Chereads / ANESKA BELAVINA / Chapter 18 - PERSIAPAN

Chapter 18 - PERSIAPAN

Menit ke menit telah berlalu, anak-anak sudah terlihat lelah dengan mata pelajaran yang sedang dilaluinya. Ada yang mengantuk, menguap, ada juga yang hanya bercermin dengan menyembunyikannya di antara kertas yang dipegangnya. Begitulah suasana kelas bila menuju ke siang hari.

"Aneska," bisik Laras yang duduk disebelahnya.

Aneska hanya melirik sekilas tanpa menjawab, tangan dan otaknya sedang sibuk mengerjakan tugas yang diberikan Guru di depan.

"Aku mengantuk sekali. Mataku hampir tidak bisa dibuka," bisik Laras lagi, mengucek matanya pelan.

"Kerjakan tugasnya biar otakmu bekerja, jadi kamu tidak mengantuk," jawab Aneska.

"Sudah tapi aku tidak bisa berpikir, kantuk mengalahkan otakku," jawab Laras menguap, melihat ke sekeliling. Teman temannya juga tidak jauh berbeda dengan dirinya.

"Memangnya kamu tidur jam berapa semalam?" tanya Aneska yang merasa heran, Laras tidak bisa mengalahkan rasa kantuknya.

"Sudah larut, aku tidak bisa tidur. Tidak tahu kenapa? Dipaksa tidur juga tidak bisa tidur," jawab Laras berbisik karena Guru pengajar sedang melihat ke arah mereka berdua.

Aneska terdiam, fokus kembali mengerjakan tugas-tugas yang sedang diberikan Guru kepadanya.

Tidak lama kemudian bunyi bel tanda istirahat berbunyi. Anak-anak langsung bersemangat, mata yang tadi hampir tidak bisa di buka sekarang terbuka lebar begitu mendengar bunyi bel.

"Anak-anak tugasnya dilanjutkan di rumah, pertemuan berikutnya dikumpulkan," kata Bu Guru yang merangkap sebagai wali kelas Aneska.

"Iya, Bu," jawab anak-anak serempak.

"Ibu lupa, ada satu pengumuman yang harus disampaikan."

Anak-anak yang sedang sibuk memasukkan buku ke dalam tas seketika berhenti, begitu Guru mengatakan ada pengumuman.

"Besok, kalian belajar seperti biasanya sampai jam istirahat pertama karena Sekolah kita akan kedatangan tamu dari Kota."

"Tamu?" tanya salah satu murid laki-laki.

"Iya, beliau salah satu pengusaha yang cukup berhasil dalam usahanya. Sekolah sengaja mengundangnya untuk memberikan motivasi kepada kalian, karena sebentar lagi akan menghadapi ujian Sekolah. Sekolah berharap, kalian semua bisa terpacu untuk mencontoh orang-orang yang sukses. Agar kelak kalian setelah lulus Sekolah, bisa berhasil di lingkungan masyarakat."

"Perempuan atau laki-laki Bu?" tanya Seli.

"Kita lihat saja besok," jawab Bu Guru tersenyum. "Itu pengumuman dari Ibu. Sekarang kalian istirahat. Selamat siang," ucap Bu Guru kemudian pergi ke luar dari kelas.

Setelah Bu Guru pergi, kelas kembali riuh dengan suara anak-anak yang membahas pengumuman tadi.

"Kira-kira siapa yang datang dari kota?" tanya salah satu murid.

"Tidak tahu, Bu Guru tadi tidak memberi tahu," jawab yang lain.

"Berarti besok kita hanya belajar setengah hari," timpal yang lain.

"Iya, betul. Aku ingin tahu siapa yang datang. Siapa tahu yang datang seorang pangeran, pasti dia banyak uangnya. Bukankah dia pengusaha sukses?" celetuk murid perempuan.

"Besok aku akan berdandan cantik, siapa tahu dia masih muda dan tertarik melihatku," jawab yang lain.

Aneska hanya senyum-senyum saja mendengar celetukan-celetukan teman sekelasnya. Tidak lama kemudian kelas kembali sepi, semua murid telah ke luar entah ke mana.

Yang tertinggal hanya Aneska dan Laras yang juga bersiap akan ke luar dari kelas menghilangkan kepenatan yang ada di otaknya.

"Kita ke kantin," ajak Laras. "Aku ingin minuman yang segar, biar mataku bisa terbuka."

"Ayo, aku juga ingin minuman segar," jawab Aneska, melangkah mengikuti Laras yang berjalan lebih dulu.

Di pintu ke luar kelas. Laras dan Aneska hampir bertabrakan dengan Damar yang berlari melewati mereka. Meski pun hanya beberapa detik Damar lewat tapi cukup membuat hati Aneska dan Damar berdegup kencang saat mata mereka saling beradu tatap.

"Kenapa dengan si Damar berlari begitu? Tidak lihat-lihat orang." Laras mengusap dadanya karena kaget, berhenti sejenak.

"Tanyalah padanya, aku tidak tahu," jawab Aneska meneruskan langkahnya melewati Laras.

"Aku sampai kaget hampir tertabrak," ucap Laras kembali melangkah mengikuti Aneska.

Tiba di kantin, banyak murid yang sudah duduk dengan menikmati makanan mereka diselingi dengan tawa canda di antara mereka.

Aneska dan Laras mengedarkan pandangannya ketika salah satu tangan melambai menyuruhnya mendekat. "Sini," teriak Seli.

Aneska dan Laras mendekat karena di sebelah Seli masih ada kursi kosong yang cukup untuk mereka berdua.

"Kalian sudah pesan makanan?" tanya Seli.

"Belum, baru juga datang. Tapi nampak antriannya banyak," jawab Laras yang langsung duduk di sebelah Seli.

"Aku juga tadi mengantri lama tapi itu tidak sebanyak tadi," kata Seli. "Aku duluan ya makannya, nanti mie ayamnya keburu dingin."

"Iya, makan saja," jawan Aneska.

"Aku yang pesan minumannya, kamu tunggu di sini. Biar cepat," kata Laras.

Aneska buru-buru mengambil uang di saku seragamnya memberikannya ke Laras. "Ini uangnya, aku ingin jus jeruk."

"Iya," jawab Laras, mengambil uang yang diberikan Aneska lalu pergi.

Aneska duduk di depan Seli yang sedang asik makan mie ayam. Pandangannya melihat sekitar yang ramai oleh tawa canda anak-anak.

"Kamu hanya minum?" tanya Seli.

"Aku masih kenyang, tadi sudah sarapan nasi goreng di rumah," jawab Aneska melihat Seli yang nampak kepedesan.

"Aku ingin cepat-cepat hari esok, melihat tamu Sekolah yang datang," kata Seli.

"Sabar saja, besok juga ketemu. Memangnya mau apa?" tanya Aneska tersenyum.

"Ingin lihat saja," jawab Seli. "Mudah mudahan laki-laki jadi bisa cuci mata lihat yang ganteng," jawab Seli.

"Di sini juga banyak laki-laki. Lihat yang di depan, itu laki-laki semua." Tunjuk Aneska dengan matanya.

"Itu beda, bosan tiap hati lihat yang itu-itu saja. Sesekali lihat yang bening dari kota. Bersih, putih, wangi," ucap Seli dengan wajah mengkhayal.

Aneska tertawa kecil melihat Seli yang sedang berangan angan membayangkan laki-laki kota. "Sudah, hentikan khayalanmu, nanti kamu gila."

Seli ikut tertawa kecil, merasa lucu dengan dirinya sendiri.

Laras datang dengan membawa dua gelas plastik jus ditangannya. "Ini punyamu jus jeruk dan ini punyaku jus strawbery."

"Terima kasih." Aneska langsung menyedot jusnya, terasa segar di tenggorokannya.

Laras duduk disebelah Seli. "Minum Seli, wajahmu sampai merah begitu karena kepedasan."

Aneska kembali melihat sekeliling, matanya menyapu seluruh ruangan seperti sedang mencari seseorang tetapi tidak ada.

"Kita ke kelas, di sini terasa panas," ajak Laras melihat Aneska.

"Tunggu! Mie ayam aku tinggal sedikit lagi. Kita bareng ke kelasnya," kata Seli.

Laras melihat mangkuk Seli yang memang tinggal sedikit lagi mie ayamnya. "Cepatlah."

Setelah selesai Seli makan, mereka bertiga lalu ke luar dari kantin menuju ke kelas.

"Sekarang anggota OSIS sedang sibuk mempersiapkan untuk acara besok," ucap Seli ketika mereka berpapasan dengan salah satu bendahara OSIS.

"Pantas saja tadi si Damar berlari seperti dikejar setan," jawab Laras.

"Kamu dulu ditawarin jadi anggota OSIS tidak mau, kenapa?" tanya Seli melihat Aneska. "Padahal katanya jadi sekretaris OSIS."