Putra Mahkota hanya tersenyum menanggapi perkataan Pangeran. Namun, tangannya bergerak di detik itu juga saat ia melihat sebuah cahaya yang begitu familiar mengarah ke arah sang adik. Ia mengeluarkan kekuatannya untuk mencegah kekuatan itu menyakiti sang adik.
Mengalihkan pandangannya dan mendapatkan ekspresi Sang Raja yang tampak marah pada adiknya.
Pangeran sendiri mengetahui apa yang terjadi tanpa harus melihat ke arah dimana seseorang ingin menyakitinya dari belakang.
Walau demikian, ia tidak marah. Tidak sama sekali. Ia merasakan bahwa Sang Raja melakukan hal itu karena ia telah melukai Sang Ratu dan Putra Mahkota.
"Oh tidak, seseorang sedang mengintip dan mengetahui segalanya. Apa yang akan kita lakukan padanya?" Seringai Pangeran membuat mereka menegang.
Bukan karena orang yang mengintip, melainkan apa yang akan dilakukan oleh Pangeran pada orang itu. Mereka harus menghentikannya segera, Putra Mahkota harus menemukan keberadaan orang itu sebelum--
AAAAAA....!
BRAK!
BUG!
--terlambat, Putra Mahkota terlambat menyelamatkan orang itu. Pangeran bergerak begitu cepat sampai ia tidak bisa menyelamatkan orang itu. Putra Mahkota tahu betul kalau orang itu pasti sudah kehilangan nyawanya.
Putra Mahkota mengedarkan pandangannya demi melihat siapa yang telah menjadi korban dari kekuatan Pangeran dan saat ia menoleh, betapa terkejutnya ia melihat siapa orang yang sudah terkapar tidak bernyawa di sana.
"XIAO ZUI!" Teriak Putra Mahkota tidak percaya dan langsung berlari menghampiri tubuh yang sudah tidak bernyawa itu.
Ia langsung mendekap tubuh itu, ia memeluknya dengan erat. Putra Mahkota menangis, ia menangisi seseorang yang telah menjadi bagian dari kisah hidupnya dan adiknya.
Xiao Zui, merupakan anak dari kerajaan sebelah dimana Zui sahabat dari kakak beradik yang saat ini sedang perang dingin.
Sementara Pangeran menatap tidak percaya atas apa yang telah ia lakukan. Ia tidak pernah berpikir bahwa orang yang mengintip itu Xiao Zui. Kalau ia tahu dia Zui, Pangeran tidak akan menyerangnya.
Tapi nasi sudah menjadi bubur. Semua sudah terjadi dan tidak bisa kembali lagi.
"Viggo!" Geram Putra Mahkota mengangkat kepalanya menatap marah pada Pangeran dengan mata yang memerah.
Ia meletakkan tubuh tidak bernyawa itu dan berdiri dengan tangan mengepal.
Ini buruk.
Seseorang, siapapun itu harus menghentikannya.
Sementara Pangeran yang masih berdiri dalam diam merasakan kekuatan dari sang kakak yang seakan hendak menghancurkan seluruh dunia. Begitupula dengan Sang Raja, ia lebih memilih untuk memasang pelindung dan melindungi rakyatnya. Ia harus fokus pada rakyat dan Sang Ratu.
Ia tidak bisa melerai kedua anaknya, keselamatan Rakyat menjadi tujuannya. Berbeda dengan Sang Ratu sudah menangisi apa yang tengah terjadi pada kedua putranya.
BRAK!
BRUK!
Tubuh Pangeran terpental seperti Putra Mahkota sebelumnya yang menubruk tembok. Bedanya, kekuatan yang dikeluarkan oleh Putra Mahkota lebih besar yang membuat Pangeran batuk darah.
"Aku akan mengakhiri semuanya." Gelapnya, Putra Mahkota seakan berubah menjadi orang yang tidak memiliki hati.
Ia kembali menyerang Pangeran yang saat itu belum siap untuk menerima kembali serangan tersebut.
Tubuh Pangeran kembali terpental, namun kali ini ia telah mempersiapkan diri untuk mendarat tanpa harus membentur dengan apapun itu.
Pangeran berdiri tegak membalas tatapan Putra Mahkota yang tidak kalah tajam. Mata Pangeran menggelap, kekuatannya keluar dengan warna hitam yang mengelilingi tubuhnya berbeda dengan sang kakak yang memiliki warna putih.
Kekacauan itu tidak bisa terelakkan, keduanya kini tengah bertarung dengan kekuatan yang mereka miliki.
Putra Mahkota dan Pangeran tengah bertarung dengan Sang Raja yang terus mengeluarkan kekuatannya untuk melindungi rakyatnya dari kekacauan yang dibuat oleh kedua putranya.
Kedua kakak beradik itu terus bertarung menyakiti satu sama lain sampai dimana keduanya mengeluarkan seluruh kekuatannya. Hal itu cukup mengundang semua negara untuk datang dengan persiapan yang mendadak yang tentu saja persiapan itu juga telah matang.
Mereka datang karena undangan dari kekuatan gelap Sang Pangeran dimana tujuan mereka saat ini akan memburu Pangeran. Pasukan khusus akan mereka kerahkan untuk menangkap Pangeran.
Begitu pula dengan Kerajaan Aqua dimana kerajaan itu memiliki pasukan paling besar dengan Sang Raha yang tampak begitu marah besar.
"Nyawa dibayar dengan nyawa!" Geramnya dengan mata memerah antara menahan amarah atau menahan sesuatu yang hendak keluar dari matanya.
"Xiao Zui, Ayah akan membalas kematianmu dengan kematiannya."
Xiao Zui merupakan keturunan dari Kerajaan Aqua dimana Xiao Zui yang akan menggantikan sang ayah, namun Xiao Zui yang telah pergi membuat Sang Raja marah besar.
Putra Mahkota dari Kerajaan Aqua telah mati yang artinya tidak ada masa depan untuk kerajaan mereka selain keajaiban. Mereka tidak mungkin mengangkat anak yang bukan merupakan anak kandung Sang Ratu yang menjadi Raja selanjutnya.
Sementara itu, keadaan di Greyland kini telah hancur setengah. Kekuatan dari Putra Mahkota dan Pangeran tidak main-main. Bahkan Sang Raja kewalahan dibuatnya mengingat kekuatan yang sempurna tidak dapat dikalahkan kecuali dengan kekuatan sempurna itu juga.
Keduanya masih bertarung sampai Putra Mahkota menyerang Pangeran begitu telak sampai membuat tubuh Pangeran mati rasa saat itu juga. Bukan, bukan berarti Pangeran lemah. Hanya saja Putra Mahkota sudah memprediksi ini semua akan terjadi dan ia mencampurkan sedikit ramuan setiap kali ia menyerang Pangeran, jadi serangan telak itu sudah tentu berhasil. Tentu saja tidak ada seorangpun yang tahu mengenai hal itu.
Lagi pula, Putra Mahkota melakukan hal itu karena ia merasakan sesuatu yang lebih buruk akan terjadi.
Putra Mahkota berjalan mendekat ke arah Pangeran yang tergeletak tidak berdaya di depan sana. Setiap langkahnya membuat Putra Mahkota semakin tidak nyaman dan Pangeran tidak pernah mengalihkan pandangannya ke arah Putra Mahkota sampai dimana ia telah berada tepat dihadapan Pangeran.
Ia berjongkok, menatap sebentar ke arah Pangeran sebelum akhirnya ia memegang tangan Pangeran untuk melihat apa yang akan terjadi. Namun belum sempat Putra Mahkota melihat apa yang akan terjadi, anak panah kini sudah tertancap rapi tepat mengenai bagian depan Putra Mahkota.
Seseorang telah berhasil menancapkan panah itu ke perutnya. Hal itu tentu saja membuat Raja dan Ratu berteriak memanggil Putra Mahkota.
Raja langsung menghentikan kegiatannya untuk melindungi rakyat dan berlari menghampiri Putra Mahkota bersama Ratu di sampingnya.
Sementara itu, Pangeran dengan keterkejutannya terbukti dari matanya yang membulat begitu sempurna menatap ke arah Putra Mahkota yang mengerang kesakitan.
Tidak, ini salah. Ia mengamati panah itu dan itu bukanlah panah sembarangan. Putra Mahkota tidak akan mengerang kesakitan seperti itu kalau tidak ada campuran pada anak panah itu.
CTAS!
Satu anak panah lagi kini tertancap dengan sempurna pada tubuh Sang Ratu yang membuat Raja dan Putra Mahkota berteriak memanggil Ratu. Putra Mahkota bahkan tidak memperdulikan rasa sakitnya. Ia seperti orang sehat saja saat melihat Ratu yang terkena panah.
Sementara Pangeran semakin membulatkan matanya, tubuhnya yang tidak dapat bergerak akibat serangan telak dari sang kakak membuatnya hanya bisa mengepalkan tangannya marah.