Dokter Ryan terduduk mendengar apa yang dikatakan oleh Dina dia tidak tahu kalau dirinya ikhlas tidak kepergian suaminya itu, orang mungkin ikhlas tapi dia masih belum, karena kepergian Diman begitu mendadak tapi bagaimana pun dia harus ikhlas, walaupun ikhlas tidak mudah.
"Tapi, aku rasa kita harus ke sana juga, karena anggap saja aku sebagai keluarga dia, karena bagaimana pun dia tidak bisa lepas dari semuanya Dina, mungkin kamu mewakili Diman, tapi beda dengan Bram kan, aku akan tetap ke sana, " jawab dokter Ryan yang tetap akan pergi ke sana.
Ceklekkk!
"Dokter, mohon maaf, pasien kejang dan tolong dokter," jawab suster yang keluar dari ruang ICU Bram.
Ryan tidak bisa berkata apapun, dia langsung masuk ke dalam ruangan ICU Bram dengan cepat. Sanusi mendekati jendela dan melihat ke arah ruangan dari kaca besar.
"Dia akan bertahan kah mbah?" tanya Sanusi kepada mbah Agung yang berdiri di sebelahnya.