Tepuk tangan terdengar sangat meriah ketika puncak acara akan segera dimulai. Dengan suara yang lantang, selaku pembawa acara memanggil Thomas untuk maju ke depan.
Thomas yang masih duduk disebelah Ervin nampak menarik napas untuk menghilangkan kegugupannya sebentar. Ervin yang melihat Thomas gugup, nampak berbisik. "Tenang, jangan gugup. Mereka hanya ingin mendengarkan kisahmu bukan untuk memvonis hukuman mati untukmu."
Josh yang sedikit mendengar bisikan Ervin, tersenyum dan ikut berbisik. "Jangan kencing dicelana. Malu dengan gadis Desa," ucapnya.
Setelah dipanggil Thomas hanya diam saja, pembawa acara memanggil kembali. "Silahkan untuk Pak Thomas William, waktu dan tempat kami persilahkan."
"Cepat," kata Ervin menyenggol tangan Thomas untuk maju ke depan.
Thomas berdeham sebentar, kemudian melihat ke arah timnya yang sedang melihat kearahnya. Galang nampak mengangguk agar Thomas segara maju.
Thomas menepiskan semua kegugupan yang ada dalam dirinya, berdiri dengan gagahnya membetulkan kancing jasnya sebentar kemudian melangkah dengan tegas menuju ke podium, tempatnya akan memberikan sedikit motivasi pada seluruh murid SMU Harapan Bangsa.
Hening, itu yang terasa di saat Thomas melangkah menuju ke depan. Semua mata memandang, tidak terkecuali dengan Aneska yang begitu tajam melihat ke arah Thomas. "Ternyata wajahnya blasteran, pantas saja dia tinggi dan putih. Tapi lumayan juga, ganteng," ucap Aneska dalam hati.
Thomas yang sudah berdiri di depan, menyapu pandangannya ke seluruh penjuru yang ada didepannya. "Jangan gugup, tetap fokus," Thomas bicara sendiri di dalam hatinya.
Terdengar tepuk tangan meriah menyambut Thomas yang berdiri di depan dengan tersenyum. Begitu pun dengan Ervin dan Josh yang ikut memberikan tepuk tangan untuk sahabatnya.
Sepatah dua patah kata Thomas mulai ucapkan, dimulai dari perkenalan namanya sampai dengan semua yang menyangkut dirinya. Hal yang ditakutkan Thomas tidak bisa bicara di depan banyak orang akhirnya terbantahkan. Seiring berjalannya waktu dengan santainya, akhirnya Thomas bisa menguasai keadaan.
Hening, semua mendengarkan apa yang dikatakan Thomas di depan. Menyimak seluruh perjalanan hidup Thomas sampai dia menjadi sukses dan punya perusahaan sendiri, menciptakan lapangan kerja untuk orang-orang. Sampai pada sesi tanya jawab pun, dengan santainya Thomas bisa menjawabnya dan menjelaskannya sehingga di mengerti semua yang mendengarkan.
Tidak terasa waktu terus bergulir sehingga waktu yang diberikan telah habis. Tepuk tangan sangat meriah terdengar menggema ketika Thomas menutup semua kisah hidupnya.
"Hebat, sangat hebat. Ini salah satu contoh yang harus kalian ikuti ketika sudah terjun ke dalam lingkungan masyarakat. Contoh orang sukses yang berdiri karena kerja kerasnya," ucap sang pembawa acara langsung maju ke depan sebelum Thomas kembali kekursinya.
"Saya juga tidak terlalu hebat dengan apa yang telah aku lakukan. Di luar bahkan dibelahan dunia lain, banyak sekali orang-orang yang lebih sukses dari saya," kata Thomas merendah.
"Selain sukses dan punya paras yang sangat tampan, ternyata Pak Thomas juga sangat rendah hati," kata pembawa acara. "Karena ini adalah kesempatan langka yang jarang terjadi, alangkah lebih baiknya kalau kita juga memperkenalkan orang-orang sukses lainnya. Bagaimana?" tanya pembawa acara sambil bercanda dengan diakhiri tertawa kecil. "Kalian mau?" tanyanya kemudian.
"Mau!" Jawab semua dengan serentak.
"Baiklah," pembawa acara menjeda sebentar ucapannya untuk mengambil napas. "Inilah salah satu pengusaha yang juga sangat sukses, masih muda dan sangat bertalenta dan tentunya banyak wanita di luar sana yang mengantri ingin menjadi pendamping hidupnya, Josh Abraham."
Josh yang namanya disebut, beberapa detik sempat melongo. "Kenapa aku dibawa bawa? Sialan nih orang," dalam hatinya Josh menggerutu.
Ervin menyuruh Josh untuk maju ke depan. "Maju," ucapnya dengan tersenyum meledek menyenggol lengan Josh, dirinya tahu sahabatnya kesal karena namanya dipanggil.
Mau tidak mau, Josh dengan tingkat percaya diri yang tinggi maju ke depan. Kemudian tersenyum menyapa semua orang yang ada didepannya padahal dalam hatinya menggerutu kesal karena dipanggil untuk maju ke depan.
Thomas yang berdiri disampingnya, menahan tawa melihat Josh yang wajahnya menyembunyikan rasa kesal. Thomas sangat tahu, meski pun Josh tersenyum di depan semua orang tetapi hatinya sangat kesal.
Setelah melihat Josh selesai memperkenalkan diri, pembawa acara memanggil satu nama lagi. "Ervin Wijaya, seorang pengusaha yang juga sangat sukses. Kami persilahkan juga untuk Pak Ervin maju ke depan."
Ervin yang sedang duduk santai di buat melongo, tiba-tiba dirinya juga dipanggil untuk ke depan. Dalam hatinya Ervin bertanya-tanya sendiri. "Acara apa sih ini sebenarnya? Kenapa semua orang dipanggil? Aji mumpung ini namanya. Sialan nih, si pembawa acara!"
Karena Ervin hanya diam saja, akhirnya pembawa acara memanggilnya lagi. "Silahkan Pak Ervin, untuk ke depan."
Mau tidak mau seperti Josh, akhirnya Ervin juga maju ke depan dengan hati yang dipenuhi dengan kekesalan. Berdiri di depan, disamping Thomas. Mereka bertiga berjejer seperti orang yang sedang mendapat hukuman dari guru.
Thomas menyenggol tangan Ervin. "Senyum, perlihatkan gigimu," bisik Thomas meledek.
Ervin dengan terpaksa tersenyum sambil mendengarkan pembawa acara memperkenalkan mereka lagi satu per satu lengkap dengan jabatan mereka bahkan nama perusahaan mereka.
Ervin menyapu pandangannya ke seluruh murid yang ada didepannya. Sekarang matanya bisa melihat wajah-wajah yang dari tadi berada dibelakangnya ketika dirinya sedang duduk.
Di antara barisan yang paling depan, nampak Aneska tidak memalingkan pandangannya dari wajah Ervin. "Ya Tuhan, tampan sekali lelaki itu." Hati Aneska bicara sendiri mengagumi paras Ervin.
Jarak yang tidak terlalu jauh, memudahkan Aneska untuk melihat dengan jelas wajah ketiga orang tersebut. "Mereka memang sangat tampan-tampan tetapi yang paling tampan menurutku si Ervin Wijaya ini."
Aneska melihat tanpa berkedip, pandangannya melihat ke Ervin yang dari tadi mengedarkan tatapannya ke sekeliling, sampai pada akhirnya tatapan mereka bertemu sehingga kontak mata pun terjadi.
Ervin dengan tajam melihat Aneska yang juga sedang melihatnya dengan tajam. "Siapa gadis itu? Dia terlihat bening di antara murid yang lain. Kulitnya sangat putih dengan rambut hitamnya. Dia juga sangat berani menatap diriku." Tanpa sadar Ervin tersenyum.
"Ervin, ayo. Kamu mau berdiri terus di sini?" ajak Thomas untuk duduk kembali.
Ervin gelagapan mengikuti Thomas yang menarik tangannya untuk duduk. "Sudah selesai? Aku tidak sadar sudah selesai."
"Kamu dari tadi cuma bengong saja. Entah apa yang kamu lihat di depan sana?" bisik Thomas ditelinga Ervin.
Josh yang duduk disebelah Ervin ikut bicara. "Apa kamu melihat sesuatu yang menarik perhatianmu? Aku sangat mengenalmu, tidak mungkin kalau kamu tidak melihat yang menarik perhatianmu sampai lupa sedang berada di mana. Kamu melihat apa?" tanya Josh berbisik.
"Tidak ada, mereka semua itu anak Sekolah yang memakai seragam. Dimataku semua terlihat sama dengan baju seragamnya," jawab Ervin.