Chereads / Prince Arslan / Chapter 24 - KEGUNDAHAN SANG RATU

Chapter 24 - KEGUNDAHAN SANG RATU

Acara peresmian Arslan sebagai pemimpin baru sudah selesai di laksanakan, kini dia masih termenung memikirkan bagaimana nasib Ayahnya dan di mana keberadaannya sekarang, hal itu tak pernah berhenti di fikirkan olehnya setiap saat. Sosok yang tangguh dan selalu berada di sisinya kini telah tiada dan tak di ketahui keberadaannya,

Sebuah kabut hitam meniup kelambu jendela Sang Raja muda, muncul seorang lelaki misterius dari balik kabut yang tak asing di matanya. Dia adalah Shadow sosok yang berperan penting dalam melindungi negeri mereka dari balik layar, Shadow juga menjadi sumber informasi bagi mereka.

"Dalam beberapa hal yang sudah di tentukan oleh takdir, sungguh tak bisa ku hindari duhai Tuan Muda, sungguh dengan rendah hati hamba memohon permaafan dari baginda karena tak bisa menjalankan tugas hamba dengan baik, namun satu hal yang pasti tentang Ayahanda. Baginda Tuan besar Bahrain sekarang masih hidup dan itu pasti, karena sebagai orang yang sudah mengikat kontrak dengannya, tentu saja hamba sangat mengetahui tentang keadaan Tuan besar Bahrain" Shadow memberikan sapaan dan laporan kepada Arslan dengan penuh rendah hati dan kesopanan.

"Angkat kepalamu dan berhenti menunduk, sungguh aku bukanlah Tuhan yang harus selalu kau tunduki dan selalu kau dewakan, aku hanyalah seorang manusia yang hanya kebetulan memiliki posisi lebih tinggi karena sebuah keberuntungan dari takdir baik" jawab Arslan sambil mengangkat kedua pundak dari Shadow.

"Duhai Tuan Muda, sungguh buka itu yang sebenarnya ingin ku katakan pada Tuan Muda.Yang sebenarnya ingin ku katakan sebenarnya adalah tentang kelompok besar yang tengah memasuki perbatasan, Tyrant dalam jumlah besar telah melewati perbatasan, segera selamatkan diri anda sementara saya mengulur waktu di sini" Ujar Shadow lagi kepada Arslan dengan tenang.

Dengan sedikit senyuman manisnya Arslan menatap mata dari Shadow, "Shadow? Kau bukanlah paman Shadow yang aku kenal, kenapa  bukan dia yang datang?" tanya Arslan kepada orang itu

"Tolong maafkan Hamba yang telah lancang memasuki kediaman Tuan Muda, Ayahanda saat ini sedang mengikuti jejak hilang nya Tuan besar Bahrain, oleh karena itulah aku yang menggantikan Beliau menghadap keada anda Tuan Muda" jawab orang itu.

"Baiklah, aku melihat bahwa kau memiliki mata seperti seorang wanita, siapakah namamu?" lanjut Arslan dengan sikap tenang nya menanyakan nama orang itu.

"Nama saya adalah Yuhannis, seperti yang anda katakan, saya adalah seorag wanita" jawab orang itu lagi.

"Jika memang seperti itu, aku memintamu utuk membawa Ibunda ke tempat yang aman sesegera mungkin, sebagai pemimpin baru negeri ini, aku dan yang lainnya akan mengurus sisanya" Arslan memberikan perintah pada Yuhannis untuk membawa Ibundanya ke tempat aman sebelum pasukan Tyrant sampai di Ibukota.

"Baik Tuan muda, siap saya laksanakan" jawab Yuhannis dengan nada tegas.

"Oh iya sebelum itu katakan pada Ibunda bahwa akau akan sedikit terlambat menyusul, kaalu bisa tolong bawa Ibunda ke tempat para Shadow Knight berada, aku yakin di sana lebih aman dan lebih tersembunyi" lanjut Arslan menambahkan perintah pada Yuhannis masi tertunduk di hadapannya, "jika terjadi sesuatu maka aku akan menyusul setelah penduduk kota benar-benar aman" tambahnya dengan wa.

Setelah melaporkan kejadian tersebut, Yuhannis segera memenuhi perintah Sang Pangeran dengan sedikit perasaan gelisah.

"Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa dia tidak mengingatku, padahal aku adalah orang yang selalu bersamanya saat berlatih di gunung waktu itu" Ujar Yuhannis dalam hati sembari beranjak menjauh dari Sang pangeran.

Dalam sebuah perjalanan, Yuhannis melihat sosok berjubah hitam lengkap dengan penutup wajah dan berjumlah sekitar 5 orang. Karena merasa mereka adalah orang yang mencurigakan, akhirnya Yuhannis memutuskan untuk mengejar mereka, namun di saat orang-orang itu telah masuk di ruangan Arslan, mereka terlihat berlutut dan memberi hormat kepada Arslan.

Namun entah apa yang mereka bicarakan tak di ketahui oleh siapapun, bahkan Yuhannis tak mendengar suara sedikitpun karena Yuhannis tengah mengintip dari jendela.

"Apa yang sebenarnya terjadi, tak mungkin Pangeran tidak mengenalku. Terlebih lagi, bagaimana bisa pasukan pengintai ada di sini, bukankah mereka ada di bawah perintah para Great Master" Yuhannis makin bingung dengan keadaan tersebut dan menghela nafas panjang sambil terus meninggalkan tempat itu dan berangkat menuju tempat persembunyian Sang Ratu.

Karena merasa bahwa hal itu bukan urusannya dan bukan juga hal yang penting baginya, Yuhannis tak ingin pusing memikirkan hal seperti itu. 

Sementara itu di sisi lain, Sang Ratu tengah memandan Ibukota dengan tatapan prihatin memikirkan keadaan Putranya yang baru saja mengemban tugas berat untuk negeri tersebut.

Dari balik wajah Sang Ratu yang begitu manis dan msih terbilang muda, mengalir tetesan air matanya membasahi pipinya, denngan polosnya Ibunda dari Sofia mendekati Sang Ratu dan mulai bertutur kata dengan niatan menenangkan perasaan Sang Ratu.

Pada dasarnya ibunda dari Sofia tak mengetahui sedikitpun dari apa yan dilakukan oleh anaknya sendiri demi mencari ayahnya, dia hanya mengetahui bahwa Anaknya adalah anak yang baik dan berbudi yang sangat sopan, tapi meskipun begitu pada akhirnya Sofia kembali ke jalan yang benar setelah dia di tipu oleh orang yang telah di anggapnya Tuan sejak lama.

Karena merasa berhutang budi pada keluarga kerajaan, Ibunda Sofia memutuskan untuk mengabdikan diri pada Sang Ratu. 

"Sungguh sangat lancang bagi saya menyapa terhadap Baginda Ratu, tiada kah hal yang bisa saya lakukan untuk Yang Mulia agar hati anda sedikit tenang dan lebih cerah lagi" ujar Ibunda Sofia pada Sang Ratu degan penuh kesopanan dan kerendahan hati.

"Engkau dan anak-anakmu adalah orang yang di pilih oleh putra kesayanganku, sungguh sangat dengan senang hati aku aku menganggap mu sebagai saudaraku. Kau tak perlu memikirkan apa yang ku pikirkan, kau juga tak perlu menanggung beban apa yang aku rasakan" Ujar Sang ratu dengan bibir tersenyum manis menghadap ke arah Ibunda Sofia.

"Mohon Maaf yang mulia Ratu, saya hanya  ingin memperkenalkan nama saya kembali, Saya adalah Ibunda Sofia seperti yang anda tahu dan nama saya adalah Hanina. Jika boleh saya tahu, apa yang tengah anda bimbangkan, anda terlihat seperti sangat memikirkan sesuatu sedari tadi? Saya menanyakan ini sebagai sesama wanita, bukan sebagai pengabdi "  Kembali Hanina menyambung obrolan mereka.

Dengan senyum Sang Ratu mulai membuka pembicaraan kepada Hanina "Bukankah hal yang wajar bagi seorang istri khawatir dan bimbang ketika Sang Suami berada dalam bahaya, begitu juga sebagai seorang Ibunda yang memiliki anak, sudah hal yang sangat wajar bagi saya untuk mengkhawatirkan putra saya yan tengah mengemban tugas berat tanpa keberadaan Ayah dan Ibundanya di sisinya" jawab Sang Ratu.

Tentu saja hal ini sangatlah berat di terima oleh Sang Ratu itu sendiri, di tengah kehilangan suaminya, kini negerinya harus di serang lagi oleh pasukan Tyrant dan akan menyebabkan bahaya bagi putranya.

BERSAMBUNG....