Seekor ular besar yang melebihi tubuh manusia dengan warna abu-abu memperlihatkan taringnya yang melesat maju ke arah Morey. Meski tidak memiliki sepasang mata, dia tetap mampu dengan tepat menuju targetnya.
Dan targetnya saat ini adalah Morey yang sedang dalam keadaan melayang di udara.
Sang pemimpin Monyet Perak Ekor Ular itu dalam sekejap mengarahkan ekor ularnya kepada Morey.
Ular abu-abu tanpa mata itu merupakan ekor dari monyet itu sendiri. Jadi meski tanpa mata, asalkan monyet itu mampu melihatnya, maka dia juga mampu mengarahkan ekor ularnya.
Morey yang saat ini di udara juga sudah tidak memiliki alasan lain yang membuatnya dapat menghindar. Itu sudah pasti tidak dapat dihindari lagi.
Bssssttt….
Ekor berkepala ular itu langsung mengcengkram Morey dengan taringnya. Dia berada di posisi menghadap ke mulut ular dan membelakangi wilayah luar.
Taring dari ekor ular itu sepanjang lengan Morey yang berusaha menyuntikkan racunnya ke tubuh Morey. Meski tidak memilik lubang yang berguna untuk menenlan mangsa seperti ular biasanya, namun taringnya sering kali berguna untuk melemahkan.
Sementara tangan Morey yang berusaha menahan agar taring tersebut tidak menembus tubuhnya, monyet itu melihat Morey dengan mata kepalanya sendiri. Dia seperti sedang melihat tikus yang telah berhasil tertangkap.
Meski tidak dapat dimengerti bahasa dari monyet itu, namun dapat dilihat bahwa monyet itu sedang mengejek Morey yang sedang tak berdaya. Monyet itu seperti sedang tersenyum melihat Morey di genggamannya.
"Guaaa… Guoooo..!!!"
Moyet itu melompat-lompat seperti oarang yang kegirangan. Bahkan tanah di bawahnya serta pepohonan yang melebihi tingginya ikut bergetar karena berat tubuhnya.
'Ah, aku kelelahan. Sial! Apakah aku akan berakhir di sini?'. Desahan dihatinya itu jelas menandakan kelelahan. Morey membayangkan segala cara di kepalanya, namun tidak terlihat peluang di dalamnya.
Tangan Morey semakin bergetar karena sudah hampir mencapai batasnya.
Monyet itu kemudian berhenti dengan tariannya. Lalu dia kembali melihat Morey, dan segera menggerakkan ekornya seperti cambuk yang menghempaskan Morey keluar dari cengkraman ekor ular miliknya itu.
Itu adalah sebuah keberuntungan bahwa monyet itu melepaskannya. Namun di sisi lain, itu bisa jadi kemalangan. Karena dengan momentum ekor ular itu, Morey terbang seperti lemparan batu yang menuju ke arah mayat-mayat monyet lainnya dengan kecepatan yang hebat. Kemungkinan bertabrakan dengan tubuh mayat-mayat monyet itu dapat dipastikan.
Dengan keadaannya saat ini, itu akan menjadi sebuah benturan yang akan membuat siapapun mengalami cidera yang fatal. Bahkan itu mampu menewaskan Morey yang baru berada pada level rendah.
Meski dengan bantuan sistem, tubuhnya tidak akan mampu menanganinya.
Dan Morey kini tidak bisa mengelak dan hanya dapat menunggu benturan tersebut.
BUKK!!
Suara tumpukan daging yang dipukul dengan keras cukup terdengar hingga luas. Itu merupakan tanda bentrokan tubuh dari mayat monyet itu dengan Morey.
Morey terbenam bersama mayat-mayat monyet itu. Tidak ada lagi gerakan darinya. Morey sudah seperti tidak bisa lagi diselamatkan.
"GUUUOOOO….!!!"
Pemimpin monyet itu terlihat bahagia dan kembali mengeluarkan auman yang begitu keras. Dia bahkan memukul-mukul dadanya dengan tinjunya. Wajahnya yang tidak terlalu berubah namun terlihat sangat bangga dengan pencapaiannya yang berhasil membunuh Morey.
***
Sebuah layar proyeki keluar dari batu permata yang tertanam di puncak tugu sebelumnya. Di tempat saat Morey pertama kali keluar dari bawah tanah itu.
"Ba-bagaimana ada monster-monster itu di sana? Bukannya waktu itu kita hanya bertarung satu sama lain dengan kelompok lainnya?".
"Memang benar. Mungkin saja itu tantangan baru yang dibuat oleh tetua".
"Hahaha, itu akan menambah keseruannya, bukan?".
"Seperti katamu, hahaha".
Suara murid-murid yang sedang menonton arena pertarungan dari proyeksi itu mulai mengomentari kejutan yang terlihat.
Pasalnya, pada masa mereka yang telah melewati tes pertarungan tersebut, tidak pernah menjumpai para monster itu. Mereka hanya bertarung dengan orang-orang kelompok lainnya. Namun, jumlah kelompok pada masa mereka juga terbilang lebih banyak dari pada saat ini.
Semuanya wajah di sana begitu asik melihat pertarungan itu. Dan mereka bersorak ketika ada dari kelompok lain yang rata oleh monster yang mereka temui.
Nomong-nomong, di sana juga ada pria tua dengan jubah merah bergariskan emas Lan Shikong yang sedang melihat proyeksi itu dari salah satu bangunan. Dia berada di lantai dua dari bangunan tersebut. Meski sebuah proyeksi, namun dia dapat merasakan pancaran setiap energi yang berada di dalamnya.
Seperti katanya sebelumnya, Lan Shikong pergi melihat acara pertarungan antar kelompok para pemula. Bagi tetua seperti dirinya, hal seperti pertarungan pemula itu bukanlah sesuatu yang enak untuk dipandang.
Namun berbeda dengan Lan Shikong, dia memiliki alasan tersendiri untuk melihat pertarunga. Dan itu adalah Morey, yang dia sudah merasakan semenjak pertama kali bertemu, ada yang aneh dengan Morey.
Melihat pertarungan Morey, membuat Lan Shikong semakin tertarik dengannya.
Sebenarnya hal yang membuat Lan Shikong tertarik bukan karena perbedaan warna rambut atau fisiknya. Namun semenjak pertama kali bertemu, Lan Shikong tidak mampu merasakan energi di tubuh Morey.
Sebelumnya Lan Shikong hanya menganggap bahwa Morey adalah pria biasa tanpa pernah mempelajari bela diri. Setelah pertarungan yang dilihatnya, semuanya berubah.
Morey terlihat menggunakan keterampilan [Iblis Penyamar], dan dari pukulannya, jelas sudah mempelajari teknik kultivasi jiwa [Iblis Sembilan Neraka] menurut Lan Shikong. Karena teknik kultivasi jiwa tersebut telah diserahkan kepada para pemula setiap generasinya.
Bagi yang telah pernah mempelajari teknik kultivasi jiwa sebelumnya, terpaksa harus membuang kembali energi jiwa mereka karena tidak cocok dengan teknik [Iblis Sembilan Neraka]. Pasalnya [Iblis Sembilan Neraka] merupakan teknik hitam yang hanya sedikit dari pada kultivator menggunakan teknik hitam tersebut.
Kebanyakan dari orang-orang menggunakan beberapa buku teknik merah, kuning, biru, dan hijau. Sedangkan tekni hitam kebanyakan dipakai oleh para penjahat.
Penjelasan tersebut bukanlah sesuatu yang membuat Lan Shikong tertarik dengan Morey.
Yang membuatnya lebih tertarik, atau lebih ke arah penasaran adalah bahwa, dia masih tidak mampu merasakan tingkatan kekuatan Morey. Di matanya, Morey masih seseorang tanpa energi jiwa atau kekuatan bela diri di tubuhnya.
Namun bagaimana bisa Morey menggunakan skill seperti [Iblis Penyamar] tersebut?
Sebuah kesimpulan yang terus dipikirkan oleh Lan Shikong masih tidak mendapatkan jawaban yang pasti. Bahkan dengan [Iblis Penyamar] yang telah mencapai tahap tertinggi, tidak akan mampu menghilangkan hawa keberadaan dari energi jiwa yang dimiliki sepenuhnya.
Apalagi di depan seseorang yang memiliki tahap kultivasi yang tinggi seperti Lan Shikong.
Apakah itu berarti Morey memiliki suatu keterampilan atau tubuh spesial yang mampu menipu atau menyembunyikan bahkan dari orang seperti Lan Shikong yang telah berada pada tahap Legenda tingkat empat?
'Sangat menarik anak itu. Tapi jika dia akhirnya tewas… sungguh sia-sia'. Lan Shikong mendesah sambil berbalik meninggalkan tempatnya melihat pertarungan itu.
Dia menganggap bahwa Morey yang membuatnya tertarik kini telah berakhir di sana. Tidak ada lagi yang membuatnya tetarik dan memutuskan meninggalkan lokasi tersebut.
'Sepertinya hewan iblis itu ditambahkan oleh Di Laoshu ya? Pasti itu persetujuan dari Wan Jinan, humph konyol sekali!'. Sembari berjalan dan perlahan menghilang dari lantai dua itu.
**
Masih di dalam hutan, rombongan Ni Feng dan lainnya masih tampak berlari yang mulai kelelahan. Mereka berhenti dengan nafas yang sudah seperti kuda pacuan setelah berlari seharian.
Mulut mereka sudah sangat kering yang bahkan air ludahpun tidak ada untuk ditelan.
"Apa kita sudah berhasil?"
Tanya salah seorang di kelompok tersebut sambil terengah-engah. Mereka semua terlihat sama sambil membungkuk memegang kedua lutut mereka.
Namun Ni Feng lebih terlihat ke arah cemas dari raut wajahnya yang gelap itu. Dia mengkhawatirkan Morey yang dia tinggalkan sendiri.
"Kakak—".
Matanya seakan ingin menangis. Ni Feng merasa kecewa dengan dirinya yang tidak mampu berbuat apa-apa selain menjadi penghambat bagi Morey.
Dalam kesedihannya itu, dia masuk ke dalam rengungan yang kemudian sorot matanya telah berubah. Seperti ada sesuatu yang baru saja merasukinya. Dia terlihat sedikit berbeda dengan segera berdiri tegap dan membusungkan dadanya.
"Baiklah! Sudah kuputuskan". Ujar Ni Feng sambil memukul dada dengan tangan kirinya.
Dia seperti mendapatkan suatu pencerahan yang telah mengubah dirinya.
Semua yang melihatnya menjadi tercengang karena heran dengan tingkah Ni Feng.
"Apa maksud perkataanmu itu Ni Feng?". Salah seorang lainnya yang penasaran dengan maksud Ni Feng.
"Aku akan kembali".
"Ke-kembali? Ketempat itu? Apa kau ingin mati?".
"Jangan bercandan Ni Feng".
"Tentu saja tidak! Tapi aku ingin membantu kakak Mo, aku ingin segera ke sana!".
Ni Feng menundukkan kepalanya sesaat kemudian kembali bangkit dengat tekad kuatnya. Matanya tidak memancarkan keraguan maupun ketakutan sedikitpun.
Semua orang yang mendengar Ni Feng juga menunduk karena merasakan hal yang sama. Namun di sisi lain, ketakutan mereka tidak mampu untuk ditangani.
Bahkan memikirkan dikepung oleh para hewan iblis itu masih membayang di kepala mereka. Dan ketika itu tubuh mereka kembali bergidik.
Keringat dingin sebelumnya masih belum hilang dari punggung mereka.
"Tapi Ni Feng… apa kau yakin?". Tanya mereka masih ragu.
Mereka juga mengkhawatirkan Ni Feng. Dari pada itu, karena mereka lebih mengkhawatirkan jika Ni Feng mati, maka tidak ada lagi yang dapat mereka andalkan.
"Ya! Aku sudah membulatkan tekadku. Kalian tunggu saja sambil sembunyi. Bawa bendera ini bersama kalian". Seraya menyerahkan bendera hijau dari tangan Ni Feng itu kepada salah satu yang berbadan cukup tegap.
"Baiklah kalau begitu. Kau hati-hati ya"
"Tentu, aku berangkat".
Ni Feng segera kembali memacu kecepatannya. Berlari sambil melewati dahan-dahan pohon yang terlihat memperlambat gerakannya.
Namun kali ini Ni Feng pergi dengan percaya diri. Dia sudah meredam ketakutan di hatinya dengan kesetiaannya terhadap Morey.
Dia menerjang angin seperti sebuah peluru yang melesat. Tanpa menghiraukan sekelilingnya, Ni Feng hanya fokus pada tempatnya terakhir meninggalkan Morey.
Dan setelah cukup lama, Ni Feng sampai pada tempat pertama kali mereka datang. Di sana pula dia meninggalkan Morey sendirian bersama hewan iblis Monyet Perak Ekor Ular tersebut.
Duuumm!!!!
Suara ledakan yang telah diredam oleh pepohonan masih sampai ke telinga Ni Feng. Jelas menandakan bahwa di tempat asalnya itu merupakan bunyi yang sangat keras.
Ni Feng langsung terpikirkan akan Morey. Dengan sigap dia berlari ke arah suara itu berasal. Wajahnya kini sedikit cemas dengan apa yang baru saja didengarnya.
Pikirannya mulai kembali tidak tenang karena mengkhawatirkan keadaan Morey. Jika Morey terluka, maka dia akan sangat merasa bersalah.
'Kakak… tunggu aku!'. Ni Feng mejatuhkan beberapa butir air dari sudut matanya. Dia takut pikiran negatifnya yang terus mengambang itu terjadi. Namun dia juga meyakinkan dirinya, bahwa kakak Mo itu kuat.
Dia mengusap matanya yang memerah itu. Itu kali pertama dirinya yang begitu menghargai seseorang.
Dulu saat orang tuanya tewas karena penyerangan Sekte Iblis Kegelapan, dia tidak merasakan perasaan seperti saat ini.
Karena orang tuanya yang dulunya merupakan salah satu saudagar terkaya di desanya, membuat dirinya terbiasa bersikap semena-mena. Hal itu juga didasari karena kedua orang tuanya yang juga sibuk hanya menimbun harta mereka.
Jadi ketika dia pertama kali menetapkan hatinya kepada orang yang telah dia pilih untuk diikuti, perasaan takut kehilangan itupun muncul untuk pertama kalinya.
Dia kembali tersdar ketika melihat apa yang ada di depannya. Kini Ni Feng sudah dapat melihat beberapa pohon yang rusak dari jalurnya.
"Ini…". Ni Feng segera menambah kecepatannya karena merasa dirinya sudah dekat.
Pepohonan yang rusak itu pasti bekas yang telah dilewati para monyet itu. Atau itu terjadi karena bekas pertarungan Morey denga hewan iblis itu.
Tak lama setelah itu, sungguh pemandngan yang sangat kacau memenuhi mata Ni Feng. Pemandangan banyaknya pepohonan yang rusak, dan itu seperti membentuk areanya sendiri.
Di sana juga ada mayat dari para Monyet Perak Ekor Ular itu yang sedikit bertumpukan. Melihat tubuh besar itu telah diam terbaring, wajah Ni Feng mulai membuka senyumannya.
Itu adalah ekspresi lega dan harapan terhadap Morey yang dicemaskannya.
Dia segera menyapu pandangannya bolak balik ke seluruh area kacau tersebut. Dia seperti mencari sesuatu, dan pastinya itu adalah Morey.
Yang terlihat oleh pandangannya setelah memperhatikan dengan seksama, hanya terdapat empat dari mayat monyet itu. Wajahnya kembali membiru dan memucat.
"Tidak, tidak mungkin". Gumam Ni Feng yang kemudian bergerak mendekati mayat monyet yang sedikit menumpuk itu.
Kecemasan itu kembali muncul karena seingatnya jumlah monyet itu adalah lima ekor. Dan yang terlihat oleh matanya dari kejauhan itu hanya empat yang terkapar.
Tentu pikirannya menjadi runyam dengan berbagai kesimpulan yang datang di kepalanya.
Setelah menekati mayat-mayat monyet itu, mata Ni Feng tiba-tiba terbelalak seperti akan melompat keluar. Sesuatu yang membuatnya begitu, tentu merupakan hal yang sangat membuat dirinya terkejut.
"A-apa?? Banarkah ini?"
Ni Feng tertegun dan tidak mampu melangkah lagi. Dia tertunduk melihat apa yang di depan matanya. Tangisannya mulai pecah ketika itu juga. Bahkan sampai mebuatnya terisak-isak dengan tanngisannya itu.