Saat ini si kembar Lansky tengah duduk di ruang keluarga bersama dengan si kecil dan orang asing yang mereka bawa dari wilayah mereka sebelah Utara.
Suasana di sana terlihat begitu hening tanpa ada suara apapun, bahkan jarum jatuh dapat terdengar suaranya saat itu.
Si kecil yang masih tidak menyangka bahwa kedua pamannya membawa orang asing bahkan mempersilahkannya masuk ke dalam salah satu kamar yang ada di mansion itu kini sedang menatap orang asing itu dengan tatapan dinginnya.
"Kenapa di sini begitu mencengkam?" Tanya seseorang yang baru saja datang tidak tahu darimana. "Yak bocah, berhenti menatapnya seakan kau ingin menelannya. Sopan sedikit sama tamu." Lanjutnya saat menyadari bahwa si kecilĀ Max sedang menatap seseorang yang ia yakini tamu si kembar Lansky.
Oh, dia sendiri menyadari bahwa tamu itu tidak berbahaya. Untuk itu ia berani berkata seperti itu pada Max yang notabenenya keponakan dari si kembar Lansky.
Kalau kalian bertanya darimana ia mengetahuinya, itu karena ia memahami bagaimana gerak gerik orang yang ia ketahui sebagai tamu si kembar Lansky.
"Paman diam saja, aku tidak akan memakannya kalau kedua paman bodohku ini memberitahu siapa dia." Celetuk Max membuat si kembar langsung menatap ke arah Max dengan tatapan yang menyeramkan dan itu tidak menyeramkan sama sekali baginya.
Memang selalu cari masalah si kecil Max kita.
"Nah lihatlah, sekarang mereka ingin menerkamku hidup-hidup." Katanya mengadu pada orang yang tadi.
"Bagaimana mereka tidak ingin memakanmu hidup-hidup kalau kau bicara tidak pantas seperti itu." Balas orang itu yang mendapat dengusan dari Max.
"Ada apa kau ke sini?" Tanya Zayn yang mulai membuka suaranya karena orang kepercayaan sekaligus sahabatnya itu datang tanpa diundang, tapi ada satu hal yang pasti--
"Tidak ada, pekerjaanku telah selesai. Jadi aku datang." Jawabnya santai dan mengambil tempat tepat di samping kanan Max.
--setiap dia datang seperti itu, pastinya pekerjaannya telah selesai dan setelahnya ia bebas ingin melakukan apa saja yang ia inginkan.
Max sendiri hanya mendengus melihat tingkah dari sahabat pamannya itu.
"Lalu apa yang terjadi? Aku merasakan hawa yang sangat mencengkam dari luar." Tanyanya menatap ke arah si kembar untuk meminta jawaban dari mereka.
"Paman membawa orang asing ke sini bahkan mereka memperbolehkannya menempati salah satu kamar yang ada di sini." Celetuk Max membuat orang itu menatap si kembar tidak percaya.
"Benarkah? Woah, suatu pencapaian luar biasa! Aku yakin ada sesuatu yang kalian inginkan darinya. Aku sudah mengetahui bagaimana sifat kalian."
Sementara si kembar Lansky hanya memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Max dan jawaban dari sahabatnya itu.
Memang benar mereka tidak pernah membawa orang asing bahkan sampai menempati salah satu kamar yang ada di sana, tapi bukankah setiap orang bisa berubah?
Sebelumnya mari kita perkenalkan orang kepercayaan sekaligus sahabat dari si kembar Lansky yang kini merangkap jadi keluarga mereka.
Wang Laszlo, berasal dari keluarga Wang yang setiap keturunannya akan terus mengabdi pada keluarga Lansky. Tidak tahu bagaimana jalannya keluarga mereka menjadi orang yang akan terus mengabdi pada keluarga Wang mengingat Kerajaan yang telah terlupakan itu memiliki sejarah yang misteri tidak terpecahkan sampai saat ini.
Setiap keluarga Wang yang memiliki anak laki-laki haruslah mengabdi pada keluarga Lansky, begitu peraturannya. Namun hanya satu anak yang akan terpilih untuk mengabdi pada keluarga Lansky jika keluarga Wang memiliki lebih dari satu anak laki-laki.
Jika anak dari keluarga Wang merupakan anak perempuan yang tidak memiliki anak laki-laki, itu artinya keluarga Wang tersebut harus menyerahkan anaknya untuk bekerja di perusahaan keluarga Lansky.
Berbeda dengan mereka yang memiliki anak laki-laki keluarga Wang yang harus bekerja untuk menjaga keturunan dari keluarga Lansky.
Seperti halnya Laszlo yang memiliki saudara laki-laki. Mereka dua bersaudara dengan Laszlo menjadi anak pertama yang seharusnya menjadi penerus dari keluarga Wang, namun Laszlo menolaknya dan lebih memilih untuk mengabdi pada keluarga Lansky. Menurut Laszlo bekerja di perusahaan itu sangat membosankan dan untuk itu ia menyerahkan segalanya pada sang adik yang awalnya sang adik juga menolaknya.
Tidak tahu apa yang dikatakan sang kepala keluarga padanya sampai membuat adiknya itu mau menerima untuk bekerja di perusahaan keluarga Wang.
Hal itu tentu membuat Laszlo penasaran dan menarik ayahnya untuk menanyakan hal itu.
"Apa yang ayah tawarkan padanya? Aku yakin dia tidak akan menerima secepat itu." Tanya Laszlo.
"Tidak ada, ayah hanya mengatakan padanya kalau ia hanya menjalankan tugasnya sampai kontrak mengabdimu pada keluarga Lansky berhenti. Sampai saat itu ia akan bebas dan kau yang akan mengurus perusahaan." Jelas sang ayah membuat Laszlo menatap ayahnya tidak percaya.
Ini gila!
Pekerjaannya di keluarga Lansky tidak sepenuhnya tentang perusahaan yang artinya ia juga harus belajar tentang bisnis selama ia menjalankan tugasnya di keluarga Lansky.
"Apa ayah gila?! Bagaimana mungkin aku--"
Sang ayah hanya bisa menatap anaknya jengah, kedua anaknya sungguh luar biasa.
"Ayah bercanda, tapi tidak bercanda sepenuhnya. Kalian bisa memilih apa yang akan kalian lakukan nantinya. Kau bisa menjadi mengabdi keluarga Lansky, itu terserah kalian berdua. Untuk perusahaan Wang, kalau kalian tidak menginginkannya berikan saja pada keluarga Lansky."
Laszlo melebarkan matanya mendengar penuturan dari ayahnya yang semakin menggila.
"Baiklah, baiklah, aku terima tawaran ayah, tapi tidak menyerahkan perusahaan Wang pada Lansky." Kata Laszlo pada akhirnya menerima kesepakatan itu.
Jangan gila! Ia tidak akan melepaskan warisan turun temurun keluarga Wang pada orang lain sekalipun itu keluarga. Perusahaan itu telah dibangun leluhur mereka mulai dari nol sama seperti keluarga Lansky hingga mampu bersaing seperti saat ini. Kalau itu mereka lepas, artinya tidak ada lagi peninggalan keluarga Wang selain julukan mereka sebagai pengabdi keluarga Lansky.
Mendengar jawaban Laszlo, sang ayah tampak tersenyum bahagia karena ia yakin anaknya itu tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi pada peninggalan keluarga Wang.
Setelahnya sang ayah menepuk pundak Laszlo dengan senyuman yang masih tercetak di sana dan kemudian berlalu dari sana dengan perasaan lega meninggalkan Laszlo yang hanya bisa menarik napas panjang. Ia terlihat pasrah dengan takdirnya.
Andai saja adiknya itu mau menerima peninggalan keluarga Wang, mungkin dia tidak perlu repot-repot mengabdi sekaligus belajar bisnis.
Menyebalkan.
Ingin sekali rasanya ia menerkam adiknya hidup-hidup, lihatlah bahkan saat ini sang adik tengah berdiri tidak jauh darinya menatapnya dengan tatapan kemenangan yang menyebalkan.
"Itu tugasmu, bukan tugasku." Begitulah kira-kira gerakan bibir yang ditangkap oleh Laszlo saat ini yang membuatnya semakin jengkel pada adiknya itu.
Walaupun demikian, ia sangat menyayangi adiknya walau adiknya itu senang sekali memancing amarah seseorang.