Theodoric masih berada pada posisinya saat itu yang dimana ia dengan bodohnya masih berdiam diri menunggu Aziel yang saat itu tengah mengerjakan pekerjaannya yang Theodoric sendiri tidak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Aziel saat itu. Aziel sendiri juga tidak mengetahui keberadaan Theodoric sampai dimana mereka berada di dalam ruangan yang sama kurang lebih sudah ada satu jam lamanya. Bahkan ia tidak merasa lelah sama sekali, namun matanya tidak bisa berbohong untuk mendeskripsikan bagaimana perasaannya saat itu. Tapi dia tetap diam dan mengunggu Aziel.
Gila!
Theodoric sungguh gila yang dimana ia masih sanggup berdiri pada posisinya membiarkan Aziel tidak menyadari keberadaannya sampai saat itu Aziel mulai beranjak dari tempatnya dimana Theodoric juga ikut beranjak dari sana yang kalian ketahui kalau ia masih melakukan hal yang sama, mengikuti Aziel dalam diamnya.
Diamnya tentu saja membuat Aziel, seseorang yang sudah terbiasa hidup sendiri itu tidak akan pernah bisa merasakan keberadaan orang lain di sekitarnya terutama saat ia berada di dalam rumahnya.
Saat itu Aziel hendak pergi ke kamarnya, namun langkahnya terhenti saat ia mendengar suara bel yang berasal dari luar sana yang membuatnya sedikit bingung dimana ia sangat yakin bahwa orang kepercayaannya sampai sang adik tahu bagaimana peraturannya. Tidak ada ada yang bisa mengusiknya selama dia berada di waktu yang memang tidak bisa diganggu kecuali itu keadaan yang sangat genting. Tidak hanya itu, kalau ia sudah berada di dalam ruangan yang sangat privasi bagi setiap orang dimana itu biasanya di sebut kamar menandakan kalau ia benar-benar tidak bisa diganggu gugat apapun itu alasannya. Tidak peduli sepenting apa permasalahan yang mereka hadapi, ia tidak ingin tahu tentang itu.
Hal itulah mengapa Zayn sebagai sang adik harus siap siaga mengingat Aziel merupakan pemimpin utama dalam berbagai bidang.
Lagi pula ia sudah memerintahkan keamanan untuk memperketat wilayahnya dan sudah memerintahkan mereka untuk tidak mengganggunya saat ini. Lalu apa ini?
Kenapa para pekerjanya tidak pernah becus dalam menjalankan tugasnya!
Ingin sekali rasanya Aziel memecat, ah tidak, ingin sekali rasanya menghabisi semua nyawa mereka tanpa ada yang tersisa
Aziel yang mendapatkan tamu saat itu langsung mengalihkan langkahnya menuju ke arah pintu untuk melihat siapa yang sudah berani masuk ke wilayahnya tanpa pemberitahuan. Theodoric sendiri tidak lupa untuk membawa barang kesenangannya untuk memberi peringatan pada tamu yang telah lancang masuk ke dalam wilayahnya itu.
Oh, jangan lupakan Theodoric masih setia mengikutinya dalam diam.
Aziel tanpa memberikan peringatan langsung menodong tamu tersebut sesaat setelah ia membuka pintunya, namun pada detik berikutnya ia menurunkan senjata api itu setelah mengetahui siapa yang datang saat itu.
Sementara orang yang datang sebagai tamunya Aziel hanya memasang ekspresi biasa seakan mereka telah terbiasa dengan hal itu membuat Aziel berdengus kesal itu menjadi kesenangan tersendiri bagi mereka. Lihatlah bagaimana wajah Aziel yang terlihat menggemaskan dimata mereka, hanya dimata mereka. Tidak dimata orang lain dimana mereka akan merasa takut melihat Aziel yang merasa jengkel seperti itu. Apalagi sampai membuat Aziel marah, itu adalah akhir bagi mereka.
"Ada apa kalian ke sini?" Tanyanya dengan nada jengkel.
"Kenapa? Apa kami tidak boleh datang ke sini lagi? Kami hanya merindukan anak kami, apa salah?" Tanya orang itu yang dimana terdengar begitu lembut saat berbicara.
Anak?
Ya, orang yang bertamu ke tempat Aziel saat ini adalah orang tuanya. Jadi hal yang wajar bagi mereka melihat hal seperti itu dan bersikap seperti itu. Mereka semua sudah mengetahui segalanya tentang kehidupan anak-anaknya.
"Tidak salah, hanya waktunya saja tidak tepat." Jawab Aziel cepat membuat kedua orang itu menggelengkan kepalanya melihat sikap Aziel yang satu itu.
Vegard De Lansky yang saat ini bersama sang Istri Evanthe Lawrence sedang berkunjung ke tempat dimana anak-anaknya tinggal saat ini. Sebenarnya mereka tadi ingin menemui Zayn saat pertama kali datang ke sini mengingat mereka pastinya akan melewati lantai tempat Zayn tinggal saat ini, tapi anak itu tidak ada di sana. Mereka tidak menemukan anak nakal mereka yang satu itu, mereka tidak tahu anak itu pergi kemana saat ini.
Hah, biarlah.
Zayn juga sudah besar, ia pasti bisa menjaga dirinya sendiri.
Oh, satu hal yang harus kalian ketahui bahwa orang tua dari si kembar Lansky itu tidak memberitahu kepada anak-anaknya kalau mereka akan datang berkunjung. Mereka ingin memberi kejutan pada anak-anaknya yang mereka yakini itu sangatlah tidak mungkin mengingat bagaimana perawakan kedua anaknya.
Huh, sungguh mengesalkan. Tapi mereka sangat menyayangi keduanya sebagaimana orang tua menyayangi anak-anaknya tanpa ada perbedaan diantara mereka.
Jika mereka melakukan A pada Aziel, maka mereka pasti melakukan itu juga pada Zayn. Begitu sebaliknya, mereka sangat adil bukan?
Evanthe hanya tersenyum melihat anaknya yang satu itu sampai dimana matanya tidak sengaja menatap sosok yang asing bagi mereka. Sosok yang sepertinya ia kenali dar auranya. Evanthe tampak memicingkan matanya demi melihat wajah anak itu dengan jelas, tapi bukannya mengingat sesuatu tentang anak itu. Ia malah melihat sesuatu yang lain dimana pada detik berikutnya ia memekik gemas membuat mereka yang mendengarnya berjengit kaget.
"Naarak!" Pekik Evanthe yang saat itu langsung menghampiri anak itu yang tanpa ia sadari kalau ia telah menggeser tubuh anaknya yang menghalanginya dengan sedikit kasar membuat Aziel hampir saja memberikan protesnya, namun tidak jadi saat ia melihat interaksi Evanthe dengan seseorang yang beberapa hari ini sudah bersamanya.
Tapi, tunggu!
Sejak kapan anak itu berada di sana? Begitulah kiranya yang ada dalam pikiran Aziel saat ini yang sangat ingin aku pukul kepalanya untuk mengingatkan kembali kejadian demi kejadian supaya ia tersadar.
Hal itu tentu saja membuat perasaan Aziel bercampur antara kesal dan bingung.
Ini untuk pertama kalinya emosional Aziel dipermainkan dalam waktu yang bersamaan, atau bisa saja tidak? Entahlah.
"Dimana kau menemukan makhluk seperti ini?" Pekik Evanthe yang saat ini tengah mencubit kedua pipi Theodoric dengan gemas.
Aziel tidak menjawabnya, pertanyaan dari Ibunya itu membuatnya jengah dan seketika mereka melupakan satu orang yang ada di sana dimana ia saat ini tengah mengamati Theodoric dengan ekspresi yang tidak dapat dideskripsikan.
Dia Vegard, Ayah dari si kembar Lansky yang sedang menatap Theodoric.
"Perempuan?" Tanya Vegard mengeluarkan suaranya demi mendapatkan jawaban yang ada keraguan dalam nadanya saat itu.
Pertanyaan itu membuat Aziel tersadar akan keberadaan Vegard yang kini ia mengalihkan pandangannya ke arah Vegard lalu berkata, "Tidak."
Jawaban dar Aziel saat itu membuat Vegard menatap kembali ke arah Theodoric sekali lagi.