Chereads / THE LOST PRINCE OF LARKIN / Chapter 8 - Kaum Zagha

Chapter 8 - Kaum Zagha

Mahluk yang disebut Efitra tiba-tiba saja lenyap seiring deru angin yang menyapu padang pasir di sekitarnya. Penduduk yang menempati daerah sekitarnya dikenal sebagai kaum Zagha atau kaum gurun. dan masih merupakan wilayah kerajaan Alieen. Bagian Utara kerajaan tersebut memang berupa hamparan pasir, mereka menyebutnya wilayah Orken atau gurun.

Wanita yang baru saja menyelamatkan Larkin adalah Xena. Dia terpaksa membuat pemuda itu tidak sadarkan diri karena terus mencoba kembali menyelamatkan Birk. Xena mengawasi sekitar, Efitra sudah lenyap dari pandangannya. Gadis itu membawa Larkin ke sebuah bukit pasir, ada semacam pintu rahasia terletak di bawah gundukan itu.

Ketika Larkin mulai siuman, tangannya terikat. Dilihatnya seorang wanita berjubah hitam dan mengenakan semacam cadar menutupi sebagian wajahnya, hingga hanya bola matanya yang berwarna perak saja tampak memandangi pemuda dihadapannya. Xena meletakan sebuah batu bersinar menyerupai lampu di dekatnya.

"Kenapa kau mengikatku seperti ini? Aku harus menyelamatka temanku."

"Jika aku tidak mengikatmu, sudah tentu kamu bersikeras untuk kembali ke sana. Itu berbahaya, setidaknya tunggu sampai esok pagi. Jangan khawatir, Efitra tahu jika temanmu itu akan membuat kau mencarinya. Jadi, dia pasti masih hidup." Xena menjawab.

"Sebenarnya siapa kau? Kenapa aku bertemu dengan wanita yang sama persis sepertimu sebelumnya?"

"Kau banyak bertanya. Tapi baiklah akan aku jawab, biar mulutmu tidak cerewet. Kau dan temanmu itu sudah diperdaya oleh utusan Malvolia. Ku rasa, dia sudah mengetahui keberadaanmu lewat pancaran liontin di kalungmu itu. Wanita itu penyihir yang sangat jahat, selama berpuluh-puluh purnama dia menunggu seorang pemuda yang mengenakan kalung liontin sepertimu. Jadi, ketika Efitra menemukanmu dia tidak membuang banyak waktu," ucap Xena menjelaskan pada Larkin.

"Jadi soal wanita yang mirip denganmu dan seorang pria berjenggot itu hanyalah tipu daya mereka?"

"Kau cukup pintar ternyata, beruntung aku datang tepat waktu. Kalau tidak mungkin tadi kau sudah menyerahkan benda berharga tersebut pada utusan Malvolia."

"Jahat sekali, lalu bagaimana denganmu? Mana bisa aku tahu jika kau juga adalah utusan wanita jahat yang kau sebautkan tadi," dengus Larkin.

"Aku murid dari Lac, pria yang sedang kau cari. Lac mengirimku untuk menjemputmu ketika dia mendapatkan penglihatannya tentangmu."

"Jadi, Lac sudah mengetahui jika aku mencarinya?"

"Sebaiknya kita bergegas, lorong ini akan menuju ke tempat persembunyiannya. Tapi, setelah kau tiba jangan berkata apapun dan menjawab pertanyaan dari siapapun."

"Kenapa?" Larkin menatap Xena penuh tanya.

"Malvolia sudah membumiratakan tempat kami. Sebagian besar tewas, dan hanya sedikit saja yang selamat. Lac sendiri terluka parah, kekuatan sihirnya melemah. Tapi dia tahu jika akan datang seorang pemuda yang mencarinya. Kalung itu bukan benda sembarangan, jangan biarkan orang lain melihat bahkan menyentuhnya."

"Lalu kenapa tadi aku dan sahabatku melihat sebuah pemukiman? Saat kami diserang oleh mahluk tadi, seorang wanita mirip sepertimu membawa kami ke tempat itu. Dan disanalah wanita yang mengaku Xena seperti dirimu mengantarkan aku pada seorang pria berjanggut putih yang mengaku dirinya sebagai Lac. Lalu meminta kalung ini," ucap Larkin sambil meraba benda pemberian dari Flynn dari balik bajunya.

Xena mendengus geram, "Mereka benar-benar licik dan penuh tipu daya. Aku tidak heran jika para utusan Malvolia menyamar sebagai kami dan para penduduk. Ini benar-benar gawat, kita harus sampai di desa Orken. Lac harus tahu soal ini."

"Lalu bagaimana dengan Birk? Aku tidak bisa meninggalkannya_"

"Sudah ku bilang, temanmu akan baik-baik saja. Kita harus menyusun strategi untuk mendapatkannya kembali. Jika nekad pergi, yang ada kita akan mati sia-sia. Malvolia menginginkan kalung itu, dan juga nyawamu."

"Aku?"

Xena mengangguk, "Biar Lac saja yang menjelaskannya kepadamu. Aku tidak bisa menyampaikannya tanpa seizin dari Lac."

"Baiklah! Aku percaya pada ucapanmu, setidaknya tolong lepaskan ikatan ini lebih dulu," decit Larkin.

"Cerewet! Aku tidak mau ambil resiko, sekarang jalanlah!"

Bukannya melepaskan ikatan tangan Larkin, namun Xena segera menyuruh pemuda itu untuk berjalan. Larkin tidak punya pilihan lain, dia berharap semoga saja wanita yang ada bersamanya kini bukan juga mahluk jadi-jadian seperti tadi.

***

Xena memberi tanda pada Larkin untuk berhenti. Tiba di ujung lorong bukit pasir tersebut, terdapat sebuah pintu besar yang terbuat dari batu pasir padat. Di sana Xena baru melepaskan tali yang mengikat lengan Larkin.

"Ingat pesanku! Bersikaplah normal! Jangan berkata atau menjawab pertanyaan dari siapapun juga!" Xena menghentakkan lengannya mendorong pintu tersebut.

Tak lama benda itu bergeser, dan Larkin sangat terkejut melihat penampakan sebuah pemukiman sebelumnya yang dia lihat tadi. Hanya saja, jumlah rumah penduduk yang ada hanya sedikit. Beberapa orang menatapnya penuh tanya. Namun Larkin menutup mulutnya.

"Siapa pemuda gagah itu?"

"Pakaiannya aneh sekali, dari mana asalmu?"

Satu persatu penduduk kaum Zagha bertanya, bahkan ada yang mengendus-endus tubuh Larkin. Mereka baru menyurutkan langkahnya ketika telapak tangan Xena diacungkan ke atas.

Larkin hendak bertanya tentang keanehan barusan, tetapi dia masih ingat pesan wanita yang membawanya tersebut, bahwa Larkin tidak boleh mengucapkan sepatah katapun.

Tiba di sebuah rumah, Xena berhenti. Tampak dua orang pria mengenakan jubah yang sama menghampirinya. Xena mengatakan sesuatu pada dua orang tadi, Larkin hanya bisa memperhatikannya.

Tak lama kemudian, Xena memberi tanda pada Larkin dengan menggerakkan kepalanya agar dia ikut masuk ke dalam rumah tersebut. Tempat tinggal para suku gurun persis seperti penampakan yang Larkin lihat sebelumnya. Bentuknya bulat agak menggunduk ke atas. Dan terbuat dari pasir padat. Larkin bisa memastikan itu karena warnanya hampir sama dengan butiran pasir di gurun. Entah bagaimana mereka membuatnya sedemikian rupa, Larkin hanya bisa bertanya-tanya dalam benaknya.

Tiba di dalam, terdapat seorang kakek berjanggut putih melebihi dagunya. Larkin terkesiap.

"Gadis itu benar, utusan wanita penyihir jahat tersebut benar-benar sudah memperdayaku. Mereka sangat ahli menyalin rupa. Tapi, apa yang ada di hadapanku ini benar-benar sosok yang dibilang Flynn?" batin Larkin.

Xena menepuk bahu pria tadi, Larkin cukup terkejut. Karena lelaki berjanggut itu sepertinya buta. Kedua matanya terpejam dan hanya menggerakkan kepalanya.

"Duduklah wahai pemuda bermata biru!" titah pria itu dengan suara gemetar.

Xena memberi tanda pada Larkin dengan anggukan kepala agar pemuda itu menurut.

Ada sebuah batu pasir padat yang menyerupai kursi, lantas Larkin duduk di sana. Sementara pria tua berjanggut tampak tidur setengah bersandar dalam dipan yang terbuat dari bahan yang sama. Xena meninggalkan mereka berdua. Membuat Larkin bingung tidak tahu harus bagaimana.

"Tidak usah bingung dan terkejut, anak muda. Kehadiranmu memang sudah kulihat dalam penerawanganku. Kau adalah penyembuh dari segala penderitaan rakyat Aileen. Tapi saat ini, kau bagaikan sehelai kain putih yang tidak mengetahui apapun. Mendekatlah, aku ingin meraba wajahmu. Apakah kau mirip seperti ayah ataukah ibumu?"

Larkin terkesiap, dia mematung untuk beberapa saat.

"Apa, apakah Anda mengetahui siapa kedua orang tuaku?" tanya Larkin akhirnya.

"Kau adalah_"

WUUTT!!! DAAAASHHH!!!

Belum sempat pria berjanggut itu melanjutkan perkataannya, tiba-tiba saja sebuah mahluk besar mengerikan menyeruak dan memporak-porandakan tempat itu.