Kalian tentu masih ingat kenapa Seno mau berbuat baik pada Winda. Ya, itu semua Seno lakukan demi membalas dendam pada Winda karena beberapa waktu lalu sudah berani melawannya dalam sebuah perdebatan. Waktu itu Seno sangat marah sampai memutuskan membuat skenario menjadi suami yang baik pada Winda.
Dan sekarang Seno benar-benar melakukan perannya dengan sangat baik. Ia memperlakukan Winda bak tuan putri. Memeluk Winda sebelum tidur, menciumnya dan mengatakan kalimat-kalimat manis pada wanita itu.
Tentu itu semua hanya akting. Tapi perlu kalian tahu, kenapa kalau akting Seno bisa sampai secemburu itu ketika Kevin menyukai Winda? Bukankah itu aneh?
"Enak?" Winda bertanya.
"Hm." Jawab Seno singkat sambil terus melahap makanannya, "Gak usah liatin aku terus."
"Emangnya gak boleh liatin suami sendiri?"
"Gak. Kamu kan bisa liat Kevin yang ganteng melebihi aku!"
Satu alis Winda terangkat naik, "Loh kok jadi Kevin? Gak nyambung ih kamu."
"Kamu suka sama Kevin?"
"Seno, kenapa pertanyaannya aneh banget sih? Ya egaklah!"
Seno kembali melanjutkan melahap makanannya. Sampai sini ia belum sadar kenapa hatinya sangat kesal ketika kembali mengingat ucapan Kevin.
Winda tersenyum kecil kemudian mengelus pelan rambut Seno penuh kasih sayang. Yang mana perlakuan Winda saat ini sungguh membuat darah Seno berdesir hebat. Seno sontak tersedak kemudian meminum airnya buru-buru.
"Hati-hati, Seno." Ucap Winda khawatir.
Seno kemudian menatap Winda dengan wajah merah, "Kamu sih bikin aku kesel."
"Ha? Emang aku ngapain kamu sih? Kok kamu kesel terus sama aku?"
"Entahlah." Ucap Seno dengan mengkerutkan kedua alisnya sebal, "Aku mau tidur!"
Seno bangkit dari kursinya lalu pergi ke kamar dengan raut wajah merajuk. Winda yang melihat itu hanya mampu geleng-geleng kepala.
"Cowok bisa PMS gak sih? Kok Seno kaya orang yang PMS?" Ucap Winda sendirian dengan rasa penasaran kenapa Seno bisa bersikap seperti itu padanya.
"Seno, Seno. Aneh banget sih kamu." Gumam Winda.
****
Mirna tidak habis pikir dengan Seno. Pria itu kembali menolak ajakannya untuk kencan minggu ini dengan alasan memiliki pekerjaan yang banyak. Padahal dulu, sesibuk apapun Seno akan meluangkan waktu untuk Mirna dan mengorbankan apa saja demi wanita itu.
Mirna yang stres memikirkan Seno memilih mengajak Kevin bertemu. Hari ini, rencananya mirna akan menceritakan semua pada Kevin tentang perubahan sikap Seno.
"Lo gak bercanda kan, Mir?" Kevin bertanya memastikan setelah mendengar semua curhatan Mirna.
Mirna langsung menggeleng sambil menyeka air matanya, "Gak, Vin. Seno bener-bener berubah. Dia kayaknya udah bosen sama gue."
"Gak. Gak bisa gitu. Loh udah nyerahin semuanya buat Seno. Seno gak boleh kayak gini."
"Makanya itu, Vin. Lo tau kan gimana cintanya gue sama Seno?"
Kevin terdiam kemudian terlihat berpikir. Seketika dia memikirkan hal yang tidak-tidak.
"Apa mungkin Seno selingkuh?" Tanya Kevin.
Mirna menatap Kevin kaku. Untuk saat ini Mirna belum berani mengatakan yang sebenarnya pada Kevin kalau sebenarnya Seno sudah menikah dengan Winda. Mirna ingin menjaga perasaan Kevin karena ia tahu kalau Kevin sangat menyukai Winda.
Dan belum tentu juga Kevin akan mendukungnya sebab semuanya sudah terlalu rumit untuk dijelaskan pada Kevin.
"Mir?" Panggil Kevin.
"Mirna?" Panggilnya sekali lagi.
"Eh." Mirna terlihat terkejut, "Iya, Vin."
"Lo kok malah melamun sih? Ayo bareng-bareng cari solusinya. Gue juga gak tega liat Lo diginiin sama Seno."
"Enggh gue." Mirna nampak kaku, "Gue juga bingung, Vin."
"Kayak yang udah gue bilang tadi, kalau sebenrernya bisa aja Seno lagi selingkuh."
Mirna langsung kepikiran dengan ucapan Kevin. Kalau memang Seno selingkuh, ia yakin wanita yang menjadi selingkuhannya itu pastii adalah Winda.
"Gue gak yakin, Vin." Ucap Mirna.
"Apa gue tanya saja sama Seno?"
"Gak usah. Pasti dia gak ngaku lah. Lo macem gak tau Seno aja."
"Iya juga sih. Jadi gimana? Tadi Lo nangis-nangis napa sekarang jadi kek orang bingung?"
"Ya emang gue bingung."
"Haduh, Mir. Jangan sampe deh Lo stres gara-gara mikirin Seno." Kevin mengingatkan karena khawatir pada Mirna.
"Gue emang udah stres, Vin. Beberapa hari gue gak tidur karena emang kepikiran Seno dan gue kangen banget sama dia."
Kevin menatap Mirna kasihan. Padahal kemarin ia baru bertemu dengan Seno dan se penglihatannya Seno terlihat sangat sehat dan bugar sangat berbeda dengan Mirna yang terlihat pucat.
"Yaudah, Lo yang sabar ya, Mir. Gue bakal cari solusinya. Dan gue bakal nyelidikin Seno. Lo tenang aja."
Ucapan Kevin barusan seperti angin segar bagi Mirna. Ia langsung tersenyum lemah dan mengangguk sambil meneteskan air matanya.
"Makasih ya, Vin."
"Santai, Mir."
****
Pagi yang sangat cerah telah tiba. Winda yang terlihat sangat semangat datang pagi-pagi sekali ke kafe setelah beberapa hari ia tidak datang. Perempuan itu terlihat begitu sehat dan bugar setelah semalaman Seno mengagahinya habis-habisan.
Winda bernyanyi pelan sambil menyapu halaman kafe. Lalu ia menyiram tanaman kaktus yang ada disana.
"Hai, Win."
Suara berat seorang pria sedikit mengagetkan Winda. Ia lalu berbalik dan menemukan Kevin sudah rapi dengan pakaian kantornya. Tentu, Winda terkejut melihat Kevin yang pagi-pagi sekali sudah ada disini.
"Kevin?" Winda menatap Kevin dari ujung rambut sampai ujung kaki, "Lo ngapain pagi-pagi banget udah kemari?"
"Mau ketemu sama Lo, Win." Jawab Kevin cengengesan.
"Iya, tapi napa pagi banget. Emang Lo gak sibuk apa? Gak takut telat masuk kantor?"
"Gak sih. Demi ketemu Lo apa yang enggak." Kevin belajar dari buku yang ia beli semalam. Kalau trik untuk mendapatkan gadis yang disukai itu dengan cara sedikit gombal dan harus terlihat percaya diri.
Seketika Winda tersenyum canggung sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal, "Aneh banget Lo."
"Serius, Win. Gue gak bercanda."
Winda lalu tertawa cekikikan. Ia berpikir, mungkin Kevin ingin mejailinya dengan cara yang kuno.
"Lo tu kalau mau ngerjain gue yang pinteran dikit kek. Atau belajar dulu." Winda semakin tertawa keras lalu ia terdiam tapi masih cengengesan, "Yaudalah, Vin. Ayo masuk. Gue belum sarapan karena tadi buru-buru."
Winda langsung masuk kedalam kafe sedangkan Kevin hanya diam membisu karena malu. Ya, malu karena gombalannya tidak direspon dengan yang seharusnya oleh Winda.
"Emang lucu banget ya? Kok Winda sampe ngakak gitu sih?" Kevin berucap sendirian lalu berjalan masuk kedalam kafe.
****
Seno bersiul senang sambil memikirkan Winda yang semalaman berbuat sangat manis padanya. Wanita itu mengelus kepalanya lembut, lalu berucap manis dan kemudian melakukan tindakan itu terlebih dahulu. Seno bagai mendapat piala penghargaan karena Winda bisa bersikap seperti itu padanya.
Sedang asyik tertawa, Seno kemudian langsung teringat, "Kok gue jadi gini sih? Ih apaansih kok gue seneng?"
Seno mengkerutkan kedua alisnya, "Wah, gilak gilak. Gue gak boleh goyah anjir. Ini cuma akting napa gue gini?"
Seno sepertinya baru kembali tersadar, "Terus napa gue juga cemburu dan marah kek anak kecil sih?"
Seno menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia kembali memantapkan pada dirinya kalau semua hanyalah akting dan sandiwara agar Winda merasakan sakit hati.
"Gue kan benci sama Winda. Gue benci sama Winda. Seno benci Winda. Mau Winda sama Kevin kek, sama sapa kek itu bukan urusan gue. Gue gak akan cemburu!" Ucap Seno mengingatkan pada dirinya sendiri.
Tak lama ponsel Seno bergetar. Ia lalu mengambilnya dan melihat kalau itu merupakan pesan dari Mirna. Seno langsung membukanya dan berapa terkejutnya dia melihat gambar yang dikirim oleh wanita itu.
Hatinya seperti tertusuk ketika melihatnya, ia seperti tersambar petir. Seno melempar ponselnya ke atas meja.
Mirna. Wanita itu sengaja mengirim foto Kevin dan Winda yang sedang bersama di kafe menikmati sarapan pagi.