"Zayn." Kata Aziel membuat Vegard kini menatapnya dan pada detik berikutnya ia memahami maksud dari perkataan sang anak yang membuatnya kembali menganggukkan kepalanya mengerti.
"Sampai kapan?" Tanya Vegard lagi.
Aziel hanya mengangkat kedua bahunya tanda ia tidak tahu sampai kapan Zayn ingin bermain dengan Theodoric.
Percakapan itu hanya bisa didengar oleh mereka sendiri karena Evanthe sedang sibuk mengubek Theodoric yang begitu menggemaskan baginya.
"Dia?" Tanya Vegard lagi yang mendapat anggukan kepala dari Aziel.
Jangan kalian pikir bahwa Vegard tidak mengetahui apapun. Malah sebaliknya, Vegard mengetahui segalanya yang tentu saja ia mendapatkan semua informasi itu dari Aziel dimana sang anak tidak ingin merahasiakan hal tersebut dari sang Ayah mengingat posisi Vegard adalan kepala keluarga yang harus siap melakukan dan mengambil resiko apapun itu demi keluarganya sekalipun anak-anaknya mampu mengatasinya. Setidaknya Vegard ikut berkontribusi untuk kelangsungan hidup keluarganya.
"Posisi?"
"Belum diketahui, tapi ayah pasti tahu kami tidak ingin menerima satu untuk berdiri bersama kami." Jawab Aziel mendapat anggukan kepala dari Vegard.
"Golongan?"
"Belum terdeteksi." Jawab Aziel yang kembali mendapat anggukan kepala dari Vegard yang kemudian dia memandang ke arah Theodoric dimana dalam pengamatannya ada yang aneh di sini yang kemudian ia menatap ke arah Aziel dengan tatapan penuh dengan tanda tanya.
"Kau yakin dia orangnya?" Tanya Vegard memastikan sekali lagi.
"Viggo, Theodoric Viggo namanya dan aku yakin dia orangnya." Kata Aziel menatap ke arah Theodoric dengan tatapan andalannya.
"Tapi dia terlihat aneh." Kata Vegard membuat Aziel mengerutkan keningnya bingung atas pernyataan dari sang Ayah.
"Dia-- tidak bisa bicara?" Tanya Vegard yang membuat Aziel mengalihkan pandangannya ke arah sang Ayah.
"Entahlah, tapi dia bisa berbicara." Oh tolong tahan Vegard untuk tidak memukul kepala anaknya yang satu itu.
Vegard hanya bisa memutar bola matanya malas saat mendengar pernyataan Aziel yang kini kembali menatap Theodoric seperti orang linglung yang tidak mengetahui apapun.
"Apa dia baik-baik saja?" Ok, kini kesabaran Aziel sedang diuji karena Vegard terus mengeluarkan pertanyaan demi pertanyaan untuk mendapatkan jawaban darinya.
Bukannya menjawab, Aziel malah mengangkat kedua bahunya tanda ia tidak tahu dan tidak ingin tahu.
"Hilang ingatan, aku rasa itu yang sedang ia alami saat ini." Celetuk Vegard yang kini membuat Aziel merasa tertarik.
Aziel sangat mengetahui bagaimana Ayahnya dimana Ayahnya itu sangatlah mengerti seseorang, jadi kau tidak bisa membodohinya sekuat apapun kau mencobanya. Sekalinya kau masuk ke dalam jeratannya, kau tidak akan pernah bebas.
Ya sebenarnya Aziel yang dapat melakukan hal yang sama, tapi ia tidak ingin mengeluarkan kekuatannya demi melakukan hal kecil seperti itu.
Aziel diam dimana ia dapat melihat Ayahnya sedang menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan yang setelahnya Vegard malah menepuk pundaknya dengan senyuman yang tercetak di sana membuat Aziel bingung.
"Sebaiknya kita masuk." Hanya itu yang dikeluarkan Vegard saat itu dan ia langsung masuk ke dalam tanpa mengatakan apapun lagi.
"Ayah!" Panggil Aziel yang ikut masuk mengikuti Vegard demi menanyakan lebih lanjut maksud dari perkataan serta sikap Ayahnya yang menurutnya sedikit aneh.
Sementara Theodoric saat itu hanya bisa pasrah saat Evanthe melakukan sesuatu terhadapnya mulai dari mencubit pipinya gemas sampai menariknya masuk ke dalam bersama.
-IBL-
Saat ini keluarga Lansky minus Zayn sedang menikmati makan siang mereka di sebuah restauran.
Saat tadi mereka di penthouse Aziel, tiba-tiba saja Evanthe merasa kalau perutnya harus diisi segera.
Sebenarnya itu hal yang wajar dimana mereka memang belum makan saat perjalanan ke tempat dimana anak-anaknya tinggal.
Dapat kita lihat di sana mereka semua sedang menikmati makan siang mereka berbeda dengan Evanthe yang masih terus merecoki Theodoric yang sampai saat ini anak itu hanya bisa pasrah menerima perlakuan Evanthe kepadanya. Lebih tepatnya ia bingung saat ini mengingat ia tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu.
Tidak, tidak, saat ini ia hanya merasa bingung dengan semua yang ia alami. Ia tidak mengerti, ia tidak tahu apapun tentang kehidupan yang ia jalani saat ini. Untuk itu mengapa ia lebih memilih diam dari pada bersuara maupun bertindak yang membuatnya dalam masalah.
"Kin yexa«na thī̀rạk" Ucap Evanthe seraya memberikan beberapa potong udang ke piringnya Theodoric.
Interaksi itu tentu saja tidak lepas dari pengawasan Aziel yang saat itu ia lebih memfokuskan pandangannya ke arah makanan yang ada pada piring Theodoric untuk memastikan sesuatu yang kalian pasti mengetahui hal itu.
Sementara sikap Aziel saat itu tidak lepas dari pengawasan Vegard.
"Sebaiknya ibu makan saja makanan ibu." Kata Aziel memperingati saat ibunya terus menerus memberikan makanan ke piringnya Theodoric seraya mengambil sesuatu yang berada di piringnya Theodoric.
Evanthe hanya berdengus melihat perlakuan sang anak dan ia lebih memilih untuk memakan makanannya tanpa mengganggu Theodoric lagi.
Sementara Aziel masih setia mengambil sesuatu yang berada di piringnya Theodoric yang Evanthe sendiri tidak menyadari hal itu, hanya Vegard seorang yang mengawasinya.
Vegard mengawasi apa yang dilakukan Aziel dalam diam tanpa ada niatan untuk mengeluarkan suaranya.
Kegiatan itu berlangsung selama mereka menikmati makan siang, hingga akhirnya mereka telah menyelesaikan makan siang mereka.
Tentu saja mereka tidak langsung pulang, mereka akan menunggu beberapa menit sampai mereka benar-benar bisa pergi dari sana.
Ya mereka menunggu makanan itu dicerna oleh pencernaan mereka selama beberapa menit lamanya.
Selama menunggu, mereka berbincang. Ah, lebih tepatnya Evanthe yang terus mengeluarkan suaranya dimana Evanthe saat itu menggunakan bahasa yang sama sekali tidak mereka mengerti.
Untuk itu Aziel menatap ke arah Vegard yang saat itu sedang menatapnya juga.
"Sebelum ke sini--"
"Oh, kami baru kembali dari Thailand. Kami bermalam di sana kurang lebih seminggu untuk itu kenapa Ibu mu berbahasa Thailand. Jangan heran, kau tahu betul bagaimana Ibu mu itu." Potong Vegard yang saat itu sangat mengetahui apa yang hendak disampaikan Aziel padanya.
Aziel yang mendengar itu tentunya tidak dapat berkomentar, ia sangat mengerti bagaimana Ibu nya itu.
Evanthe selalu terbawa suasana, untuk itu mengapa ia berbahasa Thailand sampai saat ini.
Mereka hanya diam dengan suara Evanthe yang masih setia merecoki Theodoric dengan handphone yang ada dalam genggaman mereka masing-masing.
Jangan pikir mereka membuka aplikasi yang biasa di pakai oleh kebanyakan orang, tidak. Vegard dan Aziel saat ini sedang membuka aplikasi dimana itu khusus untuk mereka dalam memantau segala bisnis yang mereka miliki saat ini.
Mereka berdua harus melakukannya dimana saat ini mereka tidak berada di kantor ya walau sebenarnya ada Zayn dan Laszlo yang mengawasi perusahaan Aziel saat ini.