Chereads / THE LOST PRINCE OF LARKIN / Chapter 20 - Birk yang Malang

Chapter 20 - Birk yang Malang

"Hai! Apa kau tak mau menyantap makananmu? Kau jangan mati dulu, bisa-bisa Ratu menghukumku!" teriak mahluk menyeramkan tersebut.

Birk mendengus, dia mendengarnya namun tetap memilih diam. Hanya pikirannya saja yang berkecamuk, "Jadi, memang mereka menginginkan aku tetap hidup? Apa itu karena ingin memancing Larkin kemari?"

Kali ini mahluk itu mendekat, suara pijakan kakinya menggetarkan dinding gua. "Jangan-jangan dia sudah mati," gumamnya memperhatikan Birk yang masih meringkuk membelakangi.

"Apa yang harus aku lakukan? Apa aku pura-pura mati saja? Biar mahluk jelek itu mengeluarkanku dari tempat terkutuk ini," batin Birk.

Di saat yang sama sebuah fortal terbuka. Mahluk yang tak kalah menyeramkan keluar dari pintu ajaib itu.

"Kau lama sekali, aku ingin pergi mencari mangsa."

"Ratu memerintahkan kita untuk terus mengawasi Partha itu. Aku sudah membawakan rusa ini untuk kita santap bersama." Mahluk berbulu yang baru masuk itu membuka suara bersamaan dengan menutupnya fortal tadi.

"Ah! Kenapa kau tidak mencari daging Partha saja? Andai saja yang terkurung disana sedikit gemuk mungkin sudah sejak lama aku memakannya."

"Hahahaha!!! Sudah tak usah banyak protes. Tugas kita ini terbilang santai hanya mengawasi mahluk itu saja. Lagipula belakangan kaum Partha berpindah-pindah tempat. Mereka jarang sekali terlihat di wilayah Timur," ujar mahluk berbulu tersebut.

Birk yang sejak tadi hanya bisa mendengarkan percakapan memicingkan sedikit matanya. Meski tidak melihat secara langsung karena posisi pemuda itu membelakangi mereka, namun dari suara decak yang bersahutan sudah membuat Birk mual membayangkan cara mereka makan.

"Aku heran dengan Ratu, bukankah dia sudah menguasai Aileen. Lantas mengapa Ratu tidak mencabut saja kutukannya. Setidaknya kaum Partha akan sering terlihat di sekitar tempat ini seperti dulu. Aku bahkan tidak ingat kapan memakan daging Partha."

"Kau cerewet sekali Dugald! Keberadaan kita ini dirahasiakan oleh Ratu. Makan saja yang ada, atau kau ingin dimusnahkan seperti Ogard lainnya?"

"Sial! Tentu saja tidak," ucap mahluk yang dipanggil Dugald tersebut.

Mendengar pengakuan dari kedua mahluk itu membuat mata Birk terbuka. Namun, dia tetap berusaha keras tidak membuat gerakan apapun.

"Jadi, mereka itu Ogard? Tapi kenapa tubuhnya tidak sebesar Myrtle? Aneh! Sepertinya mereka terpaksa menuruti perintah orang yang dipanggil Ratu tadi. Ah! Keadaanku tidak menguntungkan sama sekali," keluh Birk kembali.

Sejak dia dibawa oleh Efitra, seingat Birk dia tiba-tiba saja ada di ruangan itu. Dari bentuknya, Birk bisa menyimpulkan bahwa dia disekap di tempat lain. Lebih lagi kedua mahluk tadi menyebut-nyebut wilayah Timur.

"Benar perkiraanku, aku tidak lagi berada di dataran Orken. Sial! Bagaimana aku keluar dari tempat terkutuk ini?"

Birk masih saja berpikir keras. Entah sudah berapa lama dia ditahan dan diawasi kedua mahluk yang mengaku kaum Ogard tersebut. Birk semakin tidak sabar untuk keluar dari sekapan mereka agar bisa bertemu kembali dengan Larkin.

***

Kembali lagi pada Larkin yang sudah satu purnama ini menempuh Wiedza. Meskipun awalnya pemuda itu merasa enggan menjadi murid paling besar, namun Lac memperingatkan dirinya agar bersungguh-sungguh menuntut ilmu sebagai dasar pengetahuannya.

Malam ini tepat purnama, Lac memanfaatkan waktu yang bagus tersebut untuk berbincang kembali dengan Larkin di alam Nima. Seperti biasa, Xena berjaga di depan pondok. Lebih lagi, penyusup yang dikatakan Lac bisa menjadi ancaman besar untuk mereka masih belum juga ditemukan keberadaannya.

"Larkin, aku harap kau paham satu hal. Selama hampir 200 purnama, kami sangat berharap banyak kepadamu. Karena hanya keturunan Raja Arryn yang bisa menghancurkan kutukan Malvolia. Aku akan menceritakan kisah tentang bagaimana bencana maha dahsyat itu membuat semesta Aileen menjadi kacau balau. Malvolia, adalah penyihir dari golongan hitam. Dia murid terbaik sekaligus putri dari Maglica. Dahulu, aku dan Maglica satu perguruan. Hanya saja, dia terlalu serakah dan tidak mau jika kerajaan Aileen dipimpin oleh kaum Partha. Maglica menganggap bahwa kaum Gwarch merupakan mahluk terkuat di semesta Aileen dibandingkan yang lainnya. Dengan kepintaran dan kelicikannya, Maglica menghasut kaum Gwarch. Kami terpecah menjadi dua golongan. Para pengikut setia raja tetap mengabdikan hidup mereka meski dibalik bayang-bayang. Kau tahu Larkin, sejak Maglica membuat kekacauan. Kaum Gwarch identik dengan kegelapan, para rakyat menganggap kami yang tersisa sebagai ancaman. Itu sebabnya, penyihir putih diburu karena Maglica menghasut para penduduk seakan semua kaum Gwarch adalah pemberontak."

Larkin mendengarkan seksama ucapan yang Lac sampaikan. Andai saja dia boleh meminta, lebih baik penyihir tua itu saja yang mengajarinya tentang segala hal. Daripada setiap pagi harus mengikuti Wiedza bersama anak-anak kaum Mvura.

Lac meneruskan kembali perkataannya. "Aku tahu kau sebenarnya tidak suka mengikuti Wiedza. Sekali lagi aku ingatkan, Larkin. Kekuatanku melemah, dan ada satu tujuan selain untuk menambah kau ilmu pengetahuan dasar selama menempuh Wiedz. Aku memerintahkan Xena agar terus memantaumu dari kejauhan. Jika firasatku benar, penyusup itu akan membuntutimu. Tetaplah kau sembunyikan kalung itu, aku sudah menyamarkan auranya agar tidak terlalu mencolok."

"Saya tidak mengerti apa yang Anda maksudkan Tuan Lac, terutama tentang kalung yang saya kenakan ini. Sejak memakainya, ada banyak keanehan. Bahkan Birk selalu memperhatikannya. Ketika kami tiba di wilayah Utara, dan Efitra menyerang secara tiba-tiba. Mahluk itu menggeliat saat terkena pancaran cahaya dari kalung ini," ucap Larkin sambil meraba benda itu dari balik bajunya.

"Biar kuceritakan kisah selanjutnya agar kau paham." Lac menjawab.

Larkin menghela nafas panjang, dia sudah menantikannya saat dimana dirinya mengetahui asal muasal kelahirannya, bagaimana sampai dibesarkan di hutan Alden oleh sepasang Ogard. Dan kenapa kutukan dari Malvolia yang disebut-sebut itu bisa terjadi.

***

Sekitar 240 purnama silam, kerajaan Aileen memang kembali damai. Sepeninggal Raja Aberash, Pangeran Arryn mengambil alih kerajaan didampingi oleh Putri Cressa. Malvolia beserta pasukannya pun tidak terlihat akan menyerang kembali istana. Keadaan itu membuat rakyat Aileen merasa tenang. Hanya satu hal yang mereka khawatirkan, karena sang Raja belum juga dikaruniai keturunan. Hal itu juga yang membuat Putri Cressa yang kini sudah menjadi seorang ratu gelisah.

"Kita harus menemui Tuan Lac kembali, Rajaku." Ratu Cressa berkata dengan wajah cemas.

Raja Arryn mendekat, dia merebahkan kepala dipangkuan istrinya. "Apa kau masih memikirkan keinginan mereka, Ratuku?"

"Tentu saja. Aku tidak bisa menunggu lebih lama. Bisakah Tuan Lac mempercepat ritual untuk Dewi Sadha?"

"Tapi Tuan Lac berkata, kita harus menunggu sampai sepuluh purnama ke depan. Lagipula sudah tiga kali kau melakukan ritual tersebut. Mungkin sebentar lagi keinginan kita akan terwujud. Bersabarlah Ratuku," hibur Raja Arryn.

Ratu Cressa hanya bisa menghela nafas berat. Baginya tak masalah apakah mereka akan diberikan keturunan atau tidak. Selama ini Raja Arryn begitu sangat menyayangi dirinya. Namun, sebagai seorang ratu kerajaan Aileen, seorang ratu memiliki beban dan tanggung jawab untuk memberikan seorang pewaris.

Malam yang dingin itu membuat Raja Arryn semakin membenamkan diri dalam pelukan istrinya. Kehangatan yang diberikan oleh sang Raja cukup membuat Ratu Cressa melupakan segala kegundahan hatinya.

Ditempat lain, seorang wanita cantik mendengus geram melihat kemesraan pasangan tersebut_yang dilihatnya melalui sepasang mata elang hitam.

"Lihat saja! Akan kurebut raja tampan itu beserta kerajaannya! Semuanya akan menjadi milikku! Mereka harus tunduk pada Malvolia!!!" umpatnya kemudian.

"Vieillot! Lekas kembali! Kita tak perlu menyaksikan adegan menjijikan mereka. Cih!" gumam wanita tersebut memanggil elang hitam yang bertengger di sebuah pohon pinus.