Suasana di sana kembali hening dimana semua mata tertuju pada orang asing yang saat ini tengah menatap mereka dengan tatapan bingungnya.
"Sebenarnya kami juga tidak tahu siapa dia." Celetuk Zayn menyadarkan tubuhnya yang membuat mereka melihat ke arah Zayn kecuali Aziel.
"Lalu kenapa dia bisa berada di sini?" Tanya Laszlo bingung atas pernyataan dari Zayn.
Zayn yang mendapat jawaban hanya mengendikkan bahunya seraya berkata, "Tapi Aziel mengenalnya." Celetuknya yang kini mata mereka tertuju kepada Aziel.
Sementara Aziel sendiri tidak mengeluarkan apapun, ia masih setia menatap orang yang ada dihadapannya dengan tatapan dinginnya membuat mereka bingung. Lebih tepatnya hanya Max sama Laszlo karena pada dasarnya Zayn sendiri mengetahui siapa orang yang ada dihadapan mereka.
Sementara ia yang ditatap hanya bisa diam seraya menatap mereka bingung walau ada rasa takut dalam dirinya. Bahkan ia memanggil keluarganya dalam hati walau pada kenyataannya keluarganya itu tidak akan pernah datang lagi menghampirinya.
Mengingat kembali kejadian yang sebelumnya ia alami membuatnya harus menahan rasa sakit dimana ia harus pergi dengan meninggalkan keluarganya yang sedang berada dalam kejadian yang mengerikan menurutnya. Ingatan itu tiba-tiba saja datang padanya yang membuatnya sedih hingga tanpa sadar air matanya turun begitu saja tanpa diperintah membuat mereka yang melihatnya terkejut.
"Yak! Kau membuatnya takut bodoh!" Kata Laszlo memperingati Aziel.
Aziel memalingkan wajahnya menatap ke arah Laszlo. "Aku tidak melakukan apapun." Jawabnya santai membuat Laszlo ingin sekali menampar mulut sahabatnya itu.
"Ck! Dia laki-laki, tapi sangat cengeng." Celetuk Max membuat Laszlo menatap Max tidak percaya.
"Dia--" Kata Laszlo seraya menunjuk ke arah orang yang ada di depannya. "Laki-laki?" Lanjutnya membuat Max bingung atas pertanyaan itu.
Lihat saja kerutan yang tercipta di sana.
"Aku yakin mata paman masih paman masih bagus untuk melihat bahwa dia laki-laki." Jengah Max.
Laszlo terdiam seraya menatap orang itu dengan tatapan tidak percaya. "Aku pikir dia perempuan." Celetuk Laszlo membuat Zayn dan Max hampir mengeluarkan senjata mereka.
"Semua orang pasti menyadari kalau dia laki-laki bukan--"
"Tidak, tidak, semua orang pasti menilainya sebagai perempuan. Lihat rambut panjang putih murni nan halus itu, mata biru, postur tubuhnya, bibirnya, lihatlah bentuk wajahnya. Semua orang pasti akan berpikir kalau dia perempuan!" Kata Laszlo membantah pernyataan dari Max.
Memang benar bahwa orang itu memiliki rambut panjang lurus nan halus berwarna putih, serta mata biru seperti langit itu begitu indah karena binarnya yang cantik, serta bagaimana bentuk wajah dan tubuhnya yang indah itu membuat semua orang pasti mengira bahwa orang itu perempuan bukan laki-laki.
Zayn sendiri ikut memperhatikan orang itu setelah mendengar penuturan dari Laszlo yang setelahnya ia menganggukkan kepalanya. "Kau benar, dia tidak cocok sebagai seorang pria. Apakah kita harus mendandaninya? Kau tahu kan kalau kita tidak memiliki anggota perempuan?" Celetuknya membuat Max menatap Zayn dengan tatapan mengerikan berbeda dengan Laszlo.
"Aku setuju! Dia akan terlihat sangat cantik!"
Ok, sekarang Max dibuat merinding akan kegilaan dua orang dewasa itu. Bagaimana bisa mereka berpikiran untuk mendadani seorang laki-laki menjadi perempuan?
Itu sangat memalukan!
Harga dirinya sebagai seorang pria akan dipertanyakan kalau mereka mendandaninya seperti perempuan.
Sementara Aziel hanya diam tidak memberikan komentar apapun, ia masih setia menatap orang yang ada dihadapannya sampai dimana ia menghembuskan napasnya secara kasar. Sepertinya ia menemukan sesuatu dalam diri orang itu yang tidak dapat ia beritahu pada siapapun.
"Aku serahkan dia padamu sesuai kesepakatan awal dengan syarat dia tidak boleh mengusikku." Kata Aziel pada akhirnya setelah sekian lama ia mengeluarkan suaranya.
"Tenang aja! Aku akan memastikan kalau dia tidak akan pernah mengusikmu." Kata Zayn semangat, ia tidak sabar untuk melakukan hal gila yang ia katakan sebelumnya.
"Kalau dia mengusikku, kau tahu akibatnya bukan?" Kata Aziel menatap dingin ke arah Zayn membuat mereka yang melihatnya merinding.
Tatapan itu bukanlah tatapan dingin biasa, itu tatapan ancaman bagi keselamatanmu.
Berbeda dengan Zayn yang membalasnya dengan tatapan tidak kalah dingin. "Kau juga tahu akibatnya kalau kau melakukan hal itu bukan?"
Si kembar Lansky saat ini sedang beradu mata membuat mereka yang menyaksikannya merasakan hawa yang begitu menyeramkan dari keduanya.
-IBL-
Saat ini Zayn, Max, Laszlo, dan satu orang asing sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan yang biasa disebut dengan kata mall. Mereka berempat saat ini tengah berada di salah satu tempat yang berada di dalam mall itu.
Oh, perlu kalian ketahui bahwa mall tersebut bukanlah sembarang mall. Mall tersebut merupakan mall milik dari keluarga Lansky dimana di dalamnya penuh dengan mereka yang memperlihatkan barang-barang dengan harga yang begitu fantastis dimana semua barang tersebut berasal dari brand terkenal saja.
"Berikan pakaian terbaik kalian untuknya." Kata Zayn mendorong orang itu kehadapan salah satu pekerja yang ada di sana membuat mereka yang melihatnya terpana tidak berkedip karena kecantikannya.
"Oh, aku belum tahu siapa namanya." Celetuk Laszlo.
"Kau benar, aku juga tidak tahu namanya. Hei, siapa namamu?" Tanya Zayn yang ingin sekali rasanya Laszlo sentil kepala sahabatnya itu.
Ia pikir Zayn mengetahui nama orang yang sedari tadi bersamanya.
Sementara ia yang ditanya masih dalam keterdiamannya.
"Dia bisu?" Pertanyaan yang begitu kasar keluar begitu saja dari mulut Laszlo.
"Entah, aku pikir juga begitu. Aku belum mendengar suaranya dari pertama kali bertemu." Terkutuklah Zayn dengan mulutnya yang terlalu mulus mengatakan hal seperti itu.
Max hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku dua orang dewasa itu. Anak itu ingin ikut bersama mereka untuk melihat bagaimana kegilaan mereka yang akan mendandani orang asing yang sampai saat ini ingin ia ketahui identitasnya.
Oh, jangan beritahu pada siapapun kalau anak itu telah memberikan perintah pada orang kepercayaannya untuk mencari tahu siapa orang yang telah dibawa pamannya ke mansion.
"Kau-- beritahu namamu." Kata Max sudah sampai pada batasannya untuk tidak mengeluarkan pertanyaan.
Diam, mereka semua menunggu jawaban orang itu. Bahkan Zayn dan Laszlo ikut diam dan menunda keributan yang telah mereka buat sebelumnya.
Sementara orang itu menatap ke arah mereka dengan tatapan takutnya sampai dimana bibir itu mulai bergerak yang diikuti dengan suara yang keluar dari sana.
"T-theodoric Viggo." Jawabnya pada akhirnya dengan keberanian yang ia miliki.
Viggo, kata yang keluar dari mulut itu membuat Laszlo terdiam. Ia tidak bodoh untuk mengetahui siapa itu Viggo.
"Kau--" Laszlo menggantung kalimatnya yang sepertinya ia cukup terkejut saat mengetahui ada Viggo di sini bahkan saat ini berada dihadapannya.
Ia melihat ke arah Zayn yang juga menatapnya membuat Max yang masih kecil tidak memahami apa maksud dari tatapan kedua orang dewasa itu.
Laszlo sendiri terdiam saat mengetahui maksud dari tatapan Zayn dan detik berikutnya ia bertingkah seperti biasa seakan ia tidak mengetahui apapun.