Setelah beberapa hari tinggal di tempat mereka, Hart terlihat sudah pulih dan sudah bisa beraktivitas, tapi jika meninggalkan mereka begitu saja tentu akan membuat Hart nerasa sangat berhutang budi karena telah di selamatkan, sehingga ketika hendak duduk termenung di bawah sebuah pohon, Hart melihat Shaman sedang berlatih pedang dengan sebatang kayu.
Hart yang melihat Shaman tengah mengayunkan pedangnya dengan gesit, Hart berfikir bahwa Shaman bukanlah seorang amatir, oleh karena itu Hart mencoba menyapa Shaman dengan lebih dekat "Itu bukanlah gerakan seorang amatir, apakah kau pernah belajar berpedang sebelumnya?"
"Bukan urusanmu" Shaman tampak sangat dingin terhadap Hart, karena memang hatinya masih belum menerima keberadaan Demon di sekitarnya.
"Hmmmmm" Hart hanya tersenyum melihatnya dan terus memperhatikan Shaman yang tengah berlatih.
Hart melihat pergelangan tangan Shaman tampak lincah dalam mengayunkan pedang kayu tersebut, Dalam keadaan yang tak terduga, Hart mengambil sebuah ranting pohon dan langsung menyerang Shaman dengan keterampilannya, namun insting Shaman terlalu kuat untuk di remahkan, Shaman menangkis serangan Hart dengan mudahnya.
"Hoooohhh, kau ternyata menantangku, kau sekarang sudah menunjukkan sifat aslimu Iblis" Shamn tampat terlihat sedikit memerah karena sedikit termakan emosi.
"lawan aku" kata Hart dengan santai sambil tersenyum.
Shaman menerima tantangan dari orang itu dan memulai pertarungan, tapi Shaman kalah telah dalam hitungan detik.
"insting yang kuat saja tak cukup untuk bertarung, kau harus memiliki bakat dan keterampilan yang lebih baik lagi untuk menjadi seorang kesatria" ujar Hart mengomentari Shaman.
"Apa yang kau katakan, aku tak akan pernah menjadi kesatria, aku akan menjadi seorang Alchemis yang menciptakan sebuah alat untuk menghancurkan kalian para Demon dan melindungi mereka berdua" jawab Shaman dengan angkuh.
"Dengan kemampuan seperti itu?" tanya Hart dengan sedikit memancing Shaman.
"Hah..? kau meremehkanku?" jawab Shaman yang mulai terpancing.
Shaman bangkit kembali dan menyerang ke arah Hart yang terlihat sedang lengah, namun serangan seperti apapun tak dapat menembus pertahanan dari Hart yang seorang Admiral.
"apa hanya segitu kemampuan mu anak muda?" Hart kembali memancing Shaman.
Shaman terus bangkit kembali dan menyerang Hart dengan sekuat tenaga, namun itu tak bisa menyentuh Hart yang sudah berpengalaman dalam pertarungan.
Setelah hampir dua jam mereka bertarung, Shaman akhirnya bisa mendaratkan satu serangan di bagian lengan kanan HArt, dan itu membuatnya sangat bersemangat dan senang.
"Lihatlah, aku sudah berhasil mendaratkan serangan padamu, ha ha ha ha ha ha ha " terlihat jelas dalam raut wajah Shaman bahwa dia sangat senang bisa mendaratkan serangan pada Hart yang begitu kuat.
Namun karena terlalu lama bertsrung, Shaman akhirnya tumbang karena kelelahan. Hart melihat itu dengan tersenyum dan duduk di dekat Shaman.
"Kau cukup bersemangat dalam hal ini, kemampuanmu juga lumayan hebat, tapi kau kurang berpengalaman, karena jika tadi kau menyerang kau sudah babak belur, aku dari tadi hanya menangkis dan menghindar, tapi kau juga bisa memojokkanku" Hart tampak sedikit kelelahan dan bersandar di samping Shaman yang sedang berbaring menatap dedaunan dari pohon yang rindang.
Dengan menutup matanya menggunakan lengan serta napas yang terengah-engah, Shaman menjawab perkataan Hart "Jadi maksudmu, jika tadi adalah pertarungan nyata, aku pasti mati, ya kan?"
"Ternyata kau mudah mengerti" lanjut Hart dengan sedikit senyuman lagi.
"Hoiiii, kau dari tadi terus tersenyum seperti orang bodoh, apa yang aneh akan hal itu, apakah ada yang lucu? Lihat saja lain waktu, aku pasti akan mendaratkan serangan yang membuatmu cedera parah" lanjut Shaman tampak sedikit kesal.
Di sela pembicaraan mereka, Alcha dan Phoenix membawa air dan makanan untuk mereka makan bersama di sana "Shaman, aku membawa minuman untuk kalian" Alcha dan Phoenix bergabung dengan mereka dan membuka sebuah obrolan.
Dalam hatinya, Hart berfikir untuk membalas kebaikan mereka sebelum pergi, namun dia tak tahu dengan apa yang harus di berikan sebagai tanda terima kasih pada ketiga anak yang sudah menyelamatkannya. Untuk menacairkan suasana agar Lebih hidup, Hart membuka sebuah perntanyaan kepada mereka.
"Setelah ini apa yang kalian rencanakan??" tanya Hart kepada mereka sambil menyantap beberapa biji kacang yang di bawa Alcha.
"Maksud paman apa?" tanya Phoenix kembali.
"Hmmmmm, tadi Shaman mengatakan bahwa dia akan menjadi seorang Alchemis yang akan menciptakan sesuatu untuk melawan para Demon, apakah kalian juga memiliki keinginan di masa depan nanti?"
"Aku sejak lama ingin menjadi seorang ahli pedang, tapi aku memiliki banyak kekurangan sehingga Shaman memutuskan untuk menjadi Alchemis dan membuat sebuah alat untuk menutupi kekurangan ku, sedangkan Alcha ingin menjadi orang yan selalu mendukung kami berdua, tapi yang pasti tujuan kami adalah mengembalikan para Human ke kehidupan seharusnya yaitu kejayaan dan kebebasan, karena sejarah telah merekam bahwa kami telah di tindas selama ratusan tahun lamanya" jawab Phoenix dengan suara yang berat.
"Jika dia menjadi seorang Alchemis kenapa dia harus latihan berpedang? Bukankah dia seharusnya belajar menempa dan meneliti sebuah material" ujar Hart kepada Phoenix yang sedang memandang Alcha.
"Hmmmmmm, yosh. Mulai hari ini anda adalah guru kami, ajarkan dia menjadi alchemis yang hebat dan latih saya berpedang, tentu saja Paman juga harus mangajarkan Alcha tentang banyak hal" kata Phoenix dengan semangat.
"Heeehhh, kenapa harus aku, bagaimana seorang sepertiku bisa mengajarkan tentang itu" jawab Hart.
"Karena ini" Phoenix memegang tangan Hart dan menunjuk jari manisnya yang mengunakan sebuah cincin berlian yang indah dan mewah.
"Kenapa dengan ini?" tanya Phoenix.
"Itu adalah Cincin dari batu safir bukan, itu adalah material yang cukup sulit untuk di enchan dalam bentuk seperti ini, terlebih lagi aku melihat bahwa itu seperti buatan paman sendiri, terlebih lagi tidak ada seorang admiral yang tak bisa melakukan Enchan terhadap material mentah, karena itu sangat di butuhkan dalam pertarungan" jawab Phoenix sambil terus memperhatikan cincin tersebut.
"HHHHOhhhhh, kamu tahu banyak tentang hal ini, bagaimana bisa, apakah kamu seorang bangsawan sebelum ini?" Hart tampak mengagumi kejelian Phoenix dalam hal ini, dahkan dalam hati sempat bergumam bahwa dia seolah tak percaya tentang Phoenix yang mengetahui begitu banyak dan detil tentang hal ini.
"Tidak, aku hanyalah seorang yanng terlair daro keluarga petani biasa" jawab Phoenix sambil tersenyum hingga matanya tertutup karena senyuman yang terlalu lebar.
"Anak yang luar biasa, bahkan dengan melihat saja dia masih bisa menemuka banyak hal dari diriku ini, aku tidak sabar ingin melihat bagaimana perkembangan nya nanti" Hart bergumam dalam hati mengagumi kehebatan Phoenix dalam menerka semuanya dengan sempurna.
"Jadi bagaimana? Apakah Pama bisa melakukan ini. ?" tanya Phoenix dengan mata yang berbinar penuh harap di hadapan Hart.
Tiba-tiba Shaman datang menunduk dan meminta agar Hart mengajarkan mereka apa yang bisa di lakukan olehnya "Mohon ajarkan kami semua yang anda bisa, akan kami bayar dengan segala yang kami punya, jadi tolong"
BERSAMBUNG...….