Bram yang kesal meninggalkan kantor berita tempat Nona dan pria menyebalkan itu bekerja. Dia ingin bertemu dengan pengkhianat yang sudah membawa lari Nona dan menyerahkan ke dukun sialan itu. Bram masih beruntung jimat itu masih bersamanya, dia akan selamat dari ancaman Narsih, jadi dia bisa sedikit lega, walaupun pada kenyataannya dia tidak tahu.
"Pak, kita jadi ke perusahaan Pak deki?" tanya supir yang sudah melajukan jalan menuju kantor majikannya.
"Iya, aku mau ke kantornya." Bram menjawab dengan nada tegas.
Bram ingin tahu apa motif terselubung dari Deki, dia sudah sepakat tidak menyerahkan nona dengan alasan apapun, tapi kenapa dia malah main belakang. Bram geram karena Deki sudah menusuk dia dari belakang.
"Kau menusukku Deki, harusnya kau saja yang mati bersama hantu sialan dan dukun sialan itu. Aku akan buat perhitungan denganmu, kau akan rasakan kejamnya hantu itu," gumam Bram dengan wajah datar.