Chereads / It's Bad Love / Chapter 14 - IBL 14

Chapter 14 - IBL 14

"Berhenti." Perintahnya pada bawahannya yang saat ini sedang menjadi supirnya.

Mendapat perintah seperti itu, tentunya langsung dilakukan oleh bawahannya. Mobil itu berhenti saat itu juga dan setelahnya tuannya itu turun dari mobilnya tidak lupa membawa pakaian yang sebelumnya telah disediakan oleh bawahannya.

Setelahnya ia memberi pesan pada bawahannya untuk tetap menjalankan mobilnya. Ia memberi tahu pada bawahannya untuk berjalan terus yang intinya bawahannya itu harus pergi sejauh mungkin dari keberadaannya saat ini.

Mematuhi perintah tuannya, ia langsung pergi dari sana yang dimana tuannya itu langsung beranjak dari sana dan memilih untuk bersembunyi sementara waktu sampai dimana matanya dapat melihat sebuah mobil yang melintas di hadapannya.

Itu mobil adiknya, ia sudah mengetahui hal ini akan terjadi. Untuk itu ia mengantisipasi dan turun di tengah perjalanan. Lagi pula, tujuannya tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

"Bukankah dia terlalu bodoh untuk seseorang yang memimpin suatu perusahaan." Katanya terkekeh melihat kekonyolan adiknya yang setelahnya ia beranjak dari sana menuju ke tempat yang seharusnya ia datangi.

Tanpa ia sadari bahwa sesungguhnya mobil yang mengikutinya itu tidak ada penumpangnya, hanya seorang supir yang terus mengikuti mobil di depannya. Sementara penumpangnya sudah keluar dari sana saat ia mengetahui bahwa kakaknya akan melakukan hal yang licik, jadi ia harus menjadi lebih pintar lagi untuk mengelabui kakaknya.

"Ada baiknya menjadi lebih licik untuk mengelabui orang yang lebih licik." Seringainya.

-IBL-

Kakak dan adik itu saat ini tengah berjalan menyusuri hutan Utara dengan sang kakak sebagai pemandunya ya lebih tepatnya si adik sedang menguntit sang kakak yang sampai saat ini belum menyadari bahwa adiknya sedang mengikuti dirinya dari belakang.

Ya kalau di depan atau di samping namanya bukan menguntit lagi.

Keduanya berjalan menyusuri hutan hingga salah satu dari mereka berhenti yang membuat satunya lagi ikut menghentikan langkahnya.

Orang yang lebih tua hanya diam berdiri di depan gubuk tua yang ia sendiri tidak tahu sejak kapan gubuk itu ada begitu pula dengan ia yang lebih muda. Keduanya diam sesaat memikirkan kapan gubuk itu dibangun dan siapa yang berani membangun gubuk di wilayah mereka.

"Cih." Ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam gubuk tua itu yang tentunya tangannya sudah menggenggam sebuah senjata api.

Sementara yang lebih muda melihat sekitar untuk memastikan apakah di sini aman atau tidak. Ia harus memastikan keselamatannya dan keselamatan kakaknya. Setelah ia benar-benar sudah memastikan kalau di situ aman, ia ikut melangkahkan kakinya untuk masuk yang tentunya ia masih dalam kegiatan menguntitnya.

Ia hanya melangkahkan kakinya hanya sampai di depan pintu gubuk itu karena di dalam sana tidak ada ruang untuk bersembunyi dari sang kakak. Dari pintu itu ia dapat melihat sang kakak yang sedang berdiri di depan sebuah benda yang ia sendiri tidak tahu apa itu karena benda itu ditutup oleh kain putih yang begitu lebar sampai menutupi seluruh barang tersebut.

Tapi ada yang aneh di sini, ia tidak melihat kakaknya menatap benda yang tertutup itu, ia malah melihat kakaknya sedang melihat ke arah sesuatu yang ada di baliknya.

Kenapa ia bisa tahu?

Ikatan kakak beradik itu cukup kuat ditambah mereka memiliki kekuatan khusus seperti yang sudah dikatakan pada chapter sebelumnya mengenai kelahiran anak kembar.

Ia masih setia melihat pergerakan kakaknya dari jauh sampai ia mendapati kakaknya sedang mengeluarkan kekuatannya untuk menyingkirkan benda besar itu dari hadapannya.

Saat itu juga ia dapat melihat seseorang yang sedang meringkuk di sudut ruangan itu sambil menutupi wajahnya ketakutan, sepertinya ia mengetahui siapa orang itu. Penyusup yang dikatakan oleh orang kepercayaan sekaligus saudara mereka sebelumnya.

Bola mata itu melebar terkejut saat mendapati sang kakak menaikkan satu tangannya dengan senjata api dalam genggamannya yang terarah pada orang yang ada dihadapannya.

"AZIEL!"

DOR!

Langkahnya terhenti ketika hendak menghentikan sang kakak dalam aksinya saat mendengar suara yang begitu memekakkan telinga.

Tidak tahu apa yang terjadi, kakinya seketika tidak dapat diajak bekerja sama sampai akhirnya ia jatuh berlutut di sana sambil menatap punggung sang kakak dengan tubuh seseorang yang sudah jatuh tidak berdaya di depan sana.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyanya dingin masih bertahan pada posisinya yang membelakangi sang adik.

Namun sang adik hanya bisa diam tidak dapat mengeluarkan suaranya saking terkejutnya.

"Bukankah kau sudah terbiasa? Kenapa kau menjadi orang yang baru pertama kali melihat hal seperti ini?" Tanyanya kini membalikkan tubuhnya dan menatap tajam ke arah sang adik.

Diam.

Sang adik masih bungkam, ia tidak dapat mengeluarkan suaranya seakan ada sesuatu yang membuatnya untuk tetap menutup mulutnya.

"Katakan." Katanya dingin.

Diam menjadi jawaban sang adik yang membuat sang kakak menjadi geram akan perilaku adiknya yang ia anggap tidak sopan.

Ia melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah sang adik sampai dimana ia telah berdiri tepat dihadapan sang adik.

"Katakan."

Diam, namun ia menggerakkan kepalanya dan menatap balik sang kakak dengan tatapan yang tidak kalah tajam.

"Kau tidak bisa membunuhnya." Jawabnya tidak kalah dingin.

"Kenapa tidak?"

"Kau tidak bisa, bahkan aku sekalipun tidak bisa membunuhnya."

Terlihat bibir itu menciptakan sebuah seringai yang begitu menyeramkan.

"Apa kau sudah mengetahuinya?"

Diam, namun ia menjawab dengan wajah yang mengerikan menandakan bahwa jawaban yang diberikan adalah bahwa ia sudah mengetahuinya.

"Tidak dengan sekali serangan, namun bukankah ada cara yang lebih menyenangkan?"

Jawaban itu membuat lawan bicaranya sedikit mengerutkan keningnya tanda ia tidak mengerti sampai pada detik berikutnya ia menyadari akan satu hal.

Sesuatu yang dimana sesuatu akan terjadi dengan rasa sakit yang tidak dapat diukur oleh apapun.

Ia mengerti, tapi ia tidak mengerti dengan hatinya saat ia menatap wajah orang yang tengah menutup matanya karena suara yang memekakkan telinga itu membuatnya tidak sadarkan diri.

Sang kakak yang menyadari perubahan dari adiknya itu langsung mengeluarkan suaranya, "Kita tidak membutuhkan tambahan anggota untuk membangun Kerajaan, bukankah dari awal sudah aku katakan?" Katanya yang setelahnya ia berlalu dari sana.

Sebelum ia benar-benar berlalu dari sana, ia melemparkan pakaian yang ia bawa sebelumnya dan melemparkannya pada sang adik.

"Bawa dia." Katanya yang setelahnya ia benar-benar pergi dari sana meninggalkan sang adik yang sedang menatap orang yang sedang tidak sadarkan diri dihadapannya.

"Bukankah ia bisa menjadi Pangeran atau Putra Mahkota? Masih banyak jabatan yang bisa ia duduki." Tidak tahu apa yang ada dalam benaknya saat ini.

Ia hanya merasakan sesuatu yang tidak akan pernah ia pikirkan, namun ia tidak tahu apa itu. Ia berpikir, apakah mereka benar-benar harus memusnahkannya?

Jika mereka harus memusnahkannya, kenapa ia dilahirkan dari kembaran yang memiliki kekuatan sebaliknya?

Mengapa tidak seperti mereka yang memiliki satu kekuatan yang sama?

Apa yang sebenarnya sedang terjadi?