Saat Larkin membuka mata, dia tercekat karena mendapati dirinya berada di ruangan lain_yang entah itu apa dan dimana. Hanya ada Lac dihadapannya, dan yang membuatnya lebih terkejut lagi saat melihat kedua mata pria berjanggut putih itu terbuka. Larkin tersurut, mulutnya mengaga tidak dapat menyembunyikan rasa herannya.
Perlahan tubuh Lac terangkat seperti melayang dalam posisi bersila. Pakaian yang dikenakan oleh pria itu juga berbeda. Lac mengenakan jubah putih, rambutnya terurai dan janggutnya pun lebih panjang dari sebelumnya. Dia memegang sebuah tongkat di tangan kanan, kemudian mulai membuka suara.
"Inilah wujud asliku, Larkin. Di alam Nima ini, hanya ada kebenaran. Kau dan aku sedang berada di alam bawah sadar. Semua indera pendengaran, penglihatan maupun yang lainnya akan terpusat pada satu titik. Disinilah aku mendapatkan penglihatanku tentang dirimu."
Larkin masih terpatung, terlalu banyak hal yang mengejutkannya sejak meninggalkan hutan Alden. Lac kembali meneruskan ucapan. Alam Nima sendiri adalah alam bawah sadar, sebagian ada yang menyebutnya alam sukma. Raykat Aileen menyebutnya Alam Nima, hanya golongan peri dan penyihir yang dapat melakukannya. Adapun Larkin bisa ikut serta berada di sana karena Lac yang membawanya.
"Larkin, waktu kita tidak banyak. Jadi, dengarkan aku baik-baik. Kau adalah putra dari Raja Arryn dan Ratu Cressa. Ibumu membawamu saat kau baru berusia beberapa hari. Dan mempercayakanmu pada sepasang Ogard untuk sebuah tujuan. Kelak saat kau siap, kau akan mematahkan kutukan Malvolia dan mengakhiri semua penderitaan rakyat Aileen."
Pemuda bermata biru kehijauan itu terhenyak. Dia masih tidak percaya apa yang dilihat dan didengar olehnya.
"Sa, saya putra dari seorang raja?"
"Kau benar sekali Larkin, kau tidak salah mendengar. Rahasiakanlah identitasmu dari semua orang. Begitu juga tentang kedua orang tua angkatmu, Myrtle dan Xue. Termasuk tempat tinggalmu di hutan Alden, atau apapun yang berhubungan dengan asal-usulmu. Di tempat ini, kau harus mempersiapkan diri untuk melatih dan menempa diri. Agar kelak saatnya melawan Malvolia, kau akan siap." Lac berkata lagi.
"Tapi, bagaimana mungkin saya adalah putra dari raja yang menguasai semesta Aileen? Apa kebenaran ini yang dahulu Myrtle janjikan?"
"Aku tidak bisa berlama-lama berada di alam Nima, demikian juga denganmu. Kekuatanku sudah melemah, ingat dan camkanlah baik-baik. Jika ada yang bertanya dari mana asal usulmu, kau bilang saja berasal dari perbatasan daerah Orken."
Usai berkata Lac menutup kembali kedua matanya, disaat yang sama mereka berdua sudah kembali berada di ruangan tadi.
"Aku tahu, kau masih belum bisa menerima kebenaran yang kusampaikan. Ingatlah pesan yang kusampaikan tadi baik-baik. Wilayah Moana memang aman, tetapi aku mencium gelagat yang mencurigakan. Ada kemungkinan diantara penduduk ada penyusup," ucap Lac.
"Maksud Anda?"
"Aku khawatir, utusan Malvolia menyamar sebagai salah satu kaum Mvura. Kedamaian tempat ini bagiku cukup aneh, bagaimana pun juga kita harus berhati-hati. Sebelum Xena dan prajurit kepercayaanku menemukan orang itu, kita harus menyembunyikan jati diri kita dari siapapun."
"Ba, baik." Larkin akhirnya menganggukkan kepala.
"Sekarang, kau boleh bergabung dengan yang lain. Panggil Xena kemari, aku ingin bicara padanya!" Lac berkata lagi.
Larkin akhirnya keluar dari rumah tersebut. Kedua matanya langsung menemukan Xena yang sedang berjaga di luar.
"Xena, Tuan La ..., maksudku Tuan Baltas memanggilmu!"
Wanita bercadar itu menoleh ke arah suara, namun tidak mengatakan apapun. Dia bergegas masuk ke dalam meninggalkan Larkin yang masih terhenyak dengan apa yang baru saja dia dengar dari Lac. Disaat itu muncul Leith, pemuda yang pertama kali Larkin jumpai di wilayah Moana itu menghampirinya.
"Hei! Kau sudah baikan?"
"Emh, lumayan." Larkin menyahut.
"Ayo bergabunglah dengan para penduduk, mereka sedang mengadakan ritual Gasth. Itu semacam acara untuk menyambut tamu yang datang ke daerah Moana. Dahulu kala, tempat ini begitu terkenal. Konon bahkan para tetua kaum Mvura bilang, orang-orang rela menempuh perjalanan yang cukup jauh hanya ingin melihat keindahan saat matahari terbenam. Kami sendiri menyebut matahari sebagai penjelmaan dewa. Tetapi, itu terjadi di masa lampau sebelum musibah melanda semesta Aileen tentunya."
"Jadi benar, benda yang ku lihat menggantung di langit saat sebelum mahluk menyeramkan keluar dari perairan itu adalah matahari?" batin Larkin.
"Berapa usiamu, umh ... siapa namamu? Ku rasa kita belum berkenalan. Aku Leith, usiaku sekitar 250 purnama. Dan kau?"
"Larkin, aku Larkin. Senang bisa bertemu dengan kau Leith," sahut Larkin melemparkan senyuman.
Dia justru teringat pada Birk, karena pemuda yang menghampirinya itu sama-sama ramah. Wajah Larkin tampak sedih jika sudah mengingat Birk.
"Namamu sangat gagah, seperti orangnya. Kau dari mana? Apa berasal dari wilayah Orken juga?"
Larkin terdiam beberapa saat, jika saja tidak mengingat pesan dari Lac mungkin mulutnya sudah mengatakan tentang asal usulnya pada Leith. Toh dia merasa pemuda berambut gimbal di hadapannya tersebut cukup baik.
"Larkin! Eh, kau pun sedang apa disini Leith?"
Jawaban Larkin tertahan karena kedatangan Xena.
"Wah, kau cukup mengingat namaku rupanya. Aku ingin mengajak temanmu ini bergabung dengan para penduduk. Xena, kau juga harus melihatnya. Disana lebih banyak makanan dan minuman, kalian bisa menikmati acara sambil menyantap hidangan khas daerah Moana."
"Makanan?" Larkin membulatkan matanya.
Sedangkan Xena berdecak sambil menggelengkan kepalanya melihat reaski Larkin yang bersemangat ketika Leith membicarakan tentang makanan. Namun wajar saja, jika saat ini Larkin merasa kembali lapar. Karena dia belum memakan apapun sejak meninggalkan daerah Orken. Entah pengaruh dari kalung yang dia kenakan juga membuatnya lebih bisa menahan kebutuhan perut, atau memang segala hal yang dia lalui sejak tiba di wilayah Utara membuat pemuda itu lupa pada makanan.
Padahal dulu, saat tinggal di hutan Alden bersama Myrtle dan Xue. Larkin bisa menghabiskan jatah ibunya, dan Myrtle tidak keberatan asalkan Larkin kenyang.
"Apa ada minuman yang tadi juga?" Xena bertanya.
"Tentu saja. Kalian tidak boleh melewatkannya! Ayolah tunggu apa lagi, tidak usah sungkan. Acara ini juga kan untuk menyambut kedatangan kalian dan rombongan," seloroh Leith memberi tanda agar Larkin dan Xena bergegas mengikutinya.
Xena mendekati Larkin, "Tetaplah bersikap normal!" bisiknya.
"Jadi, yang kau katakan waktu itu benar bahwa aku ini seorang pange_"
"Sssttt!" Xena segera menyikut Larkin.
Pemuda itu hampir keceplosan, meskipun Leith sudah berjalan lebih dulu. Namun Xena tidak mau Larkin melakukan hal bodoh. Larkin mendengus, dia balas mendekat pada Xena dan membisikan sesuatu.
"Jika kau sudah tahu tentang jati diriku yang sebenarnya, seharusnya kau bisa lebih menaruh sikap hormat padaku."
Lepas berkata, Larkin menyeringai pada Xena untuk meledeknya.
"Leith! Tunggu!" teriak Larkin sambil menyusul pemuda berambut gimbal yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
Xena menghela nafas panjang, "Aku tidak yakin mempercayakan harapan pada pria seperti itu. Kadang aku bahkan menyangsikan apa dia benar-benar putra dari Raja Arryn? Tidak ada wibawanya sama sekali."
Xena mengerutu dalam hatinya, tapi dia tidak punya pilihan untuk terus mendampingi Larkin. Lebih lagi Lac memerintahkan hal yang penting, selama penyusup dari utusan Malvolia belum ditemukan maka nyawa Larkin bisa terancam kapan saja.