Chereads / Wanita Penebus Hutang / Chapter 14 - Married With Don Juan

Chapter 14 - Married With Don Juan

Suara kicauan burung mulai menghiasi terbitnya mentari, detik demi detik berlalu, cahaya matahari mulai masuk ke sela-sela kamar melewati setiap celah dalam ruangan itu. Kicauan burung dan sejuknya embun pagi, kini menjadi saksi bagi seorang wanita yang tengah berdiri melamun di depan jendela kamarnya. Amira, wanita itu terdiam menatap beberapa burung kecil beterbangan di luar sana begitu bebas.

"Enak ya, jadi burung, bisa terbang bebas ke mana pun, bahkan tanpa ada beban," gumamnya.

Bagi orang lain, mungkin hari ini adalah hari yang paling membahagiakan, hanya satu kali dilalui dalam hidup, hari ini mungkin dianggap sebagai hari bersejarah, penuh kenangan dan kebahagiaan. Tapi, apa yang Amira rasakan kini? Semua itu bahkan asing untuk dirasakan olehnya. Hanya ada rasa kasihan kepada dirinya sendiri, mengingat nasibnya yang sekarang. Menikah karena hutang, hati Amira sakit, mengingat hal itu. Tetes air mata hampir terjatuh, dari kelopak matanya, membuatnya memejamkan kedua bola mata, merasakan tetesan itu. Hampir setengah detik, lalu dibuka kembali, dan apa yang dia lihat kini, Dion sudah berada di hadapannya dengan satu tangan mengadah air mata Amira yang terjatuh, dengan senyum manis lelaki itu menyapa Amira.

"Hai, Amira cantik kenapa nangis?" tanyanya.

"Dion." Bibirnya terkatup, mengatakan satu nama yang belum sempat dia keluarkan, masih ada di angannya.

"Mir?" Lelaki itu kembali membuka suara.

"Eh, Dion! Kamu ngapain ke sini?" tanya Amira beralibi.

"Harusnya aku yang tanya ke kamu, ini hari bahagia loh, kenapa malah nangis?" Satu alis laki-laki itu terangkat.

"Siapa yang nangis emang?"

"Gak usah bohong," potong Dion.

"Aku gak nyangka aja, hari ini beneran ada, dan aku harus melaluinya. Andai ada mesin pemutar waktu, pasti aku bisa merubah nasib," jawabnya.

"Hidup itu selalu maju ke depan, gak pernah kembali ke belakang, Mir. Cobalah menerima keadaan, mungkin ini takdir yang terbaik, buat kamu ... dulu waktu kecil aku pernah baca quotes, jika kita menjalani setiap hal dengan penuh keikhlasan, maka hasil terbaik dan kebahagiaan akan kita dapatkan," tutur Dion.

"Makasih Dion, kamu sahabat yang selalu support dan kasih semangat ke aku. Oh iya, mau temani aku ke tempat acara?"

"Aku belum siap-siap," tolaknya sambil melihat dirinya dari ujung kaki.

"Huum, kalau gitu aku tunggu kedatanganmu nanti," sambung Amira.

Wajah Dion melukiskan senyum tulus kepadanya. Suara langkah kaki terdengar mulai mendekat ke arah kamar Amira, sudah dia duga pasti itu ibunya yang memintanya untuk segera bersiap. Tak lama setelahnya, suara ketukan pintu mulai terdengar, dan suara sang mama pun menyusul setelahnya.

"Amira!!"

"Dipanngil mama kamu tuh," sahut Dion.

"Iya, Ma!!"

"Udah, sana berangkat aku juga mau siap-siap buat datang ke acara pernikahan sahabatku yang paling cantik ini," ucap Dion dengan nada mengejek.

"Lah emang sahabat cewek kamu cuma aku kalik," potong Amira.

Dion tertawa mendengarnya, pekikan itu membuat suara mama Amira kembali memanggilnya. Amira pun tak mau terlambat, apalagi berurusan dengan Anxel. Gadis itu menutup jendela kamarnya kembali setelah kepergian Dion.

"Amira cepat!!"

Amira baru saja keluar dari kamarnya, berjalan menuruni anak tangga, gadis itu melihat mamanya tengah heboh sendiri, padahal Amira yang menjadi peran utama dalam cerita ini, terlihat biasa saja.

"Iya Ma, ini Amira dah turun," jawabnya.

"Lama banget lihat sekarang jam berapa?" Mamanya menyodorkan handphone tepat di depan wajah Amira.

"Gitu aja heboh banget perasaan Ma," cetusnya kesal.

"Kamu itu gimana sih? Udah ditungguin sama sopir di depan tuh, udah dari satu jam yang lalu dia di teras rumah kita!"

"Loh? Sopir?"

"Tuan Alex yang suruh, makanya cepetan kamu lama banget, udah belum?"

"Udah nih, ayo berangkat," ajaknya.

Di tengah perjalanan pun, Amira hanya diam, memandang ke luar jendela mobil mewah yang dia naiki bersama dengan mamanya kini, menuju ke sebuah gedung pernikahan, tempat yang nantinya menjadi saksi pernikahan dirinya dengan seorang Don Juan. Mamanya tak sengaja memperhatikan anak gadisnya yang termenung kini, ikatan batin seorang anak dengan ibunya, tidak akan pernah salah. Mamanya sangat tahu, apa yang tengah dipikirkan Amira kini.

"Amira ...." Mamanya menepuk pelan pundak gadis itu.

"Eh, iya, Ma?"

"Jalani dengan ikhlas untuk hasil terbaik," ucap mamanya diikuti senyum manis penuh keyakinan untuk menenangkan Amira.

Amira hanya menjawab dengan anggukan, sekilas senyum samar dia balaskan untuk sang mama sebelum akhirnya kembali pada ekspresi semula, terlihat datar dan kosong. Beberapa menit setelahnya, mereka masuk ke sebuah area yang cukup luas, terlihat dari jendela mobil sebuah gedung yang tampak megah dan mewah.

Amira disambut oleh beberapa orang yang menunjukkan jalan kepadanya, bersama sang mama memasuki sebuah ruang, terlihat jelas itu ruang rias pengantin sudah ada Anxel juga di sana.

"Ini pengantin perempuannya?" tanya seorang wanita melihat kedatangan Amira.

"Iya, mari silahkan duduk ...."

Anxel menatap kedatangan Amira dengan sekilas senyum samar. Amira didudukan di depan sebuah meja rias, dengan banyak make up di hadapannya kini. Beberapa orang dengan lihai mulai merias wajahnya, Amira hanya merasakannya dengan santai, mempercayakan semuanya kepada orang-orang itu. Tanpa dia sadari, wajah yang tadinya menatap begitu dalam saat dia datang, kini kembali mengamatinya. Amira tersadar setelah beberapa menit, dia melirik ke arah Anxel yang ketahuan tengah memperhatikan dirinya dirias.

Amira memilih diam, tak pedulikan itu. Mungkin Anxel hanya bosan sehingga memilih untuk melihat orang-orang itu merias wajah Amira.

"Amira, kamu di sini dulu, Mama ke depan buat menyambut para tamu," pamit sang mama.

"Iya, Ma."

Hanya tinggal Amira dan Anxel, juga beberapa perias dalam ruangan itu.

"Pakai jas ini Tuan," ucap seorang lelaki menghampiri Anxel.

"Di mana ruang gantinya?"

"Sebelah sana, mari saya antar ...."

Amira mendengar pembicaraan Anxel dengan seseorang di belakang, tapi dia memilih untuk tidak mempedulikan itu.

"Sudah siap, mari ganti baju," ajak seorang perias itu.

"Sepertinya ada yang berbeda dengan gaun ini," ucap Amira memandangi gaun yang kini ada di hadapannya.

Beberapa hari yang lalu dia dan Anxel pergi ke sebuah butik, untuk memilih sendiri baju pernikahan mereka. Amira ingat betul, ada yang berbeda dengan gaun itu.

"Iya, Tuan Anxel meminta sedikit perubahan untuk gaun ini agar terlihat lebih mewah," jawab perias itu.

Tidak bisa dibohongi, gaun itu memang terlihat jauh lebih mewah dan elegan dari sebelumnya. Amira takjub melihat keindahan gaun itu, bisa dibayangkan betapa cantiknya dia saat mengenakannya nanti.

"Apa ada masalah?" Perias itu kembali membuka mulut.

"Tidak ada, saya pikir ini jauh lebih bagus terlihat begitu sempurna," jawab Amira.

"Baiklah, silahkan kalau begitu ...."

Amira masuk ke dalam ruang rias untuk segera berganti pakaian di sana, begitu juga dengan Anxel yang masih sibuk berganti pakaian juga di ruangan sebelah.

Bersambung ....