Theodoric bahkan tidak menyentuh sarapannya lagi karena rasa sakit pada hatinya yang tiba-tiba saja melanda dirinya yang ia sendiri tidak tahu kenapa.
Ya, orang yang tadi berani melawan Aziel itu Theodoric dimana aura yang dikeluarkan oleh Aziel mengundang alam bawah sadar Theodoric yang sedang tertidur dan ia sendiri masih belum bisa mengontrolnya. Itu kenapa Theodoric tidak menyadari apa yang terjadi sebelumnya membuatnya tidak tahu harus melakukan apa pada hatinya yang terasa begitu sakit.
"Makan!" Perintah Aziel yang muak mendengar suara isakan Theodoric yang memang suaranya itu pelan, tapi masih terdengar oleh Aziel mengingat posisi mereka yang sangat dekat.
Theodoric sedikitnya tersentak dan langsung meraih alat makannya untuk melanjutkan kembali sarapannya yang tertunda.
Semua orang pasti tahu makan seraya menahan tangisan itu cukup menyakitkan untuk dilakukan secara bersamaan. Begitulah yang dirasakan Theodoric saat ini.
Ia terpaksa memakan makanannya karena ia takut atas aura dominan yang dikeluarkan oleh Aziel saat ini.
Sementara tiga orang yang ada di sana memilih untuk diam saat ini mengingat bagaimana menyeramkannya Aziel saat ini yang tidak bisa diajak bercanda.
Aziel itu simpel, ia bisa diajak bercanda disaat waktu yang tepat dan itupun Aziel hanya menanggapinya dengan ekspresi datarnya. Sedikit menyebalkan, tapi ada kalanya Aziel menanggapi candaan mereka.
-IBL-
Setelahnya mereka selesai sarapan, kini mereka tengah berada di ruang santai dimana mereka berkumpul atas perintah dari Aziel. Bukan permintaan melainkan perintah yang harus dilakukan, itu mengapa saat ini mereka tengah berada di ruang santai bahkan Theodoric berada di sana.
Tidak tahu apa yang hendak disampaikan Aziel pada mereka yang jelas itu sesuatu yang menurut mereka penting atau tidak sama sekali?
Oh, pernah sekali Aziel memberi pada mereka untuk berkumpul di suatu tempat dan saat mereka berkumpul mereka hanya bisa dibuat tercengang saat mendapatkan jawaban alasan Aziel menyuruh mereka untuk berkumpul di sana.
Tahu apa alasannya?
Aziel dengan santainya mengatakan kalau ia sedang bosan dan mereka harus menemaninya untuk semalaman.
Bagaimana mereka tidak tercengang mendengar alasan seperti itu karena pada kenyataannya Aziel tidak pernah melakukan perkumpulan kalau itu bukanlah acara atau pertemuan yang penting.
Saat itulah untuk pertama kalinya mereka memiliki pemikiran yang kurang meyakinkan setiap kali Aziel memberikan perintah untuk berkumpul di suatu tempat seperti sekarang ini. Dalam pemikiran mereka, saat ini mereka hanya bisa bertanya-tanya apa yang hendak disampaikan Aziel pada mereka.
Keheningan, mereka saat ini hanya diam saling menatap satu sama lain berbeda dengan Aziel yang masih fokus pada handphonenya yang sepertinya itu tidak bisa ditinggalkan dan itu membuat mereka berpikir negatif.
Apakah kali ini Aziel memberikan perintah berkumpul seperti ini hanya untuk menemani Aziel bermain handphone?
Oh ayolah, mereka tidak punya waktu untuk hal seperti itu. Mereka memiliki pekerjaan yang harus mereka kerjakan dan waktu yang terbuang secara percuma itu membuat mereka sedikitnya jengkel. Tapi mereka tidak bisa protes, pasalnya itu seorang Aziel yang perkataannya mutlak tidak bisa dibantah.
Mereka masih menunggu Aziel yang masih setia dengan handphonenya sampai beberapa menit kemudian mereka dapat melihat Aziel yang telah selesai dengan kegiatannya dimana ia meletakkan handphonenya di meja yang berada di depan mereka.
Suasana semakin hening diman kini Aziel sedang menatap ke arah mereka satu per satu sampai mereka dapat mendengar helaan napas dari Aziel, sepertinya itu masalah pekerjaan. Dalam hal ini mereka tidak bisa bertanya apa yang terjadi karena Aziel tidak suka urusannya diganggu oleh siapapun itu kecuali memang Aziel yang memintanya ataupun memberitahukannya pada mereka.
Mereka hanya bisa menunggu Aziel untuk mengeluarkan suaranya.
"Paman kau tahu membuang waktu itu artinya ada harga yang mahal untuk dibayar? Apa paman mau membayar kami hanya untuk menunggu paman menyampaikan tujuan paman mengumpulkan kami di sini?"
Perkataan Max membuat semua mata kini tertuju pada mereka.
Memang bocah satu itu sungguh luar biasa, bahkan Zayn sendiri sebagai adiknya Aziel sedikit takut hanya sekedar bertanya seperti itu saat suasana hati Aziel tidak baik seperti saat ini suasana hati Aziel cukup buruk.
Diam, hanya ada keheningan yang tercipta di sana padahal Max sudah membuka suaranya bermaksud untuk mencairkan suasana serta memancing Aziel untuk menyampaikan apa yang hendak ia sampaikan pada mereka.
Max mencebik saat melihat Aziel masih saja setia menutup mulutnya sampai ia mendengar suara Aziel yang sepertinya hendak menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan.
"Besok kita akan pindah dan aku tidak memaksa. Kalian bisa tinggal di sini kapanpun kalian mau, tapi aku pikir itu akan memakan waktu kalian untuk sampai ke perusahaan. Lebih baik mempersingkat waktu daripada memperlama waktu." Jelas Aziel membuat mereka semua mengerutkan kening mereka bertanya-tanya.
Pindah?
Apa Aziel bercanda?
Mereka akan pindah kemana?
Mereka hanya memiliki mansion ini sebagai tempat mereka tinggal dan menikmati waktu mereka setelah mereka lelah di luar sana.
"Aku sudah menyediakan apartemen untuk kita tempati kalian bisa memilih untuk berada di lantai berapa. Satu orang untuk satu lantai, aku rasa itu tidaklah buruk. Kalian bisa melakukan apapun di sana." Jelas Aziel membuat mereka tercengang.
Sejak kapan dan bagaimana bisa?
Oh jangan tanyakan masalah bagaimana, tidak ada yang tidak mungkin bagi Aziel. Tapi untuk kapan mungkin kalian bisa menanyakannya kapan Aziel melakukan hal itu.
Mereka bahkan tidak mendengar berita apapun mengenai Aziel yang membangun apartemen.
Oh tunggu dulu!
Mereka pernah mendengar bahwa ada seseorang yang sedang melakukan projek membangun sebuah apartemen yang begitu megah dengan lantai yang cukup banyak dan mereka baru mengetahui kalau itu projek Aziel.
Mereka pernah mencari tahu siapa orang dibalik projek itu, tapi mereka tidak menemukannya.
Jangan pikir Aziel akan membiarkan banyak orang mengetahui siapa pendiri dari apartemen itu mengingat itu akan menjadi tempat kedua mereka. Tempat privasi mereka untuk beristirahat setelah lelah di luar yang tentu saja keamanan di sana sangat terjamin mengingat Aziel tidak ingin mendengar kata cacat maupun kegagalan dalam segala hal yang ia lakukan.
"Kapan kau membangunnya?" Tanya Zayn yang akhirnya bertanya untuk mengetahui kapan Aziel membangun apartemen itu.
"Aku pikir kau sudah pernah mendengar kabar itu dan jangan pikir aku tidak tahu kalau kalian mencari tahu siapa yang sedang membangun apartemen itu." Jelas Aziel membuat mereka tertawa kikuk karena itu benar adanya.
"Aku ingin mengambil lantai paling atas tapi aku tahu kalau lantai itu punya paman." Celetuk Max yang sudah tahu bagaimana perawakan Aziel.
Aziel hanya membalasnya dengan tatapan seakan ia memberitahu kalau apa yang dikatakan Max itu benar adanya.
Sementara Max hanya bisa berdengus, padahal ia ingin mengambil lantai paling atas dan ia sangat yakin kalau lantai paling atas itu desainnya lebih mewah dari lantai yang lainnya.
"Untuk lantai kedua dari atas itu punya Zayn dan kau berada di lantai setelah Zayn." Kata Aziel menjelaskan karena pada dasarnya lantai yang telah ia sebutkan itu memiliki desain khusus dari lantai lainnya dimana itu merupakan tempat keluarganya yang lain, ia sudah memberikan kabar pada mereka.
"Kalau begitu kau tidak perlu mengatakan kalau kami bisa memilih di lantai mana kami." Celetuk Max kesal.