuli?" ledek Leith ketika Birk sedang asik mengerutu dalam hatinya.
"Kau duluan yang harus menjawab pertanyaanku! Kenapa bisa Larkin bersahabat dengan manusia menyebalkan seperti dirimu? Dan dimana dia sekarang?"
Leith tersenyum kecut mendengar ocehan Birk, "Tidak akan kuberi tahu! Kau sudah menghinaku dengan mengatakan ku jelek!"
"Kau sendiri yang menyebutku tuli! Baiklah, tidak masalah jika kau tidak mau bicara," dengus Birk sebal lantas bersiap mengambil posisi seperti sedang sekarat tadi.
Leith ingin meladeni Birk, namun perasaan bersalah akhirnya membuat pemuda itu menurunkan nada bicaranya.
"Aku Leith. Dan kau?"
Birk menoleh kembali, hanya menjawab dengan sunggingan masam. Dia berbaring di lantai gua, tubuhnya yang kurus semakin memperlihatkan tulang igaya.
"Sebenarnya aku juga tidak tahu apakah aku masih layak disebut sahabat oleh Larkin," lirih Leith.
Birk mengerutkan dahi dan mengerutu dalam benaknya sendiri. "Sudah ku duga Larkin tidak mungkin menjadikan manusia gimbal itu teman."
"Hei, apa kau tidak mau bercerita kenapa kau mengenal Larkin? Kau ini siapanya? Setahuku, Larkin hanya datang berdua dengan Xena atas perintah Tuan Baltas."
"Jadi, pemuda gimbal ini juga kenal dengan Xena? Tapi ... siapa itu Baltas? Apa yang dia maksud itu Tuan Lac?" batin Birk.
"Ya sudahlah, kalau kau memang tidak mau mengobrol denganku. Aku juga tidak ada urusan denganmu," umpat Leith lantas mencoba berbaring memejamkan matanya.
Antara perasaan bersalah pada Larkin dan juga keinginan untuk membebaskan kedua orang tuanya dari Malvolia membuat Leith dalam dilema. Sementara Birk, dia masih bertanya-tanya apakah orang yang ada di sebelah ruangannya itu memang sahabat Larkin atau hanya mengaku-ngaku saja.
"Aku harus mengawasinya! Bukan tidak mungkin wanita penyihir jahat itu sengaja mendatangkan pemuda aneh kesini untuk menjebakku. Dia menginginkan kalung Larkin, entah apa yang membuat Malvolia sampai menjadikan aku sandera untuk memancing Larkin. Pasti ada hal yang sangat penting soal benda pemberian dari Flynn tersebut. Sejak awal aku curiga, bahwa ada rahasia besar tentang asal-usul Larkin. Karena memang terbukti Myrtle bukan ibu kandungnya. Itu hal yang tidak masuk akal. Benar apa yang dikatakan oleh ayahku, Ogard dan Partha merupakan mahluk yang saling besebrangan. Mahluk jelek penjaga yang suka dipanggil Dugald saja selalu berkoar- koar menginginkan daging Partha. Aku jadi merindukan Elle, apa mereka baik-baik saja?"
Birk hanya bisa bergelut dalam pikirannya. Dia kembali berpura-pura dalam kondisi sekarat dan berharap jika kedua penjaga berwajah menyeramkan itu mengira dirinya sudah tewas.
***
Saat hari mulai gelap, mahluk yang bernama Dugald kembali memeriksa keadaan Birk dan juga Leith. Jejak kakinya membuat mata Leith terbuka, sementara Birk memilih untuk tidak melakukan gerakan.
"Hei! Aku ingin bertemu dengan Ratu!" ucap Leith pada Dugald.
"Untuk apa? Mungkin sekarang Ratu sedang bersenang-senang di istana bersama Raja. Hahahaha!"
Leith menyipitkan kelopak matanya, "Aku sudah menjalankan perintahnya. Sekarang bebaskan kedua orang tuaku!"
Dugald menggeram, terlihat barisan gigi runcingnya membuat bulu kuduk Leith berdiri. Mahluk itu menghampiri pemuda gimbal dan mendekatkan wajahnya. Bau menyengat yang keluar dari mulut itu memaksa Leith menutup hidung dengan telapak tangan.
"Jika saja badanmu lebih berisi, aku akan memakanmu sekarang juga. Kau siapa berani memerintah Dugald? Membusuklah dalam penjara itu! Ratu tidak mungkin membebaskan kedua orang tuamu terlebih kau gagal membawakan kalung milik pemuda bernama Larkin!"
Mendengar nama sahabat baiknya disebut, Birk terkejut dan membuka matanya. Dia memasang telinga lebar-lebar untuk menguping percakapan tersebut.
"Jika Ratu memang punya kesaktian yang Maha dahsyat, kenapa tidak dia sendiri saja? Keluarkan aku sekarang juta mahluk jelek! Lihat saja! Jika nanti Larkin sudah siap, dia akan menghancurkan kalian semua!"
SREEET!
Secepat kilat tangan berbulu milik Dugald menarik Leith, matanya yang besar seakan ingin ikut melahapnya. Leith memejamkan mata, namun mahluk itu kembali menghempaskan tubuh pemuda gimbal itu hingga jatuh tertelungkup.
"Andai saja, Ratu tidak mengikatku dengan tanda kutukan sialan ini. Aku juga ingin bebas, dasar Partha tidak tahu sopan santun!" dengus Dugald.
Dia mengeluarkan suara raungan pendek sebelum akhirnya meninggalkan penjara tersebut.
"Apa aku tidak salah dengar? Jangan-jangan mahluk jelek tersebut sebenarnya terpaksa menurut pada perintah Malvolia," gumam Leith sambil meringis. Dia merasakan tubuhnya remuk dihempaskan dengan keras oleh Dugald.
"Jadi, kau juga suruhan ratu jahat yang bernama Malvolia? Sekarang katakan dimana Larkin?"
Leith terkejut, karena Birk sudah berdiri menatapnya tajam.