Chereads / It's Bad Love / Chapter 32 - IBL 32

Chapter 32 - IBL 32

Tampak Theodoric melangkah perlahan ke arah dimana Evanthe berada yang pastinya anak serta suaminya masih berada di sana. Saat itu mereka tengah mengobrol ringan yang mungkin saja menanyakan tentang keseharian anak-anak mereka. Wajar mereka menanyakan hal seperti itu mengingat mereka selalu saja mengobrol mengenai pekerjaan saat bertemu.

Theodoric kini sudah berada tepat di samping kanan Evanthe membuat mereka menghentikan perbincangan mereka dan mengalihkan pandangan mereka saat menyadari seseorang tengah berdiri di dekat mereka.

Seketika mereka dibuat diam saat melihat bagaimana penampilan Theodoric saat ini.

Postur tubuhnya yang memang mendukungnya sebagai perempuan, kulitnya yang putih bersih, bulu mata yang lentik, mengenakan gaun putih bermotif serta rambut palsu yang terurai ke bawah itu membuat mereka tidak dapat berkata apapun.

Gaun itu terlihat sangat indah untuk Theodoric.

Lebih tepatnya Theodoric dengan segala yang melekat pada tubuhnya itu begitu indah, sangat cantik.

Bahkan si kembar tidak berkedip melihatnya sementara Evanthe tersenyum ke arah Theodoric dimana ia berdiri menghadap ke arah Theodoric, merapikan sedikit rambutnya yang saat itu sedikit terlilit dengan gaun yang dikenakannya.

"Sempurna." Kata Evanthe setelahnya dengan senyum yang tidak pernah luntur di sana.

Setelahnya Evanthe membalikkan tubuhnya demi bertanya pada kedua anak beserta suaminya mengenai penampilan Theodoric saat ini dimana Evanthe dibuat bingung setelahnya.

Ia bertanya-tanya kenapa ketiga orang beda usia itu tampak diam tidak mengeluarkan suara apapun yang setelahnya Evanthe menyadari satu hal saat melihat si kembar.

Mereka terpesona.

Hal itu membuat Evanthe tertawa geli mengingat baru kali ini ia melihat anak mereka bereaksi seperti itu. Evanthe yang merasa momen ini adalah momen langka langsung saja ia mengambil foto kedua anaknya.

Berhasil, Evanthe telah mengambil foto sebanyak dua kali. Mungkin ia akan memajangnya nanti karena ekspresi mereka begitu mengemaskan saat ini.

Setidaknya kalian harus ingat bahwa orang yang saat itu membuat kalian semua terpesona masihlah berjenis kelamin laki-laki, tidak ada perubahan sama sekali.

Tidak ada yang berubah dari anak laki-laki itu, hanya penampilan yang berubah dan itu bukanlah keinginannya.

Theodoric saat ini masih bingung dengan apa yang mereka lakukan, ia masih menyesuaikan diri di tempat itu. Tempat dimana ia akan tinggal.

Namun dibalik wajah terpesona si kembar, tidak ada yang tahu apa yang saat ini ada dipikirkan Aziel. Tuan muda kita yang satu itu masih menatap Theodoric dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

-IBL-

Saat ini Aziel tengah berada di ruang kerjanya dimana Evanthe membawa pergi Theodoric entah kemana membuat mereka yang tadinya berkumpul kini telah berada di tempat mereka dengan kegiatan mereka masing-masing.

Tempat dalam hal ini seperti tempat atau ruangan yang hendak mereka kunjungi seperti Aziel yang sudah duduk manis di kursi kebanggaan yang ada di ruang kerjanya itu.

Saat itu ia tengah memikirkan sesuatu yang tidak ada seorangpun dapat mengetahuinya hingga bersamaan dengan helaan napas yang ia lakukan, detik itu juga seseorang masuk ke dalam ruangannya.

Itu Zayn, sejenak ia terdiam di depan pintu ruang kerja sang kakak saat ia mendengar helaan napas yang keluar dari mulut Aziel. Ia berpikir sejenak, pasti ada sesuatu yang membuat Aziel sampai berperilaku seperti itu. Lihatlah, bahkan ada kerutan yang tercetak di keningnya.

Zayn memantapkan dirinya untuk melangkah masuk ke lebih dalam bermaksud mendekati Aziel yang tengah duduk di kursi kebanggaannya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Zayn yang saat itu sudah berada tepat di depan Aziel.

Lebih tepatnys disebrang mengingat ada pembatas antara Zayn dan Aziel dimana terdapat meja ditengah-tengah mereka.

Aziel yang mendengar suara Zayn langsung menoleh sekilas ke arahnya tanpa ekspresi. "Tidak ada." Jawab Aziel begitu santai membuat Zayn mengerutkan keningnya.

"Aku tidak percaya." Ucap Zayn duduk di kursi yang ada di dekatnya.

Aziel diam, ia tidak menjawab pertanyaan Zayn.

"Aku yakin ada yang kau pikirkan sampai membuat ekspresi seperti tadi." Kata Zayn membuat Aziel kembali menoleh ke arahnya.

"Seperti apa?" Tanya Aziel.

"Seperti ini." Kata Zayn seraya memperagakan bagaimana ekspresi Aziel tadi saat ia masuk ditambah dengan helaan napas yang tampak begitu berat.

"Itu hanya perasaanmu, aku tidak melakukannya." Kata Aziel menyangkalnya, ia tidak ingin membenarkan apa yang dilakukan Zayn saat itu membuat Zayn menghelakan napasnya.

"Terserah kau saja, tapi itu kenyataannya." Kata Zayn yang setelahnya mereka terjebak dalam keheningan sampai beberapa menit lamanya.

Dalam keheningan itu, Zayn tampak memperhatikan ekspresi Aziel yang membuat Zayn bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya sedang dipikirkan kakaknya itu.

"Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan, tapi aku harap kau tidak menjadi gila." Kata Zayn dengan sedikit candaan di sana.

Oh ayolah, suasananya terlalu hening membuat Zayn tidak bisa untuk tidak bersuara.

Tanggapan Aziel?

Masih sama, diam tanpa ada tanggapan apapun darinya.

"Huft! Bagaimana rencanamu tentang mendaftarkannya ke sekolah?" Tanya Aziel tiba-tiba membuat Zayn tentu saja bingung.

Ini membuat Zayn berpikir, apakah kakaknya itu sedang memikirkan hal itu atau hal lain?

"Kau menyetujuinya?" Tanya Zayn memastikan, siapa tahu kakaknya itu salah bicara.

"Aku bertanya bukan berarti aku menyetujuinya." Jawab Aziel.

Rasanya Zayn ingin sekali membuang kakaknya itu ke rawa-rawa. Bagaimana ceritanya Aziel bertanya seperti itu sementara ia tidak menyetujuinya?

Bukankah itu aneh?

"Kalau kau tidak menyetujuinya, lalu untuk apa kau bertanya?" Kata Zayn dengan nada yang sedikit kesal.

"Hanya bertanya. Apa ada yang salah?"

Sungguh Aziel menguji kesabarannya.

"Sudahlah, sebaiknya aku kembali aja." Celetuk Zayn kesal yang mulai beranjak dari tempatnya duduk.

"Bukankah Dis-ease School tempat yang bagus untuknya mendapatkan ilmu?" Perkataan Aziel itu sukses membuat Zayn menghentikan langkahnya.

Membalikkan tubuhnya dan mendapatkan Aziel yang sedang memegang sebuah foto yang ia sendiri tidak tahu foto apa itu. Gambarnya tidak begitu jelas hingga membuatnya tidak dapat melihat apa yang sedang dilihat oleh kakaknya itu.

"Bukankah artinya kau menyetujui apa yang aku usulkan?" Kini suara Zayn mengalihkan pandangan Aziel ke arahnya.

Sejenak Zayn dapat melihat ekspresi Aziel yang tidak pernah ia lihat selama ia hidup bersamanya. Tatapan yang penuh dengan luka serta kesedihan yang begitu mendalam?

"Aku--"

"Kau tidak bisa mengatakan bahwa kau tidak menyetujuinya." Potong Zayn langsung karena sedikitnya ia tahu bagaimana sifat kakaknya itu.

"Aku hanya ingin mengatakan kalau kau bisa mengantarnya ke sekolah itu besok. Aku sudah menghubungi pihak sekolah." Jawab Aziel membuat Zayn tercengang seketika saat mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut Aziel. "Jangan menatapku seperti itu. Aku serius mengatakannya." Lanjutnya saat Aziel menangkap tatapan keraguan dari Zayn.

Seketika Zayn tersadar dan mengubah ekspresinya seperti biasa.