Chereads / Prince Arslan / Chapter 29 - SEJARAH PHOENIX

Chapter 29 - SEJARAH PHOENIX

"Iya, sejak saat itu aku memikirkan cara menyingkirkan pengkhianat di antara Ras Human, sehinga berbulan-bulan lamanya para petinggi tak menerima laporan apapun tentang hilangnya para tahanan secara tiba-tiba, dan sejak saat itu juga Tuan Satan melakukan pergerakan secara diam-diam dan memata-matai setiap orang oleh orang kepercayaanya. Sehingga aku dan para rekan ku yang satu pemikiran mulai di curigai dan di jebak oleh mereka, satu persatu dari kami mulai di eksekusi di depan umum dengan brutal dan sadis. Bahkan siapapun yang membantu kami akan di ancam untuk di eksekusi juga, sehingga kami merasa terpojok dan berniat melarikan diri, namun semua rekan dan bawahanku yang satu pemikiran dengan ku mulai tertangkap satu persatu hingga tersisa hanya aku seorang dan berhasil melarikan diri sampai ke hutan ini, aku tak menyangka akan di tolong oleh anak remaja seperti kalian"

Setelah menceritakan semua itu Hart mulai memandang Phoenix dengan tatapan penuh Syukur dan mengucapkan berbagai macam kalimat terima kasih kepadanya.

"Pama…! Selama paman belum sehat Paman bisa tinggal di sini untuk sementara waktu, aku akan membujuk Shaman, aku yakin dia akan mengerti dengan hal itu" ujar Phoenix menenangkan orang tadi.

"Terimaksih banyak, alan aku pastikan akan membantu kalain dan membalas semua kebaikan kalian" ujar orang itu dengan penuh rasa bersyukur.

Di sisi lain, Alcha yang tengah mencari Shaman di sekitar sana kembali karena tak menemukan Shaman, namu tiba-tiba Alcha sedikit melangkah denganpelan dan mendekati pagar rumah mereka yang hanya menggunakan batang pohon berongga, di sana Alcha melihat Shaman sedang melihat mendengarkan pembicaraan orang tadi dan Hart.

"Hei, kamu di sini rupanya, aku mencarimu kemana-mana, aku sangat khawatir loh" ujar Alcha dengan manja kepada Shaman.

"Apa yang kau lakukan? Kau tiba-tiba mengagetkanku" ujar Shaman kepada Alcha.

"Sttttttt" tangan Alcha menyentuh bibir Shaman dan membuatnya terdiam.

"Hmmm" Shaman hanya mengangguk dan mengikuti Alcha.

"Jangan berisik, nanti Phoenix tau kalo kamu kalo kamu ada di sini, nanti dia meledekmu dan kamu akan malukarea di bilang anakmanja dan cengeng" ujar Alcha dengan suara yang berbisik di telinga Shaman.

"Hmmm" Shaman hanya mengangguk saja dengan mulutnya yang masih tertutup oleh jari jemari Alcha yang lembut. Shaman bahkan tertegun melihat paran anggun dan cantiknya Alcha di bawah sinar rembulan yang redup.

"Jadi, setelah mendengar cerita mereka, apa yang akan kamu lakukan.?" tanya Alcha berbisik kepada Shaman.

"Seoertinya, tak ada salahnya mencoba percaya padanya untuk sementara, semoga saja dia bukan mengarang cerita untuk menjebak kita" jawab Shaman dengan pelan.

"Hmmmm, kamu ini malu-malu kucing ya, sangat sulit jujur denan erasaan kamu sendiri" tambah Alcha sambil tersenyum "Di luar sangat dingin, sebaiknya kita juga masuk dan minum teh hangat bersama" lanjut Alcha sambil menarik lengan Shaman.

Shaman membuka pintu dan menyapa mereka dengan menggerutu "Eheemmm, aku masuk" ujar Shaman sambil tersipu membayangkan Wajah manis Alcha.

"Kau kenapa? Wajahmu memerah loh, apa kau demam?" tanya Phoenix pada Shaman.

"Aku tidak apa-apa, aku hanya sedikit berlari tadi agar tubuhku hangat" jawab Shaman dengan kaku.

"Ehhhhh, kebohongan terlihat jelas di wajahmu" ujar Phoenix dalam hati.

Lalu setelah Shaman bergabung duduk, Alcha membuatkan merka teh hangat dan melanjutkan obrolan mereka hingga larut.

"Terimakasih telah mau ikut bersama di sini" kata Hart kepada Shaman.

"Heeehhhhh, aku hanya duduk saja, jangan pikir aku akan menerima mu di sini" jawab Shaman dengan sedikit kaku lagi.

"Tak masalah selama itu baik menurut kamu" jawab Hart.

"Auuuhhh awwww awww apa yang kau lakukan Alcha" tanya Shaman yang sedang menahan sedikit kesakitan di pinggangnya karena di cubit oleh Alcha"

"Haaaaa….??" Alcha menatap Shaman dengan tatapan tajam, mengisyaratkan agar Shaman segera meminta maaf atas perlakuannya dan perkataannya pada Hart.

"Baiklah baiklah baiklah, akan ku lakukan, jadi sekarang lepaskan tanganmu, kulitku hampir terkelupas kau buat" kata Shaman menegur Alcha yang tengah mencubitnya.

Shaman lalu menunduk di hadapan Shaman dan meminta maaf kepadanya "Mohon maafkan atas tindakan dan perkataan saya yang kurang sopan tadi, tapi bukan berarti aku menerima mu di sini, aku tak akan pernah menerima keberadaan Demon begitu saja" ujar Shaman meminta maaf dengan ekspresi terpaksa di hadapannya.

"Itu saja sudah cukup, sekali lagi saya memperkenalkan diri saya, nama saya dalah Hart, senang berkenalan dengan kalian" jawab Hart.

"Saya Phoenix, senang berkenalan dengan anda"

"Saya Alcha, senang berkenalan dengan anda"

"Saya Shaman"

"Heh.? itu saja" Alcha menegur Shaman lagi.

"se, se, se, nang, berkena lan de de deng an anda,,, haaaaaaaaa aku sudah menyapa Demon dengan Hormat, haaaaaaaaa" Shaman tampak sangat berat menyapa Hart dengan sopan.

" ha ha ha ha ha ha ha, apakah begitu berat bagimu melakukan itu?" tanya Phoenix.

"Tentu saja bodoh, apa kau lupa bagaimana hancurnya kita di buat oleh mereka" ujar Shaman memperjelas perasaannya.

"Aku mengerti kok, bukankah kita bertiga mengalami hal yang sama?" jawab Phoenix.

"Kalau kau mengerti jangan banyak tanya" tambah Shaman.

"Ha ha ha ha ha , kau ternyata manis juga" ujar Alcha memuji Shaman.

"Benarkah?" Shaman mulai ke GR an.

"Oh iya, namamu Phoenix, nama yang cukup aneh" tanya Hart kepada Phoenix dengan penuh rasa penasaran.

"Oooohhhhh itu, nama itu sebenrnya di ambil dari sebuah legenda di masa lalu. Sebuah legenda kuno mengisahkan sebuah burung ajaib yang bercahaya merah keemasan yang hidup selama beberapa ratus tahun sebelum mati terbakar. Kemudian burung tersebut terlahir kembali dari abu, untuk memulai kehidupan baru yang panjang..

Burung legendaris Phoenix memiliki ukuran yang besar. Berwarna kuning, merah, ungu hingga merah keemasan, karena dikatikan dengan matahari terbit dan api. Terkadang, nimbus akan mengelilinginya. Matanya biru dan bersinar megah.

Phoenix dikisahkan membangun tumpukan kayu sebagai sarangnya sendiri, dan menyalakannya dengan satu tepukan sayapnya. Setelah kematiannya, ia bangkit dengan indah dari abu lalu terbang menjauh.

Phoenix melambangkan simbol pembaruan dan kebangkitan, dan mewakili banyak tema, seperti "matahari, waktu, kekaisaran, metempsikosis, konsekrasi, kebangkitan, kehidupan di surga, hingga manusia luar biasa.

ketika Phoenix merasa umurnya sudah tidak lama lagi, ia membangun sarang dengan kayu, lalu membakarnya, dan terbakar menjadi debu.

Dari tumpukan abu tersebut, Phoenix baru terlahir kembali. Ia lalu membalsem abu pendahulunya dalam sebutir telur."

"hoooo, kisah yang indah" ujar Hart dengan takjubnya.

"Ayahku selalu mengatakan agar aku sama seperti Phoenix yang akan membawa peradaban baru bagi generasi masa depan dan kehidupan yang lebih baik" Phoenix sedikit menceritakan kisah di balik namanya tersebut.

"Jadi begitu rupanya, baik nama dan legendanya tetap terdengar keren, semoga saja namaitu bisa membawamu seperti yang di harapkan ayahmu" tanggap Hart tentang nama Phoenix.

BERSAMBUNG....