Suasana Sekolah mulai ramai, semua Guru telah duduk dideretan kursi yang telah disediakan. Tidak terkecuali dengan Pak Kepala Sekolah yang telah duduk diurutan kursi paling depan.
Ada beberapa orang yang Laras dan Aneska tidak kenal, ikut sibuk mempersiapkan acara yang nampaknya akan segera dimulai.
"Sepertinya acara akan dimulai, lihatlah kursi yang di depan telah terisi semua kecuali beberapa kursi yang paling depan yang belum terisi. Mungkin itu untuk tamu undangan yang akan segera datang," kata Laras berbisik ke Aneska.
"Sepertinya begitu, aku jadi penasaran. Seperti apa sih orangnya sampai Sekolah kita mengundang mereka. Siapa sih namanya yang akan menjadi motivator untuk kita semua?" tanya Aneska.
"Aku tidak tahu," jawab Laras. "Namanya ada dipapan pengumuman tapi aku lupa tidak membacanya. Yang aku dengar katanya pengusaha muda yang sudah sukses dengan IQ yang di atas rata-rata, makanya Sekolah secara khusus mengundangnya ke sini."
Aneska manggut-manggut. "Berarti dia hebat kalau masih muda tapi sudah sukses. Aku jadi penasaran," ucap Aneska.
"Aku dengar juga katanya dia ini belum menikah alias masih bujangan," ucap Laras dengan mata berbinar.
"Menurutku walau pun dia itu bujangan tapi tidak mungkin kalau tidak punya kekasih. Mustahil!" kata Aneska.
Laras tertawa kecil. "Betul juga apa katamu, bisa saja pacarnya banyak. Mana ada laki-laki yang pengusaha terpandang begitu tidak punya pasangan?"
"Tumben pinter," jawab Aneska ikut tertawa.
"Ssst, berisik!" Tegur salah satu temannya yang berdiri dibelakang mereka.
Laras dan Aneska langsung terdiam karena murid yang lain juga ikut melihat ke arah mereka berdua.
Terdengar dari depan, alat pengeras suara sedang dicoba oleh salah satu anggota OSIS. Untuk memastikan nanti, di saat acara sedang berjalan tidak ada masalah.
Semuanya telah siap, tidak nampak lagi orang yang berlalu lalang. Sepertinya acara akan segera dimulai. Laras dan Aneska serta semua siswa yang berdiri dilapangan, sekarang pandangannya tertuju pada dua buah mobil yang baru saja masuk.
Nampak orang-orang dengan tanda pita di tangan segera menghampiri salah satu mobil yang terbilang cukup mewah untuk ukuran di Desa.
Beberapa Guru yang terlibat dalam penyelenggaraan acara ikut menyambut, tidak terkecuali semua anggota OSIS yang telah siap menyambut dengan Damar yang berdiri paling depan.
Beberapa orang dari mobil yang tadi datang bersamaan, langsung turun mendekati mobil mewah yang nampak belum terbuka, diikuti beberapa orang yang memakai tanda pita di tangan.
Galang segera membuka pintu mobil. "Ayo, semuanya sudah siap. Mereka sudah menunggu kalian dari tadi."
Ketiga laki-laki yang ada di dalam mobil pandangannya melihat ke arah depan. "Banyak sekali muridnya. Walau pun di Desa tetapi cukup bagus untuk mengadakan acara seperti ini," kata Josh melihat sekelilingnya.
Ervin melihat Thomas. "Tenang, rileks. Mereka tidak akan memakanmu, hanya ingin mendengar kisahmu menjadi orang sukses. Harusnya kamu bangga menjadi motivator untuk mereka. Bawa santai saja, anggap kamu sedang berkencan."
Thomas tersenyum, menarik napas panjang lalu mengeluarkannya secara perlahan. "Tenang, jangan gugup," ucap Thomas sambil mengelus dadanya sendiri.
"Ayo, mereka sudah menunggu. Malu dengan tubuh yang besar dan tampang yang ganteng, masa menghadapi anak Sekolah saja sudah gugup?" ucap Galang.
"Berisik!" jawab Josh.
"Ayo!" ajak Galang lagi. "Kasihan mereka sudah lama menunggu."
Josh akhirnya yang pertama kali ke luar, kemudian Thomas dan yang terakhir Ervin.
Semua orang yang melihat ketiga orang yang baru ke luar dari mobil dibuat ternganga, apalagi murid perempuan yang tidak berkedip melihat tiga orang pangeran datang ke Sekolah mereka.
"Ya Tuhan, apa itu orang? Ganteng sekali," ucap Seli yang tidak sadar bicara di antara murid yang lain.
"Iya, mereka sangat tampan sekali," jawab siswi yang lain.
Begitu pun dengan Laras yang tidak melepaskan pandangannya dari ketiga orang yang tengah disambut oleh semua Guru. "Aneska, mereka seperti pangeran dalam negeri dongeng. Ya Tuhan, tampan sekali mereka bertiga."
Aneska dalam hatinya memang mengakui kalau mereka bertiga memanglah sangat tampan, tetapi dirinya tidak seperti yang lain begitu heboh. Aneska hanya tersenyum melihat ketiganya yang sedang bersalaman dengan semua Guru, kemudian mereka duduk di kursi paling depan.
Tidak lama kemudian acara segera dimulai, nampak di depan sambutan demi sambutan mulai berjalan satu per satu. Aneska dan murid yang lain hanya berdiri melihat setiap acara yang silih berganti.
Laras yang berdiri disampingnya menyenggol lengan Aneska. "Di antara mereka bertiga, siapa nanti yang akan menjadi motivator?" tanya Laras.
"Aku tidak tahu tapi jika di lihat dari pakaian yang mereka kenakan sepertinya laki-laki yang memakai setelan jas itu yang akan menjadi motivator," jawab Aneska berbisik.
"Kamu memang pintar, sampai sedetil itu kamu memperhatikan orang. Dari tadi aku hanya menebak saja tapi tidak kepikiran sampai sejauh itu," jawab Laras berbisik.
"Aku hanya menduganya saja," kata Aneska pelan.
Satu per satu acara telah berlangsung, sampai pada acara puncaknya yang telah dari tadi ditunggu oleh semua orang.
Laras dengan konsentrasi penuh melihat ke depan ingin mendengar siapa nama yang akan dipanggil sebagai motivator.
"Siapa namanya?" tanya Aneska yang kurang jelas mendengar karena semua murid wanita bertepuk tangan dengan suara teriakan.
"Thomas William," jawab Laras, pandangannya tidak lepas ke depan melihat Thomas yang berdiri di depan dengan memegang pengeras suara.
"Ya Tuhan, gantengnya," celetuk seseorang dari arah belakang.
Berbeda dengan para murid laki-laki yang nampak lebih tenang. "Biasa saja lagi! Baru lihat begitu saja sudah histeris. Lebih ganteng aku daripada dia," ucapnya.
"Iya, nih. Seperti tidak pernah lihat laki-laki ganteng saja. Dari tadi berisik!" jawab yang lain.
Karena suara yang saling bersahutan tidak mau kalah antara murid wanita dan laki-laki dari arah belakang, akhirnya menimbulkan suara yang gaduh berisik ke mana-mana.
Pihak keamanan Sekolah mendekati asal suara yang gaduh. "Jangan berisik, dengarkan yang di depan!" ucapnya tegas melihat ke semua murid.
Hanya dalam beberapa detik, suasana menjadi hening. Semua murid fokus kembali melihat ke depan. Begitu pun dengan Laras yang dari tadi mengajak Aneska bicara, sekarang diam seribu bahasa karena takut ditegur.
Aneska dengan mata memicing melihat Thomas yang sedikit demi sedikit sudah mulai bicara. "Wajahnya memang tampan sekali. Sepertinya dia blasteran, Thomas william pengusaha muda yang sukses dan aku juga dengar dia punya IQ di atas rata-rata." Aneska bicara sendiri di dalam hatinya.
Pandangan Aneska pun jatuh pada dua orang yang sedang duduk di depan. "Lalu siapakah dua orang itu? Apa mereka juga sama-sama pengusaha sukses yang akan memberikan motivasi juga?"