"Sebentar saja, Fi."
Fiona pun menuruti hal itu. entah ada apa dengan Yoseph, tapi dalam pikiran Fiona mungkin saja dia baru saja bertengkar dengan seseorang, entah siapa.
Tidak berapa lama kemudian, Yoseph melepas pelukannya. Lalu kembali tersenyum hangat. Namun berbeda dengan Fiona, dia menatap dengan kesal.
"Kalau lo enggak mau jujur sekarang, gue marah."
Yoseph terkekeh kecil, lalu memegang erat kedua bahu Fiona."Fi... listen me. Lo penting banget bagi gue."
"Apa?" tanya Fiona penasaran.
Bukannya menjelaskan, Yoseph malah menepuk kedua tangan dengan kencang, lalu ...air mancur yang tadinya terhenti kembali memancurkan air dengan berbagai macam warna. Sama halnya seperti perasaan Fiona kali ini. Tidak hanya itu, keheningan mereka berdua ditemani oleh alunan musik dari para pelayan restoran dengan seragam yang senada—hitam dan putih.
"Sebelah sini, Nona," ucap salah satu pelayan wanita menunjuk dengan sopan.
Siapa lagi yang menyiapakan ini semua kalau bukan Yoseph. Begitu pikir Fiona.
"Yos, gue bisa salah paham kalau begini terus—"
"Sebelum lo lanjutin, kita masuk dulu ke ruangan yang sudah di tunjukan pelayan tadi, boleh?" pangkas Yoseph.
Fiona menganggukan kepala pelan menuruti. "O-oke."
Dengan sopan pelayan itu membukakan pintu mewah dari sebuah ruangan VIP. Dan tampaklah seseorang yang paling dia benci tengah duduk seraya melirik arloji kirinya. Tidak lama kemudian, dia bangkit dari duduknya menyambut kedatangan tamu istimewanya kali inii. Wajah bahagia dan ceria yang Fiona tampakan tadi kini sirna sudah. Yang ada hanya raut kecewa, marah yang bersatu menjadi satu.
Fiona ingin berbalik arah ke luar dari ruangan itu. namun ...
"Please ... sebentar doang, kok," ujar Kelvin dengan sembari meraih tangan Fiona.
"Lepas!"
"Terima gue dulu, sebentar doang, kok."
Fiiona mendengus kesal untuk kali ini. "Apa hak lo?!"
"Kita sebentar lagi bakalan tunangan, apa menurut lo itu bukan hak gue?"
"Baru calon, kan?" tanya Fiona dengan tatapan sinis.
Ini adalah hal yang paling Kelvin benci dari gadis itu. entah apa maksudnya, tapi bagi seorang Kelvin, itu berarti tatapan meremehkan, dan dia tidak suka itu.
Sabar, Vin, sabar ... ucapnya dalam hati.
"Gue tahu lo enggak akan mau, makanya gue minta bantuan sama Yoseph." Dia tersenyum menyeringai kali ini.
Fiona berbalik badan menatap Yoseph dengan tatapan kecewa. Padahal, dia sudah sangat bahagia dan senang dengan segala pertunjukan—termasuk pelukan dari Yoseph beberapa saat yang lalu. Yoseph hanya sedikit tertunduk penuh sesal. Mata itu seolah berbicara sebuah permintaan maaf, mau bagaimana lagi? Dia juga tidak punya pilihan lain.
Lo harus terima balasan dari gue, Yos—ujar Fiona dalam hati.
Bukan Fiona namnaya jika menyerah begitu saja, entah apa alasan Kelvin yang begitu menginginkannya. Fiona tidak peduli dan tidak pula ingin mencari tahu. Baginya yang Kelvin inginkan hanyalah Fania, bukan wanita yang sedang ada di depannya saat ini.
"Oke, gue mau—" balas Fiona.
Sayangnya, belum selesai gadis itu melanjutkan apa yang ingin dia katakan, Kelvin sudah melonjak girang.
"Terima kasih, Fan," ujarnya sembari memegang kedua tangan Fiona sebagai rasa syukur yang teramat.
"Sama-sama. TAPI," Fiona melepas genggaman tangan Kelvin, "gue punya satu syarat."
"It's okay, apa pun yang lo mau, gue pasti bakal kasih. So ... tell me what do you want?"
Fiona menarik tangan Yoseph yang ingin beranjak pergi dari ruangan itu, "Yoseph harus ikut makan malam bareng kita!" balas Fiona dengan kecepatan tinggi setelah itu dia menaikan alis kiri dan tersenyum smirk. "Otteyo? Lo masih mau makan bareng gue?"
Kelvin menarik napas dengan kesal. "Oke," jawabnya malas.
Fiona tersenyum kemenangan. Dia sungguh sangat bahagia kini, apa pun bentuknya dia tidak mau hanya berdua dengan lakii-laki tidak bermoral di hadapannya ini. Jika dia harus berdua dengan Kelvin, Yoseph harus ikut dengannya walau apa pun yang terjadi.
Kelvin lebih dulu menuju meja makan yang tidak jauh dari pintu masuk ruangan mewah itu.
"Lo pinter juga," bisik Yoseph pelan.
Fiona hanya melirik ke arah Yoseph lalu mengedipkan mata kanannya membalas pujian dari laki-laki itu.
"Lo berani enggak kayak gitu sama Kelvin?"
"Gue enggak kayak gitu aja dia cinta mati sama gue."
"Oke, kalau gue yang cinta mati sama lo, boleh?" goda balik Yoseph lalu meninggalkan Fiona yang masih terpaku diam. Tidak sangka Yoseph akan mengatakan hal seperti ini.
"Sayang?! Sini!" teriak Kelvin.
Ingin rasanya Fiona mencabik Kelvin yang membuyarkan lamunannya. Kenapa dia berani sekali memanggilnya dengan sebutan itu?! gerutunya dalam hati. Kalau bukan karena menjaga image Fania, sudah habis Kelvin malam ini dia berikan tendangan maut.
Sabar, Fi, demi Fania, lo harus sabar—ucapnya dalam hati sembari menepuk halus dadanya.
"Sayang?"
"I-iya!" balas Fiona sembari duduk menuju meja makan membuntuti mereka berdua.
"Kamu mau makan apa?"
"ELO!"
"O-okay. Lo mau makan apa?"
"Ter—ah, lo mau makan apa, Yos?"
Rasa kesalnya pada Kelvin membuatnya melupakan kehadiran Yoseph. Laki-laki yang menyebabkan pertemuan kali ini membuatnya harus duduk di meja spesial ini harus bertanggung jawab. Setidaknya dia harus mau berpura-pura menjadi bahan bakar untuk membuat Kelvin terbakar cemburu.
Yoseph hanya duduk dengan santai lalu menunjukan menu makanan kesukaan Fiona.
"It's your favorite?"
"Yes, and you?"
"Yes!" mereka tersenyum senang. Jus buah naga yang dicampur alvukat. Aneh memang, tapi mereka sangat menyukai itu.
"Makannya?" tanya pelayan wanita itu.
Kelvin memegang dagu sembari berpikir agar Fiona tertarik. "Saya mau menu yang best seller, untuk dua porsi—eh maaf, tiga porsi."
***
"Gimana? Lo suka makananya?"
"Ya, ini enak."
Singkat, padat, jelas. Sejak menunggu makanan hingga makanan habis, Fiona hanya sibuk bermain gawai lalu mengobrol dengan Yoseph dan hal itu membuat Kelvin sangat kesal. Apa dia tidak menganggapnya ada?—begitu pikirnya.
"FI..."
"Hmm?"
"Itu... hmm, sorry—" Yoseph lalu membersihkan sisa makanan di sudut bibir Fiona.
"A-ah, thank you."
Kali ini Kelvin sungguh merasa sangat kesal.
PRAAAKKK! Dia mendubrak meja sangat lantang hingga Fiona nyaris tersedak minuman yang tengah asyik masuk menuju tenggorokan.
"Apaan sih, lo?"
"Lo berdua yang apaan?"
Fiona dan Yoseph hanya saling pandang tidak mengerti."Kita kenapa?"
"A-ah, maksud lo soal gue yang bersihin bibir Fiona tadi? Ya, sorry, gue kan Cuma—"
"Kalau lo suka, bilang!"
Fiona sungguh tidak tahan dengan sikap kekanakan Kelvin. Kali ini dia jua mendubrak meja makan sangat kencang, lebih keras daripada Kelvin.
"Iya! Gue suka sama Yoseph, terus lo mau apa?!"
"K-kok k-kok lo jadi─"
"Kenapa? Ada yang salah sama kata-kata gue?!"