Ratu Cressa mengambil posisi, ini sudah hampir 30 purnama dia menantikan dirinya agar segera diberikan keturunan. Kali ini sang Ratu melakukan ritual seorang diri, diam-diam Ratu Cressa pergi menemui Lac. Penyihir golongan putih itu tidak terkejut akan keinginan ratu, dia paham jika kerajaan Aileen tidak secepatnya mempunyai putra mahkota maka Malvolia dan pengikutnya tidak akan segan-segan untuk berbuat licik. Mereka seakan tidak pernah jera mencari celah agar bisa merebut kekuasaan di semesta Aileen.
"Ratu Cressa, saya mendapat penglihatan dan juga firasat buruk. Keinginan Anda memang harus segera dikabulkan oleh Dewi Sadha. Malvolia mempunyai niat jahat pada Baginda Raja," ucap Lac.
"Itu yang saya khawatirkan Tuan Lac. Apa yang harus saya lakukan?"
"Sebenarnya ada satu hal, hanya saja kau harus kembali berubah menjadi Elvish untuk sementara waktu. Selama sepuluh purnama ke depan, Anda bersemedi tanpa makan ataupun minum. Dan tidak boleh mengucapkan satu patah kata pun. Syarat ini memang berat, kau harus bermusyawarah dengan suamimu."
"Tapi saya tidak punya banyak waktu, Tuan Lac. Bagaimana jika prajurit Anda saja yang menyampaikan pesan kepada Baginda Raja?"
Lac menghela nafas panjang, "Jika itu keinginan Anda, saya akan kirim prajurit agar segera menemui Raja Arryn."
Pria berjanggut putih tersebut memanggil salah satu prajuritnya, dengan sigap prajurit itu menganggukkan kepala. Lac membacakan sebuah mantra pada lembaran kulit domba, dalam sekejap terlihat barisan tulisan tentang pesan untuk disampaikan kepada Raja Arryn bahwa Ratu Cressa sedang menjalankan semedi selama sepuluh purnama untuk mendapatkan keturunan.
"Berangkatlah sekarang juga! Sampaikan hormatku pada Baginda Raja! Aku harus menjaga Ratu selama melakukan semedinya," Lac memberi perintah.
Seekor burung elang berwarna putih mengembangkan sayapnya, ketika prajurit itu merapalkan mantra hewan itu membesar dan segera membawanya ke udara menembus malam.
Di dalam ruangan pribadi raja, tampak penguasa kerajaan Aileen itu gusar. Perasaannya tidak menentu karena Ratu Cressa belum juga kembali.
"Dimanakah kau Ratuku? Kenapa lama sekali, apa jangan-jangan dia dalam marabahaya? Aku harus menyusulnya sekarang juga! Dia keras kepala sekali, sudah kubilang bersabar dahulu hingga sepuluh purnama ke depan." Raja Arryn bergumul dalama benaknya.
"Anda mau kemana Baginda?"
"Aku harus ke tempat Tuan Lac, tolong rahasiakan kepergianku agar tidak menimbulkan kepanikan di istana. Deco, aku mengandalkanmu!"
"Tapi, Baginda_"
Kalimat Dexter tertahan karena Raja Arryn sudah keburu meninggalkan ruangannya. Sang penasihat kerajaan itu pun menggelengkan kepalanya dan hanya bisa menghela nafas panjang.
"Dia tidak pernah berubah, bahkan saat sudah menjadi seorang Raja." Dexter bergumam.
Dia lalu teringat bagaimana Raja Arryn membebaskan dirinya dari penjara bawah tanah. Satu sisi sang penasehat itu merasa lega karena pangeran muda kesayangannya telah diangkat menjadi raja. Namun, pria itu juga bersedih melihat Raja Aberash akhirnya tewas setelah mencoba menghadapi Malvolia. Dexter tahu jika saat itu Raja Aberash sedang dikuasai amarah, baginya tidak ada dendam sedikit pun meskipun raja sempat menjatuhkan hukuman kepada dirinya. Usia Dexter memang sudah tidak lagi muda, namun pangeran Arryn saat itu tetap bersikeras mengangkat dirinya sebagai penasihat kerajaan agar bisa mendampingi ketika putra mahkota tersebut mengambil alih kerajaan.
***
Saat Ratu Cressa menyelinap ke tempat dimana Lac tinggal. Tanpa ratu sadari, sebuah elang hitam milik Malvolia terus mengawasinya. Burung yang diberi nama Vieillot tersebut menjadi senjata andalan Malvolia untuk menyelidiki sejauh apa perkembangan kerajaan Aileen di bawah kekuasaan Raja Arryn. Terlebih lagi mereka belum juga diberikan putra pewaris. Wanita cantik namun berhati jahat itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan.
"Lekas kau bunuh utusan Lac itu! Biarkan Raja Arryn berpikir bahwa ratunya sudah meninggalkan istana tanpa izin darinya. Aku ingin sedikit bermain-main dengan pria gagah tersebut!" titah Malvolia kepada prajuritnya.
Tiga orang prajurit dari kaum Gwarch pengikutnya bergegas menuruti perintah.
"Hahahaha! Kau bersemedi saja dengan damai wahai Ratu Cressa. Selama itu pula, izinkah aku Malvolia menjaga suamimu. Hahahaha! Utusan itu tidak akan pernah sampai pada Raja Arryn!" seringai jahat menyeruak dari bibir wanita tersebut.
Jika dilihat sekilas dari wajahnya, Malvolia jauh dari penampakan mengerikan yang selama ini rakyat Aileen bayangkan. Mendengar kaum Gwarch, tubuh dan hati mereka akan bergetar hebat. Karena rata-rata para penyihir memiliki wajah yang aneh dan menyeramkan. Tetapi tidak dengan penyihir wanita yang satu ini. Malvolia mempunyai paras cantik layaknya Dewi Langit, bahkan melebihi kecantikan Ratu Cressa.
Matanya tajam seperti sepasang mata elang yang dia miliki yaitu Vieillot. Hidungnya mancung dan bibirnya ranum. Juga dengan penampakan rambutnya yang hitam terurai, ada mahkota kecil melingkar terselip disana. Dalam mode pertempuran, biasanya Malvolia mengenakan semacam jubah berwarna hitam dengan wajah yang ditutupi topeng_hanya membalut sepasang mata indahnya.
Di lain saat, ketika prajurit suruhannya itu sudah pergi. Malvolia merapalkan sebuah mantra pada benda seperti cermin berbentuk bundar. Jemarinya yang lentik mengelus lembut cermin itu ketika menampakan sebuah wajah pria berkumis dan menawan.
"Raja Arryn, tunggulah sebentar lagi. Kita akan memadu kasih dan takkan ku biarkan Ratu Cressa itu kembali hidup-hidup. Kau akan jatuh cinta kepadaku dan melupakan wanita bodoh itu dalam satu kedipan mata. Di saat yang sama, kau akan memerintah kerajaan di bawah kekuasaanku. Hahahaha!!!" ucap penyihir wanita itu.
Wajahnya yang cantik jelita tersebut sangat berbanding terbalik dengan apa yang bersemayam dalam hatinya. Malvolia bukan hanya licik namun haus akan kekuasaan.
***
Di istana raja, Dexter berjalan kesana-kesini dengan gelisah. Kedua tangannya merangkap di belakang punggung.
"Perasanku tidak enak, apa Raja baik-baik saja?" lirih sang penasihat kerajaan tersebut.
Tak lama waktu berselang, dari balik pintu rahasia Raja Arryn muncul. Badannya basah kuyup.
"Baginda, apa yang terjadi? Dimana Ratu?" tanya Dexter dengan sigap mengambilkan kain untuk mengeringkan tubuh Raja Arryn.
"Deco, entah apa yang terjadi. Padahal ku lihat bulan tampak penuh. Namun tiba-tiba saja tiba di perbatasan badai angin datang berserta hujan. Aku tidak bisa menembusnya, pepohonan tumbang menghalangi jalanku. Anehnya, meski sudah aku kerahkan sekuat tenaga pohon-pohon itu tidak bergeser sedikit pun."
Dexter terperanjat, wajahnya begitu cemas. "Jadi, Anda tidak berhasil menemukan Ratu?"
"Aku akan mencarinya lagi, hanya saja aku butuh pasukan. Segera siapkan Dexter. Aku akan berganti pakaian," titah Raja Arryn diikuti bungkukkan tubuh Dexter sebagai tanda dia segera melaksanakan perintah.
Tak butuh waktu lama, Raja Arryn beserta satu pasukan khusus berkuda kerajaan pergi kembali ke arah Timur. Dan hal yang aneh terjadi kembali. Setibanya di perbatasan, hujan badai menerjang penguasa Aileen tersebut beserta para pasukannya.
Sementara itu, di tempat tersembunyi bagian dalam wilayah Timur Malvolia memberikan perintah kepada prajuritnya.
"Tahan sang Raja sampai aku tiba. Jangan sentuh sedikit pun Baginda Raja! Dan buat pasukannya tersesat! Laksanakan!"
"Baik, Ratu!" seru para prajurit bertopeng tersebut.
Dalam satu kedipan mata, mereka menghilang dari hadapan Malvolia. Wanita cantik namun berhati jahat itu tertawa sehingga menggetarkan ruangannya.
"Kau akan takluk di bawah kekuasaanku wahai Raja Arryn yang perkasa," ucapnya diakhiri seringai jahat.