Chereads / It's Bad Love / Chapter 11 - IBL 11

Chapter 11 - IBL 11

"Tidak, saya tidak mengatakan apapun. Aku akan memberitahu anda bagaimana cara membuka pintu yang ada di depan anda itu." Katanya.

"Cepatlah, anda membuang waktuku."

"Kasihan rakyatnya mendapat Raja sepertinya."

"Aku mendengarmu."

"Baiklah, baiklah, kau hanya perlu meletakkan tanganmu pada lukisan tangan yang ada di pintu itu."

Athanasius yang mendengarnya langsung melakukan apa yang dikatakan orang itu dengan Pangeran yang tentunya berada dalam dekapannya, ia tidak ingin mengambil resiko besar.

"Seperti ini?"

Orang itu menganggukkan kepalanya menandakan kalau Atahanasius melakukannya dengan benar.

"Biarkan pintu itu bekerja dan jangan lepaskan tanganmu dari sana apapun yang akan terjadi nantinya." Jelasnya.

Athanasius tidak menjawab, ia memilih diam dan fokus pada pintu yang ada di depannya dimana pintu itu mulai memperlihatkan reaksinya.

"Benar, benar Raja kegelapan." Gumamnya.

"..."

Orang itu tampak tersenyum kembali, "Sesuatu yang tidak terduga akan terjadi."

"Berhentilah berbicara, pintunya sudah terbuka dan jangan melihat adikku seperti itu." Kata Athanasius ketus.

Orang itu tampak berdengus ke arah Athanasius, tidak sopan memang.

"Dengar, aku hanya mengatakannya sekali." Tampaknya dia telah kesal karna perilaku Athanasius.

"Tidak perlu mengatakannya untuk kedua kali."

Sungguh menyebalkan memang.

Orang itu tampak membuang napasnya secara kasar yang setelahnya berkata,

"Masuk dan terus jalan ke depan. Jangan menoleh ke belakang, sedikitpun jangan. Terus jalan ke depan sampai kau menemukan sebuah portal di depan sana.

Letakkan tubuh adikmu di depan portal dan biarkan portal itu bekerja. Setelahnya--"

"Tunggu! Portal? Kau gila?!" Potong Athanasius cepat. "Aku tidak akan melakukannya!"

"Kau harus, ini perintah dari Ratu. Aku tahu, jangan khawatir. Adikmu akan baik-baik saja. Aku yang akan menjamin kalau tidak akan sesuatu yang buruk pada adikmu."

"Aku tidak mempercayaimu."

Orang itu menatap Athanasius jengah, "Kau bilang kalau kau tidak memiliki waktu yang banyak, lalu apa ini? Kau menghabiskan waktunya hanya untuk berdebat hal yang tidak penting." Kesalnya.

"Percayalah, semua akan baik-baik saja."

Diam sejenak sampai Athanasius kembali bersuara. "Lalu kemana adikku akan pergi?"

Sekarang orang itu yang kini menjadi diam, ia tidak yakin untuk memberitahu pada Athanasius mengenai kemana adiknya akan pergi.

"Aku yakin kau masih bisa berbicara."

"Huft~ Jika kau bertanya kemana adikmu pergi nantinya, ia akan pergi ke dunia lain dimana ia tidak bisa kembali sebelum waktunya tiba. Dunia yang diberi nama dunia manusia."

Athanasius melebarkan matanya tidak percaya atas apa yang ia dengar. "Kau gila?! Aku tidak akan melakukannya!"

"Tapi kau tidak punya pilihan lain selain melakukannya!"

"Dia akan mati di sana!"

"Dia tidak akan!"

"Apa jaminannya kalau dia tidak akan mati di sana?! Dia bahkan tidak bisa jauh dari kami keluarganya, bagaimana bisa dia hidup--"

"Kau tidak bisa memanjakannya terus menerus! Dia calon Raja!"

"Aku tidak memanjakannya, tapi hidup di dunia manusia-- Apa kau sudah gila?!"

"Ini semua demi kebaikannya! Kehidupannya di sana akan membuatnya dapat hidup dengan jalannya sendiri. Kehidupannya yang baru akan menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang menentukan keberlangsungan dunia kita." Katanya mencoba untuk memberikan pengertian pada Athanasius.

"Bagaimana kalau dia gagal dan mati di sana tanpa ada yang mengetahuinya."

"Jangan bodoh! Dia abadi, hanya cinta yang dapat membunuhnya! Lagi pula kau satu-satunya orang yang dapat mengetahui apakah dia mati di sana atau tidak. Ingat, kalian itu spesial, kelahiran anak kembar memiliki kelebihan yang melimpah. Jangan menjadi Raja yang bodoh dengan memberi pertanyaan seperti itu.

Kalian berdua adalah calon Raja yang hebat. Perubahan akan terjadi dan kehidupan baru sedang menanti kalian. Pergilah."

Athanasius masih dengan keraguannya walaupun ia juga berpikir bahwa yang dikatakan orang itu benar adanya bahwa ia bisa merasakan keberadaan sang adik sekalipun adiknya tidak berada di sisinya dengan jarak yang begitu jauh.

"Pergilah dan kembalilah segera. Raja dan Ratu membutuhkanmu." Katanya membuat Athanasius tersadar dan ia seakan teringat dengan situasi yang sedang terjadi.

Athanasius langsung melesat masuk ke dalam guna mencari keberadaan portal yang dimaksud. Selama perjalanan menuju tempat yang tidak ia ketahui itu, ia mendengar suara bisikan. Suara memanggil yang tidak tahu suara apa itu, pastinya apapun yang terjadi ia tidak boleh melihat ke arah belakang sekalipun ada bahaya yang datang menghampirinya karena itu menjadi peraturan dalam hutan ini.

Bagi siapa yang melanggar, mungkin saja sesuatu yang mengerikan sedang menanti di belakang sana.

Athanasius terus berjalan sampai pada akhirnya ia menemukan sebuah portal yang kemudian Athanasius meletakkan tubuh sang adik tepat di depan portal itu sesuai perintah dari orang yang mungkin bisa dipercaya.

Setelah ia benar-benar meletakkan tubuh adiknya, ia dapat melihat dengan jelas bagaimana portal itu bercahaya lebih terang dari sebelumnya sampai ia melihat bagaimana portal itu mengeluarkan akar yang langsung menuju ke tubuh sang adik.

Ia dapat melihat akar itu kini berusaha untuk mengangkat tubuh sang adik sampai dimana tubuh itu telah terangkat. Akar itu kembali bergerak untuk membawa masuk tubuh Pangeran. Sebelum akar itu membawa Pangeran masuk, Athanasius berkata pada adiknya yang sedang tidak sadarkan diri itu.

"Jaga dirimu baik-baik, kami menyayangimu. Jangan menangis saat kau tidak menemukan kami lagi berada di sisimu. Hiduplah dengan kebahagiaan." Kata Athanasius sampai akhirnya tubuh Pangeran benar-benar telah masuk ke dalam portal itu dimana ia tidak dapat melihat adiknya lagi entah sampai kapan.

Ia ingin menangis, tapi tidak bisa. Ia tidak diajarkan untuk itu.

"Kakak menyayangimu." Lirihnya.

"Sudah?" Tanya orang itu tiba-tiba saja datang mengagetkan Pangeran.

"..."

"Jangan khawatir, seseorang akan menyambut kedatangannya walaupun sambutannya tidak menyenangkan."

Mendengar itu Athanasius langsung menatap orang asing itu dengan tatapan mengancam.

"Bercanda." Katanya kikuk ya walaupun pada kenyataannya apa yang ia katakan itu bukanlah candaan, melainkan kebenaran.

Hei, dia masih menyayangi nyawanya.

"Aku akan mengejarmu kemanapun itu sampai aku tidak merasakan kehadirannya dalam hidupku." Ancam Athanasius.

Orang itu tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia tidak takut dengan ancaman itu karena ia sangat yakin Sang Raja akan baik-baik saja di sana. Hanya saja kehidupannya itu tergantung bagaimana ia menjalaninya dan bagaimana ia bersikap terhadap orang-orang yang ada di sana.

"Aku bisa menjaminnya. Lagi pula di sana tidak hanya ada Raja, melainkan ada anak dari keturunan Kerajaan lain dimana mereka memang terlahir di sana karena keturunan mereka yang menikah dengan kaum manusia."

Mendengar itu Athanasius kembali melebarkan matanya, itu artinya sama saja adiknya dalam bahaya karena memiliki kekuatan kegelapan.

"Bercanda, astaga kenapa kau terlalu serius!"

"..."

"Mereka tidak akan menyakitinya, di sana tidak seperti di sini. Mereka pasti bisa menerima keberadaan adikmu. Ratu juga tidak bodoh untuk membiarkan anaknya menjauh darinya kalau dia dalam bahaya."

"Kau mengatakan Ratu bodoh?"

"Huh? Tidak, aku tidak mengatakannya."

"Kau iya, aku akan melaporkanmu padanya nanti. Katakan siapa namamu."

"Tidak tahu."

"Terserah, aku akan tetap mengadukanmu. Selamat tinggal orang aneh!"

"YAK!"