Chereads / THE LOST PRINCE OF LARKIN / Chapter 2 - Pembunuh Myrtle

Chapter 2 - Pembunuh Myrtle

Larkin masih terpaku, sosok menyeramkan di hadapannya kini berbalik menatap tajam ke arahnya. Membuat Larkin mundur beberapa langkah tanpa dia sadari, lututnya gemetar. Dari mulut mahluk mengerikan itu meneteskan cairan kental berwarna hijau pekat. Meski dalam keadaan redup, tapi Larkin masih bisa melihat tangan Myrtle bergerak pelan menunjuk ke arahnya. Sebelum akhirnya tubuh itu meregang nyawa.

Larkin jatuh terduduk lemas, dia berusaha masuk kembali ke dalam rumah. Raksasa hijau yang membunuh Mrytle mengeluarkan suara teriakan yang menyakiti gendang telinga Larkin. Lelaki bermata biru itu semakin ketakutan, namun rasa sedih dan amarah yang dia rasakan mengalahkannya. Larkin segera bangkit mencari ranting Mor di sebelah tungku dapur, lantas menyalakan api dan mengibaskannya ke sekeliling.

"Mahluk apa itu? Kenapa dia membunuh Myrtle?" tanyanya dalam hati, matanya mengawasi sekitar. Karena sosok menyeramkan tersebut masih berkeliaran di halaman belakang rumah. Larkin mundur beberapa langkah, karena mahluk hijau mengerikan itu telah ada di hadapannya dan menghancurkan apa saja.

"Enyahlah mahluk bodoh! Apa yang kau inginkan? Kenapa kau membunuh ibuku?" teriak Larkin sambil mengibaskan ranting Mor yang sudah mengobarkan semburan api.

Mahluk itu terus berteriak, seperti mengeluarkan suara pekikan dan raungan panjang. Sangat memekakan telinga, membuat Larkin menggidik. Barisan giginya sangat besar dan tajam, mengeluarkan cairan berbau amis menjijikan.

"XUE!!! DIMANA KAU XUE!!! TOLONG AKU, XUE!!!" Larkin berteriak kembali. Namun tak ada jawaban dan tanda-tanda dari ayah angkatnya. Xue seperti menghilang ditelan bumi. Larkin tidak punya pilihan selain menyelamatkan diri, raksasa hijau itu memporak-porandakan rumahnya. Perlahan api menjalar memakan sisa onggokan kayu dan jerami yang menopang rumah tersebut.

Larkin berlari sekuat tenaga, tak ada gunanya melawan sosok mengerikan yang sudah melenyapkan nyawa Myrtle. "Sial!!! Mahluk apa itu? Aku harus bersembunyi. Oh Myrtle!!! Maafkan aku, setelah raksasa itu pergi aku pasti kembali melihatmu! Myrtle ...," lirih Larkin dalam hati. Kini kedua matanya basah dan perih. Lelaki itu terus berlari menerobos kegelapan, dia akhirnya berhenti di dekat kolam Lloyd. Karena suara teriakan dari pembunuh Myrtle terdengar semakin jauh dan samar-samar tidak lagi terdengar.

Larkin merapatkan kedua tangannya pada lutut, tubuhnya gemetar. Namun, dia masih ragu untuk kembali ke rumahnya. "Mahluk itu mungkin masih ada disana, itu terlalu berbahaya Larkin. Kau harus tetap hidup untuk membalaskan kematian Myrtle. Oh Myrtle, maafkan aku!" racau Larkin dalam hati pada dirinya sendiri. Dengan perasaan sedih dan penuh sesal, dia hanya bisa menunggu sambil matanya terus mengawasi. Tubuhnya bersembunyi dibalik rerumputan. Hatinya begitu sakit, masih terbayang bagaimana Myrtle mati di depan matanya dengan cara yang kejam.

***

"Larkin! Kau kah itu?" sebuah panggilan membangunkan Larkin. Seketika dia tercekat, mencari suara tadi.

"Birk!" gumamnya kemudian, langsung mengenali.

"Birk! Di sini!" seru Larkin melambaikan tangannya sambil mendongkak. Dia baru sadar bahwa hari sudah terang. Meskipun langit hanya menampakkan gumpalan awan, tapi pemuda itu bisa dengan jelas membedakannya.

"Birk! Apa kau sudah lama disini?" tanya Larkin kemudian.

"Aku mengambil air di kolam seperti biasanya, apa kau tertidur tadi? Aku tidak melihatmu di sekitar pohon Mor." Birk berkata heran. Dia memperhatikan Larkin dengan seksama, lantas mengerutkan keningnya. "Apa yang terjadi denganmu, Larkin? Berantakan sekali!"

Larkin masih mencoba mengatur nafas, dia kembali muram tatkala teringat bahwa semalam Myrtle telah dibunuh oleh mahluk menyeramkan.

"Larkin! Apa kau mendengarkanku?" Birk bertanya kembali setengah berteriak. Mulutnya langsung di tutup oleh telapak tangan Larkin.

"Jangan kencang-kencang! Mahluk itu mungkin masih ada disekitar sini ...," ucap Larkin dengan pandangan penuh waspada.

"Aku tidak bisa bernafas, bodoh! Tidak ada siapa-siapa disini! Kalaupun ada, mahluk yang kau bicarakan itu tentu saja kedua orang tuamu!"

"Aku tidak bercanda, Birk! Semalam Myrtle ..., Myrtle sudah mati, Birk! Dia dibunuh oleh mahluk itu di depan mataku!" ucap Larkin terduduk lemas. Matanya basah, bahkan dia tidak peduli jika saat ini Birk mengejeknya sedang menangis.

"Larkin! Apa kau menangis? Coba tenangkan dirimu dahulu, kau mungkin tadi tertidur dan bermimpi buruk_"

"Tidak Birk! Aku mengatakan yang sebenarnya. Semalam tiba-tiba saja Myrtle berteriak, dan saat aku menghampirinya. Mahluk itu membunuh Myrtle. Oh Myrtle!!! Bodohnya aku, tidak bisa menyelamatkannya ...," sesal Larkin matanya masih berkaca-kaca.

Kali ini Birk terperanjat, kedua bola matanya hampir keluar menahan rasa terkejut. Mulutnya menganga, dia kehilangan kata-kata mendengar penuturan sahabatnya itu.

"Aku harus kembali ke rumah, mungkin mahluk sialan tersebut sudah pergi sekarang!"

"Tung, tunggu dulu Larkin! Jika ucapanmu benar, itu sangat berbahaya!" cegah Birk menahan langkah Larkin.

"Tapi aku harus kembali untuk memastikannya, mungkin ... mungkin saja Myrtle masih hidup. Iya! Mungkin saja dia masih hidup, Birk! Aku benar-benar harus kembali! Sebaiknya kau tunggu disini, atau kau segera pulang saja! Jangan pergi mengambil air dulu untuk sementara, mahluk itu berkeliaran di hutan Alden!" ucap Larkin panik.

"Tapi, mana mungkin aku membiarkan kau sendirian kesana Larkin. Aku akan ikut denganmu! Sekalipun jujur saja aku takut, tapi ... aku tidak bisa membiarkan kau menghadapi bahaya seorang diri."

Tanpa Larkin duga, Birk bersikukuh menemaninya kembali ke rumah. Akhirnya Larkin menganggukan kepala menyetujui permintaan sahabatnya. Dengan langkah penuh waspada, Larkin berjalan ke arah rumahnya. Diikuti Birk yang menoleh ke segala penjuru dengan perasaan was-was. Karena ini pertama kalinya Birk melewati kolam Lloyd ke arah hutan Alden paling dalam.

Tiba disana, Larkin hanya bisa menatap tubuh Myrtle yang terbujur kaku. Sedangkan rumah yang bertahun-tahun mereka tempati kini hanya berupa hamparan abu. Tidak ada yang tersisa sedikitpun karena api sudah membakarnya habis semalam.

"Myrtle ..., maafkan aku!" rintih Larkin sambil terisak.

Bagaimanapun juga, Myrtle sudah dia anggap sebagai ibunya sendiri. Larkin hanya bisa menangisi jasad Mytrle, sedangkan Birk sejak tadi mematung. Perasaan Birk campur aduk, selain karena ikut berduka atas apa yang menimpa sahabatnya. Namun, lelaki bertubuh kurus itu baru pertama kali melihat sosok Ogard dari dekat. Persis seperti yang ibunya katakan, bahwa kaum Ogard berbadan besar dan berkulit hijau.

"Siapa mahluk itu, Myrtle? Mengapa dia tega menghabisimu? Bangunlah Myrtle, aku sangat membutuhkanmu! Aku tidak punya siapa-siapa lagi, jangan meninggalkan aku sendirian! Myrtle!!!" lirih Larkin lagi menyayat hati Birk yang mendengarkannya.

"Sudahlah Larkin! Lebih baik kau tempatkan ibumu di peristirahatan terakhir. Segera kuburkan jasadnya, sebelum mahluk itu kembali." Birk mencoba menegarkan.

"Tapi Birk, sekarang aku tidak tahu harus bagaimana. Tanpa Myrtle dan Xue, aku tidak punya siapa-siapa. Aku_"

"Kau masih punya aku, Larkin! Jangan lupakan itu! Tempat ini sudah tidak aman, kau bisa tinggal bersamaku nanti," hibur Birk lagi.

Larkin menghapus sisa air mata di wajahnya, dia menoleh dengan tatapan redup. "Terima kasih, Birk! Kau benar, lebih baik aku segera menguburkan jasad ibuku."

Pemuda itu akhirnya bangkit berdiri, dibantu oleh Birk, mereka berdua menempatkan Myrtle di peristirahatan terakhirnya. Birk tetap mencoba menguatkan sahabatnya, "Ayo, Larkin! Kita harus segera pergi dari sini!"

Lelaki bermata biru itu mengangguk, lantas mengikuti langkah Birk meninggalkan rumahnya dengan berat hati. Namun, saat akan menyembrangi kolam Lloyd langkah Larkin tertahan.

"Kenapa kawan? Kau tak usah cemas, ibuku pasti akan menerimamu dengan senang hati." Birk berkata, lantas mengulurkan tangannya pada Larkin.

"Bukan itu, Birk! Tapi_"

"Tapi apalagi Larkin? Tidak usah banyak berpikir! Kau sendiri yang bilang bahwa mahluk itu sangat mengerikan, kau bahaya sekarang kalau tetap tinggal disini."

"Tapi Birk, masalahnya ... jika aku keluar dari hutan Alden, aku takut nanti akan terkena kutukan juga. Myrtle selalu berkata bahwa aku tidak boleh melewati kolam Lloyd. Karena selain kolam itu dan hutan Alden, semua tanah di negeri Aileen sudah dikutuk!" Larkin menjelaskan, dia tiba-tiba ragu untuk menyebrangi kolam tersebut.