Meninggalkan dahulu tentang Larkin dan Xena yang diajak bergabung oleh Leith untuk mengikuti ritual Gatsh. Kembali pada waktu 300 purnama yang telah lampau.
Di sebuah istana megah, tampak seorang pria mengenakan jubah dari emas dan beragam batu permata yang menghiasinya. Di atas kepala pria tersebut terpampang mahkota. Dia adalah Raja Aberash, sang penguasa kerajaan Aileen yang sudah berusia ribuan purnama.
"Sebelum aku turun tahta, aku ingatkan lagi kepadamu wahai Arryn, putraku. Bagaimana sejarah dan asal muasal semesta Aileen ini agar kelak kau menjadi seorang pemimpin yang bijaksana. Bahwa siapapun dan bagaimanapun mahluk yang tinggal di bawah kerajaan kita, mereka semua adalah rakyatmu. Jangan sampai kau menjadi seorang raja yang hanya adil pada satu pihak. Jadi dengarkanlah baik-baik," ucap Sang Raja dengan suara bergetar.
Wajahnya memang sudah tidak bisa lagi menutupi usianya, namun di balik penampakan raja Aberash yang kian renta. Masih terpancar kewibawaannya di hadapan putranya yaitu pangeran Arryn.
***
Aileen merupakan sebuah tempat yang diberkahi oleh para dewa. Konon, Dewa Anhur merasa bosan berada di istana langit. Dia berkeliling dari ujung semesta, lalu melihat sebuah bintang yang menyita perhatiannya. Lebih lagi, saat Dewa Anhur mendekat, kondisi bintang itu lain dari yang biasa dia jumpai di semesta. Dewa penguasa langit tersebut menginginkan sebuah tempat yang nyaman ketika dia merasa bosan di istananya. Dengan kekuatan yang dia miliki, Dewa Anhur merubah bintang itu sebagai tempat tinggalnya. Dia memberikan nama Aileen pada benda langit yang dia temukan tersebut.
Namun, masalah lain terjadi. Saat Dewa Anhur telah selesai menyulap bintang itu menjadi tempat tinggal sementaranya. Tubuhnya mengecil, dan kekuatan dewanya melemah. Merasa sedih, Dewa Anhur meneteskan air mata. Dia sangat menyesal karena tidak bisa kembali ke langit. Dari tetesan air matanya, terbentuklah beberapa mahluk. Tetesan-tetesan tersebut berubah menjadi mahluk yang mempunyai sepasang sayap. Jumlahnya sangat bukan hanya satu, tetapi ratusan.
Di saat itulah dewa segala dewa mendatanginya.
"Kau sudah melampaui batas, Dewa Anhur. Ini adalah akibat dari perbuatanmu sendiri karena melangkahi kekusaanku. Kau harus tetap berada di tempat ini sampai tiba saatnya hukumanmu berakhir. Aku anugerahkan mahluk-mahluk itu kepadamu. Mulai saat ini kau dikenal sebagai Partha. Jika kau bersabar, kau akan meraih suka cita. Namun, tempat ini hanya boleh mengelilingi inti sebanyak sepuluh kali purnama."
Dewa Anhur membungkukkan badannya ketika Dewa Naryan berbicara kepadanya. Matanya tertunduk tidak berani menatap, dan hatinya diselimuti penyesalan.
"Aku dikenal sebagai dewa segala dewa. Dan aku hanyalah satu diantara utusan Yang Menciptakan Segalanya. Kesalahanmu sangat besar wahai Dewa Anhur, kau mengikuti hawa nafsu dan melupakan keseimbangan langit. Hanya Sang Pencipta yang berhak Menciptakan sesuatu, tidak dibenarkan meskipun untuk para dewa berbuat sekehendak hatinya. Karena kelak dikemudian hari akan menimbulkan kehancuran untukmu sendiri."
Dewa Naryan berkata lagi, membuat Dewa Anhur semakin merasa berdosa.
"Saya mengakui kekhilafan, dan siap menjalani hukuman."
"Bagus, itu lebih baik dari pada berkeras hati. Hanya Sang Pencipta yang Maha Berkehendak. Karena kau menyesali perbuatanmu, maka tempat ini diberkahi oleh para dewa. Tetaplah menjunjung tinggi kebajikan, karena kejahatan akan datang jika kau lalai." Dewa Naryan berkata lagi suaranya menggetarkan semesta.
Tak lama setelah itu, Dewa Naryan kembali ke langit. Meninggalkan Dewa Anhur dengan segala penyesalannya. Karena merasa kesepian, para mahluk bersayap yang melayani dirinya tersebut tiba-tiba berubah menjadi seorang wanita berparas cantik layaknya seorang dewi langit. Singkat kata Dewa Anhur jatuh hati dan menikahi wanita tersebut. Karena ketidakseimbangan semesta, keturunan pertama mereka tidak sempurna. Sepasang mahluk berukuran sangat kecil dan mempunyai sayap lahir. Merekalah cikap bakal Elvish atau disebut oleh rakyat Aileen sebagai kaum peri.
Begitu pula saat keturunan kedua lahir, bentuknya jauh lebih besar. Namun tidak mewarisi kekuatan apapun dari keduanya. Karena bentuk fisiknya mirip dengan dirinya, Dewa Anhur pun menyebut keturunan kedua sebagai Partha. Nama itu mengingatkan dirinya pada Dewa Naryan karena memanggilnya sebagai Partha.
Begitu dan begitu seterusnya, setiap kali lahir keturuan dari dewa Anhur dan sang Dewi, mereka mempunyai bentuk dan keistimewaan yang berbeda-beda. Dan terus mengalami ketidaksetimbangan, hingga keturunan terakhir lahir dengan wajah yang mengerikan. Bentuk badannya luar biasa besar, mereka dikenal sebagai raksasa atau rakyat Aileen menyebutnya Ogard.
***
"Kisah tersebut harus kau sampaikan pada keturunanmu kelak. Itu bukan hanya sekedar legenda saja. Seorang raja harus adil kepada seluruh rakyatnya. Entah itu kepada sesama kaum partha, kaum Elvis, maupun kaum Ogard dan Gwarch sekalipun. Kau harus merangkul mereka semua agar tetap hidup berdampingan di semesta Aileen ini. Karena pada dasarnya kita semua berasal dari sumber yang sama. Hanya amal kebaikan bentuk tertinggi dari derajat seorang mahluk. Bukanlah kedudukan maupun bentuk atau kekuatan yang mereka miliki. Ingat itu baik-baik putraku. Hanya tinggal satu syarat lagi agar aku bisa mengangkatmu sebagai raja, kau harus segera mencari pendamping hidup. Agar keturunan kita tidak sirna ditelan zaman."
Raja Aberash mengakhiri sidang kerajaan setelah menceritakan kembali asal mula semesta Aileen kepada putranya. Beberapa petinggi kerajaan hadir memberikan hormat dengan membungkukkan badannya. Tak terkecuali pangeran Arryn, yang usianya hampir genap 250 purnama. Usia dimana seorang pangeran bisa diangkat sebagai raja.
Tak berselang lama, saat Raja Aberash meninggalkan mimbar. Seorang penasihat kerajaan menghampiri Pangeran Arryn.
"Mari ikut saya, Pangeran!" ucapnya.
Putra mahkota kerajaan Aileen tersebut mengangguk lalu mengikuti penasihat tadi.
"Kita akan kemana Tuan Dexter?"
"Sudah berapa kali saya bilang, pangeran cukup memanggil saya Deco, disini kan hanya ada kita berdua."
"Baiklah, kau akan membawaku kemana Deco?"
"Nanti juga pangeran akan mengetahuinya."
Penasihat kerajaan yang lebih suka dipanggil Deco itu terus melangkah menjauhi ruang sidang. Tiba di sebuah ruangan Dexter menghentikan langkahnya, dia memberi tanda pada pangeran Arryn untuk mundur.
SREEEEET!
Pintu terbuka, jika didengar dari bunyinya yang berat. Sepertinya pintu itu jarang sekali dimasuki.
"Ini adalah sejarah dari para leluhur raja. Karena itu kitab ini sangat rahasia. Saya tahu, Anda sedang bimbang. Namun setelah mengetahui isi kitab ini, saya harap bisa membantu pangeran agar menetapkan hati dan membuang segala keragu-raguan."
Dexter mulai menerangkan tentang benda yang ada di hadapan sang pangeran.
"Untuk apa semua ini, Deco. Hatiku sudah tertambat pada Cressa. Bukankah tadi Ayahanda bilang bahwa semua mahluk yang tinggal di semesta Aileen ini mempunyai derajat dan kedudukan yang sama? Lalu apa masalahnya jika aku menikahi seroang Elvish?" dengus pangeran Arryn menahan emosinya.
"Bukan tidak boleh, pangeran. Tapi tidak disarankan seorang Partha menikah dengan Elvish, karena akan mendatangkan sebuah bencana."
"Aku sudah diingatkan berulang kali tentang hal itu. Tidak perlu kau tegaskan kembali. Lalu apa gunanya sebuah ikatan sakral penyatuan jika tidak didasari dengan cinta kasih? Aku lebih suka memberikan tahta itu kepada Annora."
Pangeran Arryn tetap bersikeras, setelah berkata demikian pada Dexter. Putra pertama raja Aberash tersebut melarikan diri ke hutan Alden. Seluruh kerajaan kalang kabut mencari sang pangeran, dan Dexter terancam hukuman mati karena dianggap sebagai penyebab menghilangnya pangeran Arryn.