Mereka semua terdiam saat melihat bagaimana penampilan seorang Theodoric Viggo dengan kegilaan Zayn dan Laszlo yang membawanya pergi ke salon.
Bahkan mereka membelikan Theodoric sebuah gaun lengkap dengan asesorisnya. Jangan lupakan mereka juga membelikan Theodoric sebuah sepatu perempuan. Hal itu tentu saja membuat Max yang ikut hanya bisa menggelengkan kepala tidak percaya dengan kegilaan dua orang itu yang bahkan ia juga ikut terpana saat melihat bagaimana hasil dari kegilaan kedua orang dewasa itu.
Semua orang juga masih belum menyadari bahwasannya orang yang mereka dandani itu merupakan seorang laki-laki.
"Perfect!" Ucap keduanya dengan senyuman konyol mereka.
Maklum saja mereka bertingkah seperti itu, pasalnya mereka tidak pernah memiliki anggota perempuan. Semuanya laki-laki dan itu sangat membosankan. Biarpun Theodoric laki-laki, tapi perawakannya tidaklah cocok untuk menjadi seorang laki-laki. Untuk itu mereka mendandani Theodoric layaknya seorang perempuan. Mereka ingin mengganti suasana dan seketika mereka melupakan jenis kelamin Theodoric.
Tapi itu semua tidaklah benar, pada kenyataannya mereka memiliki sosok perempuan yang mendampingi mereka. Namun perempuan yang dimaksud dalam hal ini tidak tergolong ke dalam anggota mereka, perempuan yang dimaksud merupakan perempuan yang bisa dipermainkan. Istilahnya perempuan itu hanya sebatas mainan mereka saja yang siap untuk dibuang kapanpun mereka mau, mereka tidak pernah menerima anggota perempuan kecuali perempuan tersebut memang pantas untuk berdampingan dengan mereka.
Sampai waktunya tiba, mereka akan terus mencari mainan untuk mereka pakai secara pribadi dan setiap perempuan yang menjadi mainan mereka harus siap menerima konsekuensinya yang pada dasarnya perempuan yang menjadi mainan mereka adalah perempuan pilihan yang tentunya mereka dapatkan dari orang terpercaya.
"Aku pikir mereka sudah mulai gila." Celetuk Max pelan sampai tidak ada seorangpun yang dapat mendengarnya, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak percaya.
Mereka benar-benar membuat Theodoric layaknya seorang perempuan.
Ini gila!
-IBL-
"Aku yang traktir kali ini." Kata Laszlo yang entah setan darimana ia ingin membayar sahabatnya yang lebih kaya darinya.
Biasanya setiap mereka berpergian untuk makan, Laszlo tidak pernah mengeluarkan uang sama sekali. Kedua sahabatnya itulah yang selalu mengeluarkan uang untuknya, lebih tepatnya Aziel yang membayar makan mereka saat berpergian.
"Tidak perlu, aku--"
"Tidak, tidak, hari ini biarkan aku yang membayarnya, ok? Oh ayolah, sekali-sekali temanmu ini mentraktir. Lagi pula di sini tidak ada Aziel, jadi kau tidak bisa menolaknya." Kata Laszlo memotong perkataan Zayn dengan mengedipkan matanya dan jangan lupakan senyuman yang tercipta di sana tanda kemenangan untuk hari ini.
Selama itu Zayn, ia masih bisa melakukan apapun berbeda dengan Aziel. Perkataannya adalah mutlak, ia tidak bisa menolak apapun maupun membantah perkataan Aziel. Bahkan Zayn sendiri yang sebagai saudaranya terkadang tidak dapat menolak maupun membantah perkataan Aziel.
Zayn hanya dapat menghembuskan napasnya pasrah dan membiarkan Laszlo mengeluarkan uangnya untuk mentraktir mereka makan kali ini.
Ya walaupun lumayan menghemat uang yang ia miliki, tapi biar bagaimanapun uang yang ia punya tidak akan pernah habis sekalipun kau membeli sebuah mansion yang sangat mewah.
Saat ini mereka sudah berada di sebuah restoran yang tidak bisa dikatakan restoran biasa. Itu restoran mewah yang dimana semua orang yang makan di sana memiliki dompet tebal. Ya kalian pasti tahu kalangan apa aja yang berada di sana hanya untuk makan saja.
Harga yang fantastis pasti akan memperoleh sesuatu yang fantastis juga, itu setara dengan apa yang mereka dapatkan. Kalau tidak setara, jangan harap restoran itu bertahan lama. Bisa saja dalam detik itu juga restoran itu tutup karena yang datang bukanlah dari kalangan biasa. Mereka berasal dari kalangan elit bahkan bisa dikatakan lebih dari kalangan elit.
Mereka telah memesan dan hidangan itu telah ada dihadapan mereka setelah menunggu beberapa menit lamanya.
Mereka memakan makanan itu dengan nikmat berbeda dengan Theodoric yang bingung dengan apa yang ada dihadapannya. Bahkan ia sedari tadi bingung apa yang dilakukan orang-orang itu padanya.
Dia masih diam dan mengikuti semua yang dilakukan orang-orang itu. Dia hanya bisa diam dalam kebingungannya sampai dimana Max menyadari bahwa Theodoric hanya diam ditempatnya tanpa berniat menyentuh makanannya.
"Kenapa tidak makan?" Tanya Max menatap Theodoric yang dimana membuat mereka menatap ke arah Theodoric saat mendengar suara itu.
Theodoric juga ikut melihat ke arah Max yang menanyakan hal itu padanya.
Diam, Theodoric tidak mengeluarkan suaranya membuat Max geram dibuatnya. Ia tidak di didik untuk kesabaran terhadap orang asing.
"Aku bertanya padamu, jangan membuatku mengulang pertanyaanku." Katanya dengan nada yang mengancam, mirip Aziel sekali.
Theodoric yang merasakan ada sebuah ancaman yang mengincarnya langsung bersikut mundur ketakutan. Perlu kalian ketahui bahwa selama ini Theodoric tidak pernah diperlakukan buruk oleh siapapun kecuali saat-saat terakhir ia akan pergi ke dunia manusia.
Ia juga merasa tertekan akan sesuatu yang tidak bisa ia ingat, sesuatu yang menurutnya sangat menyeramkan.
Satu fakta yang perlu diketahui bahwasannya Theodoric hanya mengingat kenangan indah bersama keluarganya, tidak untuk kekuatannya dan sesuatu yang menyeramkan yang dihadapinya dalam dunianya. Hal itu tentu saja dilakukan untuk mengantisipasi sesuatu yang tidak diinginkan saat ia berada di dunia manusia.
"Hei, kau membuatnya takut." Peringat Laszlo.
Max menatap Laszlo saat ia mendapat peringatan seperti itu, "Aku tidak menakutinya, aku hanya bertanya." Katanya menatap kembali ke arah Theodoric.
Mendengar itu Laszlo hanya memutar matanya malas, bocah itu benar-benar membuatnya jengah akan sikapnya yang sama sekali tidak ia sadari kalau ia telah menakuti seseorang.
Sementara Zayn, ia hanya menjadi penonton. Ia juga bingung kenapa Theodoric tidak menyentuh makanannya yang ternyata sedari tadi ia memperhatikan Theodoric namun ia enggan untuk sekedar mengeluarkan suaranya.
"Makanannya tidak enak? Aku pikir tidak, makanan di sini sangat enak." Kata Max menatap makanannya sejenak dan kembali menatap Theodoric yang ternyata ikut menatap makanannya.
Melihat itu, Max merasa kesal. Ia berpikir apakah orang itu tidak dapat bicara atau orang itu bukan manusia yang tidak memiliki mulut untuk berbicara. "Makan!" Tegasnya merasa begitu jengah membuat Theodoric menyentuh sendok dan garpu yang ada dihadapannya.
Dalam dunia mereka juga menggunakan alat makan seperti itu, jadi tidak heran jika ia mengetahui bagaimana cara menggunakannya.
Perlahan, Theodoric memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya. Walaupun ada keraguan di sana, rasa takutnya membuatnya harus memasukkan makanan tersebut.
Melihat itu, mereka semua kini kembali memakan makanan mereka dimana mereka kembali menikmati acara makan mereka berbeda dengan Theodoric yang tampak kesulitan saat menelan makanan yang ada dalam mulutnya. Lebih tepatnya tersirat keraguan yang cukup jelas di sana mengingat ia tidak tahu makanan apa yang ada di depannya saat ini dan apa saja campuran yang terkandung di dalamnya.