Rapat membahas tentang agenda biasa. Di ruangan itu tampak penuh. Seira yang menjabat sebagai sekretaris sibuk mencatat apapun yang diperintahkan sang ketua.
Selain menuliskan, mencatat maksudnya. Seira hanya mendengarkan, sama sekali tidak ikut nimbrung mengungkapkan idenya di rapat itu meskipun dia terbilang mahasiswi dengan nilai yang baik. Tapi, sesungguhnya, dia tertutup sekalipun dikelilingi para cowok kece di kampus.
Para ketua sedang diskusi, Seira sendiri duduk di samping Amrin, si cowok yang punya Asian face itu. Sepertinya, dia lebih nyaman dengan Armin ketimbang yang lain. Yah, hanya dia yang menjaganya dengan baik sekalipun di antara para cowok aktivis kampus ada Alvin, Seira lebih suka berlindung pada Armin.
Usai rapat, Armin pamit lebih dulu setelah anak-anak yang lain membubarkan diri. Seira kini tinggal di ruangan itu bersama beberapa temannya yang lain, maksudnya teman satu organisasi. Mereka berbeda fakultas.
Tidak banyak yang mereka lakukan. Seira sendiri hanya bermain ponsel setelah memasukkan buku dan alat tulis lainnya ke dalam tas. Dia duduk sendiri dengan tiga teman gadis di depannya yang tampak sibuk bergosip.
Bosan. Seira mematikan layar ponsel, menyimpannya agak kasar di atas meja panjang itu lalu merebahkan kepalanya di meja beralaskan lengan.
Evie, gadis berambut panjangan itu menatap Seira heran."Kenapa sih, Sei?" tanyanya.
Tidak ada jawaban dari gadis itu, dan Evie memakluminya. Dia itu jarang bicara kalau tidak penting. Bawaannya kalem.
"Eh, Sei, tau nggak. Tadi, lo itu kaya di drama." Nufa berujar di depannya yang terhalang meja.
Sepertinya Seira tengah jadi perbincangan saat ini. Siapa yang tidak kenal dia?
Seira mengangkat kepala untuk menatap tanpa menegakkan tubuhnya, menopang dagu di lipatang tangan, pandangannya lurus pada Nufa dengan kening berkerut. "Drama? Apaan?" tanyanya kurang tertarik.
Nufa menyeringai melihat reaksi Seira yang jarang sekali merespon omongannya. Dia membenarkan duduknya. "Dengar, tadi itu, lo kaya di drama Korea yang pernah gue tonton. Judulnya The Heirs. Tadi itu, adegan dimana Eun Sang jadi rebutan Kim Tan sama Choi Young Do. Eun Sang kebingungan sambil liat brosur gitu. Terus muncul kedua cowok itu," jelasnya menggebu.
Kalau urusan drama, Nufa memang doyan nonton begituan.
"Terus, apa yang terjadi?" tanya Evie ikutan.
Evie jadi ikut tertarik, penasaran maksudnya. Padahal Evie mirip Seira, tidak peduli dengan apa yang diomongkan Nufa, seringkali dipautkan dengan drama-drama yang pernah di tontonnya.
"Yeah, begitulah. Persis kaya lo tadi. Eun Sang di tarik sama cowok lain dari kerumunan itu," lanjutnya. "Tau nggak siapa cowok itu?"
Evie menggeleng mewakili Seira.
"Cowok itu adalah ketua OSIS, kalo diibaratkandi ibaratkan sama kita. Maksudnya drama anak sekolah, gitu. Bedanya adalah, yang nyelametin lo itu Boby. Memang sih, bisa jadi sama," katanya dengan mimik muka yang dramatis.
Evie mendengkus. Sementara Seira diam saja, padahal benaknya bertanya-tanya.
"Serius lo, Nuf? Jangan-jangan lo ngarang," tuduh Evie tak percaya.
Nufa mendengkus tidak terima. "Serius Ev! Ngapain ngada-ngada? Lo itu anti drama sih!" katanya tak mau kalah.
Seira tetap diam saja, membiarkan cerita Nufa berlalu. Ada sesuatu yang entah apa mampir di pikiran dan hati Seira sejak tanpa sengaja melihat tepat pada iris mata hitam milik cowok itu.
"Tadi itu Arsyid, kan?" Ririn yang sejak tadi diam ikut bicara.
Bola mata Seira memutar menatap Ririn.
"Iya, Arsiyd, dari fakultas ekonomi," jawab Nufa. "Temen sekelas gue. Tuh cowok emang aneh banget sih." Nufa membuang napasnya, wajahnya terlihat jengkel.
Arsyid.
Seira bergumam, menyebut satu nama itu. Dia kenal, tentu saja. Dan siapa yang tidak mengenal sosok Arsyid? Hanya saja, tidak banyak yang tahu seberapa dekat mereka.
"Dia buat keributan lagi ya?" tebak Ririn sambil tertawa geli.
"Yeah, biasa aja. Gue males ceritain hari ini." Nufa mendengkus sebal.
Evie hanya tertawa kecil melihat raut muka Nufa.
Obrolan mereka terhenti saat seseorang kembali masuk ke ruangan itu "Ini anak organs, kok, suka ngegosip sih? Di ruang khusus pula!" ujar Harri dengan nada menyindir. Dia balik lagi karena ada barangnya yang tertinggal di sana.
Nufa melayangkan tatapan padanya."Anak organisasi juga manusia, Har. Nggak selalu serius kali. Gue nggak kayak Seira yang terkesan serius dan kalem. Sesekali butuh hiburan lah," balasnya santai.
Harri memajukan bibir bawahnya mencibir sambil mengangguk. Percuma debat sama cewek yang ribet macam Nufa. "Terserah deh. Mending di tempat lain aja, jangan di ruang khusus. Kantin kali," sarannya lalu melengos tanpa mendengarkan balasan dari cewek yang masih tinggal di ruang itu.
"Apaan, sih? Dikiranya kita ngelakuin yang nggak-nggak. Dasar!" Nufa masih setia bicara. Sementara yang lain menggeleng.
Tapi lain dengan Seira, sepertinya dia sendiri yang asyik berkelana dalam lamunan.
******
Entah kenapa, sejak Seira terlibat rebutan dengan dua cowok yang terkenal di kampus itu. Yang satu terkenal karena cool, cuek. Yang satu terkenal karena suka bikin ulah dan merusuh. Mereka menjadi perhatian. Dan siapa sangka, seseorang selalu memperhatikan dari kejauhan, tersembunyi dengan penuh misteri.
"Oh itu. Gue juga tahu kok tentang drama itu," kata Mery sewaktu Seira cerita apa yang Nufa katakan. "Emang bener kok Eun Sang jadi rebutan dua cowok yang sifatnya kebalikan. Kentara malah," tambah Mery.
Seira diam saja mendengarkan.
Kebayang kalau jadi Eun Sang yang menjadi rebutan dua cowok. Walaupun dramanya sudah lama tapi para pemainnya masih jadi idola kaum hawa. Selain Nufa, ternyata Mery juga kena virus K-drama yang telah lama merambat ke dunia hiburan Negeri Seribu Pulau ini.
Mery menceritakan kisah tentang drama itu tanpa masuk dalam pemahaman Seira. Tentu saja karena gadis itu hanya diam tak merespons apa pun, asyik dengan dunianya sendiri. Dia masih memikirkan tentang tatapan lain dari kedua cowok itu. Oh, Tuhan, sungguh, apa yang sedang terjadi?
Lee Min Hoo yang menjadi pemeran Kim Tan itu memang banyak fans-nya jadi jangan heran kalau ada ABG yang nyebutin Lee Min Hoo dengan histeris di jalan.
Ria mendengukus melihat jiwa fans-girl Mery kumat.
Kisah percintaan yang romantis dengan balutan komflik yang cukup rumit itu cukup diminati para penggemar Drama Korea. Ada banyak hal yang bisa dipahami, mulai dari alur, plot, tokoh hingga pesannya tampak begitu jelas meskipun ada juga ending yang tampak membuat penonton sedikit kecewa karena bagaimanapun endingnya adalah rahasia.
Sebenarnya, drama itu tidak ada hubungannya dengan Seira sama sekali. Hanya sedikit kesamaan saja di awal saat Seira menjadi rebutan. Kisahnya dan bagaimana jalan ceritanya, dia sendiri tidak tahu dan tidak terlalu memikirkannya. Hanya satu yang ingin dia dapat penjelasan, sikap aneh dari Alin dan Arsyid.
Mereka terlalu asyik membahas dramanya Lee Min Hoo itu sampai tidak mengetahui kalau Seira sama sekali tidak ikut mendengarkan. Dia kembali larut dalam lamunannya.
"Di sekolah ini, Kim Tan itu ibarat Alvin, tau kan? Dia itu ketua Himpunan Mahasiswa kita, dari fakultas hukum. Dia pinter, cool, tampan, tinggi pula. Sempurna banget buat jadi pangeran," cerocos Mery kembali menggebu kalau membahas yang berhubungan dengan drama.
Ria dan Marina hanya mendengarkan. Sementara Seira tidak peduli.
"Young Do itu ibarat Arsyid, nakal. Suka berantem. Cari gara-gara mulu." Mata Mery memutar jengah saat menyebut nama itu, Arsiyd.
Seira kenal baik Alvin cukup lama, sering bareng dan mengobrol juga. Yah, terlepas dari diskusi membosankan. Tapi memang dasar Seira tidak peka saat seseorang mendekat dengan maksud lain.
"Sei, napa nggak lo tanyain sama Alvin?" Mery menyadarkan Seira dari lamunan dengan pertanyaan.
"Tanyain apa?" tanyanya bingung.
"Tentang mereka." Mery menatap Seira terang-terangan sampai dia jadi tak nyaman.
"Ogah." Seira ketus menjawab membuat Mery, Ria, dan Marina menatapnya heran.
"Bukan gitu maksud gue, Sei …."
"Udahlah. Gue nggak tahu!" katanya sambil membuang muka ke samping.
Ketiga temannya diam menurut, mereka tahu Seira sedang tidak ingin di ganggu.