Pagi ini Putra mahkota sedang termenung di depan danau, ia sedang merenungkan sesuatu yang ia rasakan tadi saat ia sedang menatap sang adik yang sedang terlelap. Ia tidak mungkin berdiam diri, ia harus melakukan sesuatu. Tapi, Putra Mahkota sendiri tidak tahu harus melakukan apa. Ia tidak tahu harus mengambil tindakan bagaiman saat ini.
Pikirannya kacau, ia harus mengambil keputusan secepatnya untuk mengantisipasi sesuatu yang seharusnya tidak boleh terjadi kapanpun itu. Ia harus bisa berpikir tenang untuk masalah ini karena hal tersebut berhubungan dengan keluarga serta kerajaannya.
Putra Mahkota tampak menghelakan napas beratnya, otaknya yang cerdas tidak bisa bekerja saat ini.
"Kakak?" Panggil Pangeran yang baru saja tiba dengan kue cokelat dalam genggamannya.
Putra Mahkota langsung menoleh saat ia mendengar suara adiknya yang begitu dekat dengannya dan itu sukses membuat pikirannya membuyar. Semua rencana yang hampir ia dapatkan seketika menghilang.
Ia dapat melihat adiknya yang mengambil tempat duduk tepat di sampingnya dengan senyuman yang begitu indah. Melihat itu, ia jadi tidak bisa memikirkan rencana yang sudah tersimpan secara acak dalam otak cerdasnya.
Ia tidak ingin menghilangkan senyuman adiknya, tapi ia harus melaksanakan rencana itu.
"Ada apa?" Tanya Pangeran bingung karena ia menyadari kalau sang kakak tampak berbeda saat ini.
Putra Mahkota tampak menggelengkan kepalanya yang artinya ia baik-baik saja dan mendapat anggukan kepala dari Pangeran.
Hening melanda mereka, Putra Mahkota tampak melihat ke arah Pangeran yang saat ini tengah sibuk dengan kue cokelatnya.
Tatapan sendu itu kembali tercetak di sana.
Pangeran yang tengah asik dengan kue cokelatnya sedikit merasa ada yang aneh dengan sang kakak. Untuk itu dia mengalihkan pandangannya ke arah kakaknya yang ternyata sang kakak sedang menatap ke arahnya.
Hal itu membuatnya menghentikan aktifitasnya dan mengalihkan pandangannya ke arah sang kakak.
"Aku yakin ada sesuatu yang mengganggumu. Katakan padaku, kau harus menceritakannya padaku. Kalau kau terus mengunci mulutmu seperti itu, aku tidak akan pernah tahu apa yang sedang kau pikirkan saat ini." Kata Pangeran yang kini mendesak sang kakak untuk mengatakan apa yang sedang mengganggu pikiran kakaknya saat ini.
Putra Mahkota tampak kembali menggeleng dan itu sukses membuat Pangeran menggembungkan pipinya cemberut.
"Kau berbohong. Ayo katakan padaku, kita ini saudara. Aku pasti bisa membantumu." Kata Pangeran lagi yang kini ia telah menghadap ke arah Putra Mahkota sepenuhnya.
Putra Mahkota tampak diam sejenak untuk menatap sang adik.
"Bagaimana kalau aku mengatakan kalau suatu saat nanti kau yang akan duduk di tahta itu, bukan aku." Kata Putra Mahkota membuat Pangeran diam yang seketika otaknya menjadi loading atas perkataan sang kakak.
Pangeran menatap kakaknya dengan tatapan serius. "Jangan bercanda! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menduduki tahta itu. Tahta itu hanya milikmu seorang, bukan milikku! Kecuali kau--
Apa yang ingin kakak coba katakan padaku!" Pangeran sepertinya kelihatan marah saat mengetahui maksud tersembunyi dari perkataan Putra Mahkota.
Putra Mahkota kembali menghelakan napas beratnya. "Tidak ada, aku hanya ingin bertanya padamu. Melihat dari reaksimu, aku tidak tahu pastinya bagaimana kehidupan yang akan kita hadapi kedepannya.
"Aku tidak mengerti, katakan apa yang sebenarnya ingin kau coba sampaikan padaku." Kata Pangeran lagi.
Putra Mahkota tidak menjawab, ia hanya tersenyum dan menarik kedua tangan sang adik untuk ia genggam membuat Pangeran semakin bingung atas tindakan kakaknya.
Saat itu juga sesuatu yang tidak pernah Pangeran lihat kini dapat ia lihat, berbeda dengan Putra Mahkota yang hampir setiap hari ia dapat melihatnya.
Putra Mahkota sendiri hanya diam seraya melihat reaksi dari Pangeran yang masih menyaksikan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh mereka. Pasalnya, hanya sedikit orang yang mempunyai kekuatan seperti itu dimana mereka sedang melihat kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Kekuatan mereka menghasilkan sebuah kekuatan khusus dimana mereka dapat melihat masa depan yang itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang lebih dua. Dalam artian hanya Putra Mahkota yang dapat memancing kekuatan khusus itu keluar dan Pangeran sebagai pendukungnya untuk memunculkan layaknya sebuah portal dengan kejadian masa depan di dalamnya.
Pangeran terdiam setelah ia melihat apa yang telah diperlihatkan oleh putra mahkota padanya melalui portal yang ia sendiri tidak tahu apa namanya.
Dia melihat kearah putra mahkota dengan tatapan yang tidak bisa dideskripsikan. Ia terlalu terkejut atas apa yang baru saja ia lihat.
Sementara Putra Mahkota yang dilihat seperti itu ikut terdiam, ia tidak tahu harus melakukan apa dan bereaksi seperti apa terhadap reaksi yang ditunjukkan oleh adiknya.
"Apa ini?! Apa yang yang ingin kau coba sampaikan! Bagaimana-- bagaimana bisa adegan itu-- itu tidak akan pernah terjadi! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi!" Marah Pangeran seketika membuat Putra Mahkota terkejut atas suara Pangeran dengan nada yang cukup tinggi.
Putra Mahkota benar-benar terdiam melihatnya. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap adiknya yang untuk pertama kalinya ia mendengar suara sang Pangeran meninggi seperti itu. Seumur hidupnya, ia tidak pernah mendengar suara Pangeran yang seperti itu dimana ia selalu mendengar Pangeran yang berbicara dengan lembut kepada siapapun dan Pangeran hampir tidak pernah marah pada siapapun.
"Tenanglah--"
"Tenang?! Tenang kakak bilang?! Bagaimana aku bisa tenang kalau kejadian itu terjadi?! Katakan padaku kak!" Pangeran tidak peduli lagi akan namanya kesopanan, ia sangat marah saat ini.
Putra Mahkota sendiri tidak tahu harus bagaimana menanggapi sikap adiknya yang saat ini tampak begitu marah. Ia dapat melihat dengan jelas amarah yang terpancarkan dari mata indahnya.
Tidak hanya itu.
Putra Mahkota dapat melihat dengan jelas percikan kekuatan sang Pangeran yang keluar secara perlahan, begitu halus sampai tidak ada yang dapat menyadarinya. Hanya Putra Mahkota seorang dirilah yang dapat menyadari kekuatan Pangeran.
Melihat itu, Putra Mahkota kini menjadi panik. Ia tidak tahu maksud dari keluarnya percikan kekuatan sang Pangeran karena ia sendiri tidak memahami bagaimana kekuatan sang adik. Ia tidak mengerti tentang kekuatan sang adik dimana kekuatan yang seperti itu hanya bisa dimengerti oleh pemiliknya. Kekuatan seperti itu begitu misterius dimana orang itu harus bisa mencari tahu serta mengendalikan kekuatan itu sebelum kekuatan itu menyerang balik pemiliknya.
Untuk itu Putra Mahkota memilih untuk diam seraya mengamati sang adik yang sampai saat ini masih terlihat marah dengan mata yang tajam menatap ke arahnya. Putra Mahkota tidak takut akan hal itu, ia hanya khawatir kalau adiknya akan menyakiti orang lain.
"Jika itu terjadi, aku sendiri yang akan menghentikannya!" Kata Pangeran dengan suara rendah mencoba meredam amarahnya dan pergi dari sana meninggalkan Putra Mahkota yang menatap kepergiannya dimana Putra Mahkota dapat melihat sekilas guratan ketakutan di dalam sana.