Hari yang baru dengan sambutan cerah dari sang matahari. Terlihat suasana di sana begitu sibuk dengan tuan rumah yang masih asik bergelung dalam selimut mereka. Namun, ada mata yang kini terbuka secara perlahan dimana ia tengah menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Meregangkan ototnya dan setelahnya bangun terduduk di atas tempat tidur itu.
Ia tampak terdiam seraya memperhatikan sekelilingnya dan detik berikutnya ia memperhatikan tangannya yang kemarin terdapat luka akibat alergi yang ia sendiri tidak tahu. Dari apa yang kalian baca, pasti kalian mengetahui siapa orang itu.
Ya, dia Theodoric orang yang kini terbangun akibat tidurnya yang terusik oleh sinar matahari dengan kurang ajarnya masuk dari setiap cela yang tercipta di sana.
Saat ia melihat tangannya, sedikitnya ia terkejut karena tidak mendapatkan luka sama sekali di sana. Ia sampai mengeceknya beberapa kali untuk memastikan apakah tangannya benar-benar telah pulih dari luka alerginya karena yang ia ingat tangannya penuh dengan luka.
Ceklek!
Pandangan Theodoric yang tadinya terkejut melihat tangannya kini telah teralihkan ke arah sumber suara dimana ia melihat seseorang tengah berdiri di depan pintu kamarnya.
Kamar?
Tunggu dulu!
Apakah tempat ini bisa dikatakan kamarnya? Dia sangat mengetahui bahwa tuan rumah yang sesungguhnya tidak menyukai keberadaannya.
"Maafkan saya, tapi anda sudah ditunggu di ruang makan." Kata orang itu membungkuk hormat membuat Theodoric bertanya-tanya kenapa orang itu meminta maaf padanya karena pada kenyataannya ia bukanlah siapa-siapa di sini.
Ia hanya orang asing yang tidak sengaja ditemukan oleh tuannya.
Tidak ingin membuat mereka menunggu lama, Theodoric langsung menganggukkan kepalanya mengerti yang setelahnya ia beranjak dari sana untuk pergi ke tempat dimana orang tadi mengatakan kalau ia harus pergi ke ruang makan.
Sementara orang itu telah pergi duluan mengundurkan diri setelah mendapat jawaban dari Theodoric untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Sedikitnya ia berjalan dengan kebingungan yang membuatnya tidak tahu harus bagaimana memulai kehidupan barunya. Ia tidak berpikir kalau ia akan tinggal bersama seseorang yang tidak ia kenal. Ah, ia jadi merindukan keluarganya dimana ia tidak mengetahui keberadaan mereka dan itu membuatnya sedih.
Ia terus melangkahkan kakinya sampai ia menyadari kalau ia tidak tahu dimana ruang makan itu membuatnya melihat ke sekitarnya untuk mencari orang sebagai petunjuk kemana ia harus melangkah. Sampai dimana ia mendapati salah satu orang yang mengenakan pakaian yang sama dengan orang yang tadi memanggilnya.
Theodoric merasa lega dan ia melangkah untuk mendekat ke arah orang itu. Saat ia sudah berada tepat di belakang orang itu, Theodoric sedikitnya bingung harus berkata seperti apa. Orang itu pasti memanggilnya begitu sopan yang sementara ia hanya orang asing dan mungkin posisinya sama dengan orang yang sekarang berdiri di depannya.
Tapi, tunggu!
Ada yang aneh dengan orang itu membuatnya mengerutkan keningnya dan mencoba untuk melihat apa yang sedang dilakukan orang itu sampai matanya dapat melihat dengan jelas ada cairan warna merah yang sedang dibersihkan orang itu.
Theodoric masih diam dan masih setia untuk melihat apa yang sedang dikerjakan orang itu. Ia bingung dan bertanya-tanya apakah mereka sedang melakukan pewarnaan?
Pertanyaan polos itu membuatnya mengedarkan pandangannya untuk melihat apakah ada ruangan yang sedang dalam proses pewarnaan atau tidak. Namun ia tidak mendapatkan apapun, tidak ada satupun orang yang ada di sana kecuali mereka berdua.
"Astaga!" Orang itu begitu terkejut saat ia membalikkan tubuhnya dan mendapatkan Theodoric yang berdiri di belakangnya.
Tidak hanya orang itu, Theodoric juga merasakan hal yang sama. Keterkejutan orang itu mengelus dadanya berbeda dengan Theodoric yang napasnya sedikit memburu diikuti rasa bingung.
'Ada apa? Kenapa orang itu berteriak?' Kira-kira seperti itulah pertanyaan yang ada dalam benak Theodoric saat ini.
Hei ayolah, orang itu begitu karena keberadaanmu yang tidak diketahui!
Bagaimana mungkin ia tidak terkejut, huh?
Setelahnya orang itu mengatur napasnya, ia kini merapikan penampilannya dan membungkuk hormat saat mengetahui siapa orang yang membuatnya terkejut.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya orang itu begitu sopan.
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Theodoric menggelengkan kepalanya, bukan berarti ia tidak jadi ingin bertanya dimana letak ruang makan. Hanya saja saat ini fokusnya kembali pada cairan warna merah yang ada di depannya saat ini.
Sementara orang tadi memperhatikan ke arah mana Theodoric melihat dan seketika ia dibuat gugup. Ia merasakan tubuhnya yang menegang. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana saat ini dan ia berdoa untuk keselamatannya.
Seketika ada atmosfer yang tidak mengenakan terjadi di sana membuatnya begitu hening sampai dimana sebuah suara memecahkan keheningan itu.
"Apa yang kau lakukan di sana?"
Mereka berdua langsung mengalihkan pandangannya saat mendengar suara itu dan membuat ia bernapas lega. Lihatlah bagaimana cara ia membuang napasnya.
"Aku rasa kau tidak tuli dan segera ke ruang makan semua orang telah menunggumu. Jangan melakukan tindakan bodoh yang membuatmu dalam bahaya saat berada di sini." Katanya dan setelahnya ia berlalu begitu saja menuju ke ruang makan membuat Theodoric dibuat semakin bingung.
Ia melihat sejenak ke arah orang yang tadi mengajaknya bicara dan setelahnya ia berlalu mengikuti orang yang telah berlalu terlebih dahulu.
Saat ia baru melangkahkan kakinya sebanyak lima langkah, matanya tidak sengaja melihat seseorang yang tergeletak di lantai dengan tubuhnya yang tertutup oleh meja yang ada di sana. Ia melihat orang itu tertidur begitu damai di sana dan itu membuat orang yang bersamanya tadi kembali menegang saat menyadari kalau Theodoric melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat.
Orang itu ingin bersuara untuk membuat Theodoric segera pergi dari sana sebelum akhirnya ia melihat Theodoric mengendikkan bahunya dan setelahnya berlalu dari sana yang sekali lagi membuat orang itu bisa bernapas lega.
Tapi ia kembali menegang saat Theodoric kembali menghentikan langkahnya dan melihat ke arah orang yang tengah tergeletak di sana.
"Sebaiknya tidur di kamar, itu akan membuat tubuhmu menjadi sakit." Kata Theodoric dan kini ia menatap ke arah orang yang ada di belakangnya. "Kau harus membangunkannya untuk pindah ke kamar." Katanya yang langsung mendapat jawaban kegugupan nan tegas dari orang itu.
"Tentu! Sa-saya akan melakukannya!" Kata orang itu yang mendapat anggukan dari Theodoric yang kembali melihat orang yang tergeletak di sana.
"Semoga kau mimpi indah." Kata Theodoric yang setelahnya ia benar-benar pergi dari sana menuju ke ruang makan.
Setelah sekian lama tidak mengeluarkan suara, lalu kenapa harus kalimat itu yang keluar dari mulutnya?
Sebenarnya tidak ada yang salah dalam perkataannya, hanya saja apakah pantas ia mengatakan mimpi indah pada orang yang sudah tidak memiliki nyawa lagi?
Ups.