Terdapat rumah yang begitu megah berdiri di tengah lebatnya pepohonan yang mengelilinginya. Di sana, sebuah mansion yang begitu mewah berada di tengah hutan yang begitu menyeramkan bagi siapa saja yang melihatnya dari luar. Tidak ada satu orangpun yang mengetahui bahwa di dalam hutan itu mempunyai sebuah mansion yang begitu indah.
Tidak seorangpun yang tahu kecuali mereka yang memang tinggal di sana ataupun mereka yang bekerja di dalam mansion itu.
Mansion itu sengaja di bangun untuk mereka sebagai tempat singgah mereka atau bisa saja menjadi tempat persembunyian. Tidak ada yang tahu alasan mansion itu dibangun di tengah hutan seperti itu kecuali mereka yang berhubungan dengan mansion tersebut.
"Apa kau merasakannya?"
"Hm."
"Apa yang akan kita lakukan dengannya?"
"Kenapa kau harus bertanya padaku? Tentu saja kita harus menghabisi nyawanya."
"Apa kau tidak ingin bermain-main dengannya?"
"Aku punya mainan, untuk apa menambah lagi?"
"Ck. Kalau begitu berikan dia untukku."
"Terserah, tapi kau harus membunuhnya secepat mungkin. Memiliki tiga Raja sekaligus tidak memungkinkan untuk mengundang kehancuran."
"Aku tahu, tapi ada yang beda dari anak itu."
"Aku tidak peduli, tugasmu hanya untuk membunuhnya. Jangan biarkan dia hidup."
"Hm, aku mengerti." Jawabnya malas sebagai penutup percakapan dari dua orang yang tengah berada di salah satu ruangan mansion tersebut.
Mereka berdua merupakan pemilik dari mansion yang berada di tengah hutan yang menurut rumornya hutan tersebut begitu menyeramkan karena tidak seorangpun yang masuk dalam hutan itu keluar dengan selamat.
BRAK!
Terbukanya pintu secara kasar itu mengundang amarah dari kedua orang yang berada di dalamnya.
Namun, mereka kembali meredam amarah mereka saat mengetahui siapa dalang dari keributan yang terjadi.
"Lapor! Ada penyusup dari arah Utara." Katanya terengah-engah yang sepertinya ia baru saja berlari entah darimana menuju ruangan yang terdapat dua orang yang diyakini sebagai pemilik dari mansion tersebut.
"Kami sudah tahu." Jawaban itu membuat orang itu kini menatap datar ke arah keduanya.
"Kalau begitu aku tidak perlu repot-repot berlari untuk datang menghampiri kalian." Katanya malas.
"Itu tugasmu. Walaupun kami sudah tahu, kau harus tetap memberitahu kami. Kalau tidak seperti itu kau tidak memiliki kerjaan."
"Yak! Ada banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan selain memberi laporan tidak penting seperti ini pada kalian, ck!"
Sementara keduanya hanya menatap malas ke arah orang itu.
"Pergilah dan bawa dia kehadapan kami."
"..." Tanpa mengatakan apapun, ia langsung pergi begitu saja untuk melaksanakan perintah dari tuannya yang menyebalkan.
Kalian pasti bingung bukan hubungan mereka seperti apa sampai ia tidak perlu terlalu formal terhadap dua orang yang diketahui sebagai tuannya?
Di sini ia sebagai bawahan dari kedua orang tersebut yang dimana mereka masih memiliki hubungan darah. Ia dengan kedua orang itu bisa dikatakan keluarga. Walaupun demikian, ia memiliki harta yang sama banyaknya dengan kedua orang itu yang dimana kekayaannya berada di bawah mereka satu tingkatan.
Lalu kenapa ia memilih untuk mengambil alih pekerjaan sebagai bawahan kedua orang itu? Hal ini masih berhubungan dengan balas budi dimana orang tua dari kedua saudara itu meminta ia untuk menjaga kedua anaknya serta melaporkan apa saja yang terjadi pada anaknya. Biarpun begitu, ia tidak akan memberitahu saudaranya itu kalau ia tergolong ke dalam tangan kanan orang tua mereka.
Ia tentu saja menyetujui permintaan orang tua dari saudaranya itu mengingat orang tua saudaranya itu telah menyelamatkan nyawa dari keluarganya yang hampir saja terbantai di masa lalu oleh orang yang tidak dikenal yang mungkin saja itu musuh dari salah satu rekan bisnis ayahnya.
Belum sampai ia keluar dari mansion megah itu, terdengar deringan yang berasal dari handphonenya.
"Apa?" Tanyanya, sepertinya ia masih kesal dengan dua saudara itu.
"..."
"Kalau tidak ada yang ingin kau--"
"Tidak perlu mencarinya."
"Hah?"
"Aku rasa kau tidak punya penyakit tuli."
"Kau benar, tapi bicaralah dengan benar!" Katanya bertambah kesal.
'Berikan padaku.' Terdengar suara orang yang ia tahu siapa itu, sepertinya itu saudara yang satunya dimana saudaranya itu masih memiliki hati walau sedikit.
"Kau tidak perlu mencarinya, penyusup kau yang katakan tadi. Jangan membuang tenagamu, sebaiknya kau kembali dan kerjakan pekerjaanmu yang lain."
"Kalian berhasil menangkapnya?"
"Tidak, dia menghilang."
"Hah?! Bagaimana--"
Tut... Tut... Tut...
Sambungan telepon itu terputus secara sepihak yang kita ketahui siapa dalang dari dibalik putusnya sambungan telepon itu.
"Sial! Aku belum selesai bicara!" Kesalnya yang setelahnya ia mengingat apa yang baru saja ia dengar dimana ia mendengar bahwa penyusup dari arah Utara menghilang begitu saja tanpa jejak bagaiman ditelan bumi.
"Ck! Dasar manusia jadi-jadian." Gerutunya yang setelahnya ia membalikkan badannya untuk melangkah masuk demi menyelesaikan tugasnya yang lain.
Sementara itu, kedua saudara yang telah berhasil membuat saudaranya yang lain jengkel itu tengah santai menikmati minuman mereka yang baru saja tiba.
"Ingin mencarinya?"
"..."
"Tidak perlu menjawabnya aku sudah tahu jawabanmu." Katanya jengah melihat sikap saudaranya yang tidak pernah berubah.
"Sebaiknya kau mencarinya dan temukan dia secepatnya sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Kau tahu maksudku." Katanya tanpa melihat saudaranya yang lain.
"Bukankah yang seharusnya berkata seperti itu aku? Tidak perlu berpura-pura, aku tahu kalau kau tahu dimana keberadaannya."
"Itu bukan urusanku, tugasmu hanya perlu mencarinya."
"Setidaknya berikan titik terang dimana keberadaannya."
"..."
"Ck! Percuma bicara sama tembok." Kesalnya yang setelahnya ia menghabiskan sekali tegukan minuman yang ada dihadapannya dan pergi berlalu dari sana.
Sementara satu diantara mereka hanya melihat tanpa berkata apapun sampai dimana ia tidak melihat keberadaan saudaranya lagi.
Menatap minumannya sekilas tanpa menyentuhnya kembali dan langsung pergi begitu saja dengan arah yang berbeda dari saudaranya tadi.
"Tuan--"
"Siapkan mobil dalam hitungan dua menit." Katanya tidak ingin mendengarkan apa yang hendak disampaikan bawahannya kepadanya.
"Baik!" Kata bawahannya yang langsung pergi dari sana demi mempersiapkan apa yang diinginkan oleh tuannya itu.
"Siapkan pakaian." Katanya lagi pada bawahannya yang lain dimana saat itu bawahannya masih berada berdiri di sampingnya.
"Baik!"
Tanpa ia sadari kalau saudaranya yang lain menyaksikan apa yang sedang ia lakukan.
"Sepertinya aku tidak perlu mencarinya." Gumamnya yang dimana ia tahu apa yang hendak dilakukan oleh saudaranya yang menyebalkan itu.
"Apa?"
"Yak! Kau mengagetkanku!" Katanya mengelus dadanya karena terkejut dengan kehadiran saudaranya yang tiba-tiba saja telah berdiri di depannya.
"..."
"Apa kau ingin menjemputnya?" Tanyanya masih dengan kegiatan mengelus dadanya.
"Tidak, kau tahu apa yang akan aku lakukan."
"Kau gila! Bukankah kita sudah sepakat untuk menyerahkannya sebagai mainanku?!"
"..." Tanpa berkata apapun saudaranya pergi begitu saja yang mengundang teriakan saudaranya yang lain.
"Yak! Kau tidak bisa bertindak seperti itu! Yaish!" Katanya langsung mencari bawahannya untuk menyediakan mobil guna mengikuti saudaranya dengan kegilaannya.