"Ough!!!" Birk mengeluh ketika tubuhnya membentur sesuatu.
"Sssttt! Diamlah Birk! Mahluk itu semakin mendekat kesini!" bisik Larkin.
"Tapi disini gelap sekali ... aku tidak bisa melihat apapun," keluh Birk, kini tangannya menyentuh sesuatu yang lunak.
"Dasar bodoh!!! Jauhkan tanganmu dari tubuhku! Sialan kau, Birk! Bisa-bisanya menjamahi bagian sensitifku!" dengus Larkin mengibaskan tangan sahabatnya itu.
"Ups! Maaf kawan, kukira itu bukan alat tempurmu, hihihi!" Birk tertawa geli saat menyadari kalau bagian pribadi Larkin tidak sengaja tersentuh olehnya.
"Diamlah! Dengar! Suara raungan mahluk buas itu semakin mendekat," bisik Larkin lagi. Seketika mereka menutup mulut, bahkan saking tegangnya Birk hampir menahan nafas.
"RROAAAARGH!!!"
Suara teriakan dari permukaan atas kepala mereka menggema, meskipun terendam oleh tanah namun masih membuat telinga Larkin dan Birk sakit. Beberapa saat kemudian, tempat mereka bersembunyi bergetar memantulkan suara hentakan langkah kaki yang besar. Diikuti dengan pekikan dan raungan panjang, sampai perlahan-lahan mulai menjauh.
Belum reda ketegangan tersebut, kedua sahabat itu dikejutkan dengan kedatangan setitik cahaya remang-remang menembus kegelapan. Pelan tapi pasti, sinar itu mendekat ke arah mereka hingga membuat Larkin bisa melihat sekitar. Sejauh mata memandang, tempat itu seperti lorong panjang dan cukup tinggi. Tak heran, ketika dia dan Birk memasuki ruangan misterius itu, tubuh mereka membentur permukaan tanah.
"Cahaya apa itu?" bisik Birk matanya mulai silau.
"Aku tidak tahu, tapi benda itu terus bergerak ke arah kita. Waspada Birk!" Larkin mengingatkan, dia mencoba tetap membuka kedua matanya.
"Bagaimana ini? Kalau kita naik, mahluk itu pasti masih berkeliaran. Kalau tetap disini, selain aku kesulitan bernafas juga tidak tahu benda itu apa ...,"
Belum selesai perkataan Birk, cahaya kecil itu menuju ke arah mereka dan berkedip-kedip. "Apa itu Elvish?" tanya Larkin dalam hatinya.
Karena saat benda menyilaukan tersebut mendekat, nampak satu mahluk kecil seukuran jempol tangannya. Persis seperti ciri-ciri kaum Elvish yang pernah diceritakan oleh Myrtle. Selain bentuknya kecil, yang menakjubkan adalah sepasang sayap di belakang tubuhnya membuat mereka terbang dan mengeluarkan cahaya.
"Mahluk apa itu?" Birk mengerutkan dahinya dia mundur beberapa langkah hingga berdiri di belakang Larkin.
"Apa kau kaum Elvish?" tanya Larkin dengan intonasi rendah namun tak ada jawaban.
Mahluk kecil itu menghampiri Larkin, berputar-putar lalu memberi tanda agar mereka berdua mengikutinya. Larkin tidak punya pilihan, karena di atas permukaan pasti pembunuh Myrtle masih ada di sekitar rumahnya. Birk pun hanya bisa menuruti langkah Larkin yang mulai merangsek ke depan mengikuti arah cahaya dari mahluk mungil tadi.
Butuh waktu lama, untuk Larkin dan Birk terus berjalan. Hingga mahluk yang membawa mereka itu berhenti di sebuah ruangan yang jauh lebih besar. Larkin terkesima melihat pemandangan luar biasa di depan matanya. Dari dinding tanah, terdapat banyak batu-batu kecil yang menyalakan cahaya warni-warni. Hingga matanya bisa melihat bahwa dugaannya benar, mahluk kecil tersebut memang kaum Elvish.
Birk masih ternganga dengan apa yang dilihatnya. Elvish itu meluncur cepat ke atas, dan membuat gerakan seperti menari. Sepasang sayapnya berkilau, dengan ajaib mahluk kecil itu berubah menjadi seukuran mereka. Larkin mundur beberapa langkah, matanya tidak bisa berhenti berpaling.
"Apa kau kaum Elvish?" Larkin mengulangi pertanyaannya.
"Iya, kau benar. Dan kau pasti Larkin." Elvish berkata, suaranya sangat merdu.
Untuk sesaat Larkin terkesima , karena penampakan Elvish di hadapannya menakjubkan. Wajahnya cantik, dengan mata indah berkilau dan bibirnya tipis merona. Di bagian atas dahinya terdapat benda berkilau melingkar seperti mahkota kecil. Dan yang paling menyita perhatian Larkin, sepasang telinga mahluk itu lebih panjang darinya dan berbentuk lancip. Dia mengenakan kain tipis yang menutup sekitar dada dan bagian bawah tubuhnya. Hingga lekukan tubuh yang menonjol terlihat samar.
"Dia cantik sekali ...," seloroh Birk terpana oleh paras Elvish tersebut.
"Kau siapanya Larkin? Myrtle hanya bilang mempunyai satu orang putra bermata biru bernama Larkin,"
"Dia_"
"Aku Birk! Sahabat baik Larkin, dan kau siapa? Meskipun wajahmu sangat cantik, tapi kalau macam-macam dengan Larkin ... aku tidak segan-segan untuk menghajarmu!" Birk menyerobot. Wajahnya berubah serius, padahal dalam hati lelaki itu masih terpana oleh paras Elvish dihadapannya.
"Kau sangat beruntung mempunyai sahabat seperti dia, Larkin. Senang berjumpa dan berkenalan dengan kalian berdua, tapi aku tidak punya waktu banyak. Tubuhku akan kembali seperti semula, saat bulan purnama menghilang. Aku Flynn, dan aku memang seorang Elvish. Saat kutukan menyapu bersih negeri Aileen, secara tidak sengaja aku mendarat di atas bahu Myrtle. Ku kira, dia akan melenyapkanku ... karena Myrtle adalah Ogard_"
"Sudah ku bilang ibumu itu Ogard, Larkin." Birk menepuk bahu Larkin.
"Sssttt! Diamlah!" Larkin mendengus dan memeloloti Birk agar menutup mulut.
"Singkat kata, aku berhutang nyawa pada Myrtle. Karena dia membawaku serta ke hutan Alden untuk menyelamatkan diri bersama suaminya. Namun, karena aku sudah terkena mantra kutukan ... aku tidak bisa hidup lagi di permukaan. Kemudian Myrtle membantuku, dia menyembunyikan ku di ruangan ini. Aku hampir mati, tapi Myrtle tidak putus asa. Secara ajaib, aku bisa kembali bernafas. Dan untuk membalas kebaikan Myrtle, aku berjanji satu hal kepadanya. Bahwa aku akan menjaga sebuah benda wasiat untuk nanti aku serahkan kepada putranya, saat usia Larkin tepat 200 purnama." Flynn mulai bercerita. Mendengar hal itu, Larkin tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Karena dia jadi teringat Myrtle. Seharusnya ibunya masih ada untuk menepati janji.
"Benda apa itu, Flynn?" tanya Larkin saat mulai tenang.
"Aku harus menunggu Myrtle, aku ingin berterima kasih kepadanya sebelum aku kembali ke wujud Elvishku."
"Tapi, Myrtle telah tewas ...," Larkin berkata lirih.
"Tewas? Bagaimana bisa?!!!" Flynn terkejut bukan main.
Lalu Larkin menceritakan semua kejadian naas tersebut, sampai akhirnya Birk menemaninya kembali ke sana. Flynn terdiam untuk beberapa saat, dia masih tidak percaya jika Ogard yang sudah menolongnya sudah tewas.
"Sekarang aku mengerti kenapa Myrtle ingin aku menjaga benda ini untuk putranya. Sepertinya, ibumu sudah memperkirakan bahwa hal buruk akan menimpanya."
"Bukankah kau tinggal disekitar sini? Dan kurasa melihat wujudmu yang bisa terbang itu, kau nampak seperti bukan mahluk biasa. Mana mungkin kau tidak tahu?" Birk bertanya.
"Keadaan lebih rumit dari yang kalian pikirkan. Efek kutukan itu sudah membuat alam di tanah Aileen tidak stabil. Larkin, kau harus segera meninggalkan tempat ini. Pergilah ke arah utara. Benda ini akan menuntunmu menemukan jalan takdir, berhati-hatilah! Jangan perlihatkan benda tersebut pada siapapun, cari seseorang yang bernama Lac. Dan tunjukkan padanya!" Flynn menyerahkan sebuah kalung dengan liontin indah berbentuk oval.
"Tung ... tunggu Flynn! Bagaimana caranya? Bahkan aku tidak tahu menahu soal kutukan atau apapun tentang diriku, aku_"
"Pergilah Larkin! Tempat ini akan menghubungkan jalan ke kolam Llyod. Kau tak perlu lagi naik ke sana. Cahaya bulan akan segera menghilang, jangan kembali kesini sebelum kutukan itu hilang." Flynn menyuruh lagi Larkin untuk segera bergegas.
Setelah itu tubuhnya kembali melesat ke atas, dan berubah menjadi bentuk semula saat mereka berjumpa tadi. Lalu perlahan menghilang seperti di telan bumi.
"Keadaan menjadi lebih sulit, Larkin. Kau tak usah khawatir, aku akan tetap bersamamu. Tapi ..., bolehkah aku minta satu hal sebelum kita pergi ke utara?" tanya Birk.
"Kau baik sekali, Birk. Katakanlah apa permintaanmu itu?"
"Aku ingin menemui Elle dan memastikan keluargaku baik-baik saja. Jika aku pergi bersamamu, aku tidak akan bisa memenuhi janjiku padanya. Aku bilang, bahwa akan tetap mengambilkan air dari kolam Lloyd. Kau tidak akan percaya apa yang aku katakan ini, air itu bagi kami seperti obat. "
"Obat?" tanya Larkin mengerutkan keningnya. Karena selama dia bersama Myrtle baginya air itu biasa saja.
"Ya, Larkin. Semenjak aku membawa air itu, beberapa pohon berbuah dan tubuh kami tidak seperti tulang-belulang lagi. Aku akan ikut denganmu, aku juga penasaran tentang kutukan itu. Kehidupan di Aileen menjadi kacau balau, dan sialnya kedua orang tuaku tidak begitu menceritakan secara detail. Yang aku ingat, ada masa dimana negeri ini subur dan rakyatnya makmur. Meskipun aku baru berusia beberapa bulan purnama. Malam itu, desa kami seperti terkena wabah aneh. Bahkan banyak yang tewas. Orang tuaku mengungsi mencari tempat yang aman, aku masih ingat Elle hampir tidak bernafas. Dia masih bayi saat kejadian buruk itu terjadi, ibuku harus menggendongnya dalam keadaan kacau." Birk bercerita dengan nada lirih.
"Benarkah? Kau tidak pernah bercerita hal itu," Larikin membulatkan matanya.
"Nanti saja kita lanjutkan, Flynn menyuruhmu bergegas meninggalkan tempat ini. Ayo kita pergi sebelum mahluk itu kembali dan menemukan kita!" Birk mulai maju, diikuti oleh gerakan kaki Birk. Keduanya meninggalkan ruang rahasia tersebut, seiring suara raungan panjang terdengar samar.